chapter 11

1 0 0
                                    


Tidak lama Jeano datang dia tampak sangat cemas dan berlari cepat ke arahku. Jeano membawa jaket tebal miliknya dan segera memakaikannya pada tubuhku yang kedinginan. Dia diam sembari menatapku dengan tatapan yang sendu, aku sedari tadi berusaha untuk mengabaikan tatapannya itu.

“Aku membawa Roti untuk kamu makan.” Dia memberiku Roti yang biasa ada di supermarket, “terimaskasih.” ucapku dengan lirih.

“kenapa engga di makan?”

Suara Jeano menyadarkanku dari lamunan tentang Sagara. Perutku sangat lapar, tapi aku tidak bisa untuk melupakan keadaan Sagara sekarang. Pasti dia sangat kesakitan di dalam ruangan itu.

Orang tua Sagarapun datang dengan tergesa. Ibu Sagara menangis lebih kencang dari yang aku lakukan, pasti perasaanya jauh lebih sakit dari yang aku rasakan. Ayahnya Sagarapun ikut menangis sembari menenangkan Ibu Sagara.

Jeano menarikku untuk pergi dari sana, dia memegang pundakku. Semua hal di dunia ini akan pergi termasuk Sagara, tapi aku berdoa pada tuhan untuk tidak mengambil dia secepat ini  dari dalam hidupku. Dia laki-laki baik hati yang di sukai semua orang, termasuk para adik kelas yang genit, dia juga sangat ceria dan punya banyak cita-cita meskipun dia terkadang menjadi sangat murung.

Asalkan itu Sagara maka akan selalu ada ruang di hatiku untuknya yang tak begitu luas. Tak begitu luas karena setiap hari ruang itu semakin penuh olehnya.

Kisah 1 September (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang