Cantik utuh cahaya rembulan

540 39 3
                                    

"Kak Heeseung!"

"Ya?"

"Aku izin ga kumpul OSIS dulu buat hari ini, ga apa-apa, kan? Ada keperluan mendadak, hehe"

Jake memerkan senyum lima jarinya, harap-harap bisa langsung mendapat izin. Meski ia sedikit meringis mengingat ini sudah ke sekian kalinya ia izin, mau bagaimana lagi, ada pekerjaan mendadak yang katanya ia akan mendapat bayaran besar.

"Kali ini izin apa lagi, Jake?"

"Part time kayak biasa, katanya aku bakal dapet bayaran lebih. Kan lumayan buat jajan"

"Yaudah, kamu pergi aja," Heeseung tersenyum lembut, lalu mengusak pelan kepala Jake.

"Makasih kak!" Jake membalikkan badannya dan tersenyum riang, janjinya pada diri sendiri, ini terakhir kalinya ia izin untuk tak ikut kumpul dengan OSIS.

Sementara tak jauh dari sana, ada dua orang sekawan yang duduk tak jauh dari tempat Heeseung dan Jake mengobrol, yang satu fokus pada kertas-kertas yang berserakan dimeja dan yang satu lagi fokus mencuri cakap serta pandang antara Heeseung dan Jake dengan mata yang terpaku pada salah satu dari mereka. Lucu, ucapnya dalam hati.

"Jangan diliatin terus, nanti suka."

Tatapannya masih fokus pada kertas-kertas, namun mampu membuat Jay, yang sedari tadi menatap Jake menjadi gelapan, "Sotoy, ya kali gue suka cowo."

"Ya jangan sampe, kalo iya, gue pukul sampe lo ga bisa liat matahari lagi." Tatapan tajam ia layangkan pada temannya yang sekarang sedang menampilkan raut wajah sedikit marah.

Pletak

"Mohon dijaga alat ngucapnya ya kawan," Jay memukul kepala Sunghoon dengan kencang.

"Sakit anjir, tapi serius demi Tuhan. Jangan beraninya lo suka atau bahkan naruh atensi sama dia, karena lo sama dia itu sama. Sama-sama cowo." Sunghoon mengusap kepalanya pelan sambil tetap memberikan tatapan tajamnya.

"Yaelah, gue juga tau kali."
Tapi gue ga tau bisa nahan atau ngga, sorry Hoon. Sisanya ia ucapkan dalam hati, karena sejujurnya sosok tadi sudah berhasil menarik seluruh atensinya.

"Bagus kalo gitu. Gue mau lanjut belajar"

"Yaudah, gue ke kelas dah. Lo masih mau disini?"

"Hmmm." Sunghoon kembali memfokuskan tatapannya pada kertas-kertas tanpa menghiraukan Jay.

Itu hari pertama kala Jay bertemu dengan manusia paling atraktif, mampu menarik segala atensi bahkan pikiran Jay dalam sekali pandang, cara bicara bahkan bagaimana ia tersenyum saja masih terekam jelas dipikiran Jay, rasanya ingin melupa tentang sosoknya namun bagaimana bisa jika sesekali ia kerap menemukan Jake yang sedang duduk sendirian ditaman sambil tertawa kecil karena melihat sekumpulan burung yang terbang kesana-kemari ataupun saat memberi makan kucing penunggu disana. Bahkan terkadang ia juga berharap agar bisa mempunyai setidaknya sedikit percakapan dengan Jake, atau mungkin sekedar saling memperkenalkan diri.
Ucapnya mungkin tak apa dalam hati, karena ia hanya ingin sekedar menambah teman, siapa tau jika Jake mau menjadi temannya, kan?

Mungkin, mungkin saja karena ia adalah hamba Tuhan yang berbakti maka Tuhan mendengar segala doa dan harapannya. Siang hari saat itu, ia mendapat sebuah keberuntungan yang bahkan lebih dari memenangkan lotre sekalipun.

Ia menemukan Jake yang kesulitan mengangkat buku paket, bahkan hampir menutupi sebagian wajahnya. Bagaimana bisa sosok semungil itu mampu membawa banyak tumpukan buku paket?? Tak ingin membuang waktu dan kesempatan, Jay bergegas menghampiri Jake untuk membantunya, semoga ia bisa mendengar langsung nama 'Jake' dari bibir plum yang bersinar kala siang itu.

"Hei!"

"Ya, halo? Siapa disana? Aku ga bisa liat kamu soalnya."
Diliat dari deket aja lucunya bisa ngalahin Touka. Mohon agak sedikit diabaikan, insting wibu Jay terkadang sulit untuk dikendalikan disituasi tertentu.

"Oh, aku Jay, aku boleh bantu kamu? Kayaknya kamu kesulitan bawa itu."

"Boleh, aku ga kuat kalo harus bawa ini semua sendirian, sementara kelasku ada dilantai dua, itupun kalo kamu ga keberatan."

"Ngga apa-apa," Jay mengambil beberapa buku hingga hanya tersisa lima buku ditangan Jake, tadinya ia ingin protes, namun Jay segera membungkam mulutnya dengan kata-kata yang membuat alisnya langsung tertekuk dan bibirnya mengerucut lucu.

"Jangan bawa beban terlalu banyak, nanti badan kamu kecil."

"ISH! aku ga pendek tau!"

Jay langsung tertawa mendengar protesan dari Jake, alisnya tertekuk, bibirnya mengerucut dan pipinya sedikit mengembung. Ada ya orang yang marah selucu ini, ia baru tau.

"Aku mana ada bilang kamu pendek, aku hanya bilang kamu kecil." Jay menahan tawanya yang akan meledak karena melihat ekspresi laki-laki yang berhasil menarik atensinya ini semakin lucu.

"Ya... Ya emang kamu ga bilang aku pendek. Tapi kata-kata kamu itu bermaksud, ya!" Telunjuk Jake mengarah pada Jay yang kembali tertawa.

"Ahahahah, maaf, maaf, aku ga bermaksud tapi seriusan loh, harusnya kamu minta tolong temenmu atau siapa lah buat ngebantu kamu. Eum... ngomong-ngomong nama kamu siapa? Aku Jay, dari kelas 11-4"

Memilih untuk menghentikan tawanya, Jay mengajak Jake berkenalan meski ia sudah tau dari awal siapa nama dari laki-laki yang masih mengerucutkan bibirnya itu. "Permintaan maaf diterima, tapi dengan syarat belikan aku es krim pulang sekolah nanti ya! Ngomong-ngomong juga, namaku Jake dari kelas 11-1"

Sejak saat itu, intensitas pertemuan mereka berdua menjadi cukup sering, terkadang mereka bertemu dikantin saat jam makan siang, ataupun digerbang karena Jay maupun Jake datang terlambat, atau bahkan Jay akan mengajak Jake makan es krim bersama atau menghabiskan sisa sore dengan Jay yang bermain basket dan Jake dengan buku novelnya.

Tadinya Jake juga ingin ikut bermain basket, namun apa daya, ketika dulu ia mendaftar di klub basket, ia ditolak karena katanya tingginya tidak cukup memadai padahal kan yang dilihat skill, bukan tinggi badan. Jake kadang sensi sendiri jika mengingat kejadian itu. Maka dari itu, ia memilih membaca novel sambil sesekali melirik Jay yang terlihat menikmati permainan basket yang ia ciptakan sendiri.

"Jay keren banget," gumamnya yang hanya angin yang mendengar saking kecilnya suara yang ia keluarkan. Aduh, Jake! Apa yang kamu pikirin, sih?!

Rasanya mereka seperti teman lama yang baru bertemu kembali. Meski tak selalu bersama, tapi secuil pertemuan mampu membuat mereka semakin dekat.

Amin Paling Serius [JayKe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang