SMA Pelita Harapan, Tahun ajaran baru 2015.
Semua siswa berbondong-bodong memasuki gerbang sekolah yang akan tertutup. Suara satpam dan guru kesiswaan menggelegar meneriaki semua murid untuk segera masuk ke dalam sekolah. Langit redup dengan mendung yang menutupi cahaya matahari jatuh ke bumi pagi itu, sungguh awal hari yang menyedihkan bagi mereka siswa baru.
Jadwal yang sudah disepakati bersama mendadak dirubah, dari acara upacara penerimaan siswa baru di lapangan utama menjadi pengenalan sekolah di dalam ruang kelas.
Lovia Marza Gentari.
Gadis cantik dengan rambut hitam sebahu itu duduk sendiri, di bangku paling belakang. Dengan kedua rambut yang di kucir serta papan nama melingkar di lehernya, tidak lupa gelang dari beberapa permen di kedua tangannya. Sungguh masa orientasi yang menyenangkan, bukan? Suara helaan napas terdengar sangat berat.
"Kok jadi gini sih, padahal inikan bukan musim hujan." kata Lovia sambil melipat kedua tangannya di meja.
Ia mendengarkan penjelasan OSIS dengan sungguh-sungguh meskipun cuaca di luar sangat mendukung untuk tidur. Beruntung kakak OSIS yang membimbing kelasnya sangat sabar hari ini. Lovia diam-diam mengamati teman sekelompoknya, dalam hati ia berharap.
"Semoga aku bisa punya sahabat untuk tiga tahun ke depan. Jika boleh pacar juga tidak apa-apa, hahaha...."
"Itu yang dibelakang! Jangan melamun, coba ulangi apa yang kakak ucapkan tadi!" kata salah satu anggota OSIS.
Lovia mendadak jadi pusat perhatian, gadis itu berdiri dari tempat duduknya. Menggenggam roknya kuat-kuat sambil berdoa kakak osis itu memaafkannya. Tapi sayangnya tidak, ia malah mendapat hukuman menyanyi di depan kelas, sungguh masa orientasi yang menyenangkan di hari pertamanya.
"Baiklah, Lovia. Kamu bisa kembali ke tempat duduk ingat perhatikan kelas jangan melamun terus." ucap kakak osis yang sabar itu.
"Terima kasih kakak." Akhirnya Lovia bisa kembali duduk di kursinya. Ia menatap ke depan, tidak ingin mendapatkan hukuman lagi.
"Karena hujan tiba upacara penyambutan murid baru diundur menjadi besok. Jadi kalian diharapkan datang ke sekolah lima belas menit sebelum upacara. Jika dari kelompok ini ada yang terlambat, hukuman pasti ada." kata kakak osis yang beralis tebal itu.
Lovia mengangguk mantap.
"Kalau begitu nikmati waktu kalian untuk saling mengenal. Setelah istirahat nanti, akan ada beberapa materi pengenalan sekolah lagi. Jangan ramai kakak tinggal dulu." kata kakak osis yang penyabar itu.
Dan benar saja setelah anggota osis meninggalkan ruangan,tempat itu menjadi sunyi. Hanya samar-samar mendengar percakapan orang sebangku yang sudah saling mengenal. Lovia menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan di atas meja, memejamkan mata dan memilih untuk tidur saja.
Tok... Tok...
Sebuah ketukan pada meja kayu itu mengganggu waktu tidur Lovia. Ia mengangkat kepalanya, dan menemukan seorang siswi sedang memandangnya lalu sebuah tangan terulur padanya, "Kenalin nama ku Anggar." kata gadis berambut panjang berkucir dua itu.
"Oh! Hai, Lovia. Salam kenal." balas Lovia dengan semangat.
"Besok apa aku boleh duduk bareng kamu?" tanyanya sambil menunduk takut.
"Tentu saja boleh! Emangnya teman sebangkumu nggak keberatan?" kata Lovia sambil memandang gadis yang ada di sana, duduk sambil memainkan rambutnya yang panjang bergelombang itu.
"Justru aku ngerasa ga enak kalo duduk sama dia, kayaknya ga cocok sama aku. Lagian dia juga yang nyuruh aku pindah kursi." celetuknya lirih sambil melirik siswi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionAcara pernikahan Lovia hancur berantakan karena kekasih gelap Kennan, calon suaminya. Ternyata lima tahun bersama tidak membuat hati Kennan menjadi miliknya. Kini hati Lovia benar-benar hancur tanpa sisa. Seseorang bernama Bara datang menemuinya me...