Chapter 8: Pelarian.

295 51 60
                                    

A/N: HELLOOOOOOOOOOO, selamat datang di kafe 'Cahaya Gemintang'! :D

Kami sedang membuka lowongan bagi kalian readers tercinta yang ingin melihat OC-nya masuk aksi!

NAMUN, lowongan hanya dibatasi sampai 3 orang! Dan pendaftaran berhenti pada tanggal 27 Februari 2022! (Besok).

Bagi yang mau silahkan DM ya ;)

(Note: Kalian tidak masalahkan dengan WA? Saya butuh visual OC kalian.)

Yang saya butuhkan:

1. Biodata (Nama, umur, tanggal lahir, dll...)
2. Visual/Deskripsi (Penampilan, pakaian, sifat, yang disukai dan yang tidak disukai.)
3. (TIDAK HARUS) Backstory OC. Ini optional.

Sekian, terima kasih! ^v^

OH IYA! Hasil vote kemarin menyatakan bahwa sifat 'licik namun bermoral' lebih banyak dipilih. Saya minta maaf bagi yang ingin Indonesia polos. 

Terima kasih ya, bagi yang sudah berpartisipasi! ^^

Kredit: Picrew dan Stella Jang, cover lagu oleh Justine M.

Keterangan:

(Italic) adalah pikiran karakter atau saya menambahkan bahasa asing.
(Bold) menandakan bahwa kalimat/kata itu dipenuhi emosi atau HINT untuk Chapter berikutnya.
(Bergaris) berarti sedang menunjukkan masa lalu/trauma karakter.
(....) Sound effects atau onomatopoeia.

.  .  .  . Hening.

[....] menandakan bahwa author sedang menambahkan informasi.
(̶.̶.̶.̶.̶)̶ kalau dicoret berarti pikiran yang tidak diinginkan karakter atau kadang pikiran gelap mereka.

Kalau saya beri (TW/Warning!) berarti akan ada hal yang tidak menyenangkan terjadi.

(KETERANGAN DI ATAS TIDAK BERLAKU PADA A/N ATAU 'AUTHOR NOTES')

Selamat membaca~

----------

'We all pretend to be the heroes on the good side.'
'But what if we're the villains on the other?'

----------

Indonesia memandang langit berwarna hitam yang merupakan isi [MindScape] Langit.

.  .  .  .

Indonesia tertawa dengan apa yang dipikirkannya.

Kenapa ibu dulu menamai kita Langit ya? Kan jadinya aneh.

Apa mungkin karena ibu suka melihat cakrawala? 

Dasar si ibuk... Bapak juga sama, kakak pun dinamai Angkasa. Hadeh... Cuma [Radit] sama [Dika] yang namanya normal.

Indonesia tersenyum dengan penuh kasih sayang. Dia selalu menjaga kenangan-kenangan indah yang ia ciptakan secara telaten.

Kenangan itu... berharga.

Jauh lebih berharga daripada keberadaannya. Yang mana, akan dibayar triliunan oleh personifikasi-personifikasi itu.

Indonesia tertawa dengan masam.

Lucu sekali.

Mereka masih mencariku bahkan setelah tahu bahwa akulah yang membebaskan dia.

Tawa tersebut hilang dalam sekejap. Meninggalkan kesunyian yang menggerogoti [MindScape] Langit bak parasit.

. . . .

Apa.... aku telah melakukan hal yang benar?

Apa aku ada di jalan yang benar?

Apa aku bisa menepati janjiku pada ayah? Semuanya terlihat sangat susah dan rumit...

...aku benci hal yang rumit...

Indonesia menutup dua Nayanika dengan lengannya.

"Aku ingin memutar waktu..." 

Suara Indonesia bergetar. Menahan tangis yang mengancam ingin keluar.

◈◇

Langit ingin meloncat dari atap gedung lantai 50 sekarang.

Dia lagi-lagi merasakan dilema.

Lho? Kok bisa?

Tadi remaja ini sedang berjalan ke luar rumah sakit untuk mencari udara segar.

. . . .

Oke, itu bohong. Dia keluar dari rumah sakit dengan mengendap-endap karena mereka telah mengetahui keberadaannya. Petugas sialan.

Langit tidak tahu secara detail tentang apa yang telah terjadi, namun yang ia petik dari pembicaraannya dengan Indonesia adalah dia harus menghindar dari mereka.

Dan itulah yang sedang dia lakukan sekarang. Langit tidak masalah dengan bertindak seperti buronan, hidup (s̶i̶n̶g̶k̶a̶t̶n̶y̶a̶) -nya membuat dia memiliki moral yang cenderung... abu abu.

Remaja itu telah melihat segala macam kebusukan manusia. Dia hanya perlu satu tahun hidup- ada dan dia sudah mendapat pencerahan (d̶i̶ ̶p̶o̶i̶n̶ ̶i̶n̶i̶,̶ ̶L̶a̶n̶g̶i̶t̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶ ̶t̶a̶h̶u̶ ̶d̶i̶a̶ ̶h̶i̶d̶u̶p̶ ̶a̶t̶a̶u̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶).

Namun bukan berarti tidak ada manusia yang baik. Langit juga menemukan beberapa orang dengan hati emas.

Hanya saja....

Jarang....

Dan Langit akui bahwa dia bukan orang yang baik.

Tidak, jauh dari itu (d̶i̶a̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶ ̶t̶a̶h̶u̶ ̶k̶e̶n̶a̶p̶a̶,̶ ̶n̶a̶m̶u̶n̶ ̶L̶a̶n̶g̶i̶t̶ ̶m̶e̶r̶a̶s̶a̶ ̶b̶a̶h̶w̶a̶ ̶d̶i̶a̶ ̶m̶e̶m̶a̶n̶g̶ ̶t̶i̶d̶a̶k̶ ̶p̶a̶n̶t̶a̶s̶).

Dia juga bukanlah orang yang sangat buruk...

Baiklah, kembali ke topik.

Langit yang tadinya semangat 45 untuk kabur harus berhenti di gang dekat sekolah asing. 

Remaja itu terpaksa berhenti karena langit yang mulai berwarna hitam. 

Sepertinya badai akan datang.

Langit menggigit bibirnya. Ia dapat mendengar langkah kaki mereka yang mulai mendekat.

Dia memandang tembok tinggi yang menghalangi jalan keluarnya.

Dan di saat itulah, sesuatu mengalihkan perhatian remaja ini.

"Meeeooong..."

Suara anak kucing terdengar dengan jelas di belakang tempat sampah. Membuat Langit menghampiri tempat itu.

"Eh? Apa yang kamu lakukan di sini?- Oh." Langit memandang tajam luka yang ada di kaki anak kucing itu.

Di sisi lain, langkah kaki dan teriakan mulai terdengar jelas.

Langit panik.

Dan tanpa berpikir panjang, dia melompati tembok tadi sambil mendekap anak kucing itu di pelukannya.

"Sialan! Kita kehilangan jejaknya!"

.

.

.

.

Bersambung.

Halo semua, maaf banget karena chapter kali ini sangat pendek. Terlalu pendek.

Seperti yang kalian tahu, saya terkena writerblock. Lagi.

Bangke.

Sekali lagi maaf ya! Dan jangan lupa dengan yang di atas :D

RN out, peace.

Don't forget to vote!

[why_are_you_asking]

[26 Februari 2022]

Cahaya Gemintang (CH!Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang