Kamis, 16 September 20xx

312 20 1
                                    

Jay,

Makasih ya! Kamu udah ajak aku makan eskrim tadi, aku seneng banget. Makasih juga karena eskrimnya udah gratis alias aku ga perlu bayar, hehehe. Anyway, kapan-kapan aku mau ngajak makan eskrim lagi, kamu bakal nolak ga? Ga boleh nolak ya! Kamu temen baruku, semoga kamu betah-betah temenan sama aku.
























Hari itu matahari sedang tinggi-tingginya, keringat didahi bahkan sudah tak terelakkan lagi. Tapi dua pemuda yang berada didepan kedai masih asyik memilih salah satu menu eskrim yang cocok untuk dinikmati saat ini. Satunya mengerutkan keningnya lucu, lalu yang satunya lagi memilih untuk memperhatikan pemandangan disampingnya.

"Eum, Jay! Menurut kamu lebih enak yang rasa ini atau yang ini?" Ungkapnya sambil menunjuk dua menu yang menggugah seleranya.

"Beli dua-duanya lebih enak?" Yang satu menjawab dengan gelengan, boros pikirnya. "Lalu kamu mau beli rasa apa, Jake?"

"Aku beli yang semangka sama...?" Kepalanya ia  tolehkan pada laki-laki yang ada disampingnya.

"Coklat aja."

Kini mereka berdua sedang duduk di taman sambil menikmati indahnya sore hari, Jake fokus dengan eskrimnya sementara Jay dengan panorama indah milik seseorang yang duduk disampingnya.

Tak hentinya ia ucapkan syukur pada Yang Maha Kuasa karena telah menciptakan laki-laki yang bahkan lebih indah dari batu permata sekalipun.

Muji sesama cowo, wajar, kan?

Jay mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda bahwa ia setuju dengan opini yang datang dari pemikirannya sendiri, hal tersebut menarik perhatian Jake yang sudah selesai menghabiskan eskrimnya. Ia terkekeh kecil, lucu melihat Jay sibuk dengan pemikirannya sampai-sampai eskrim yang dipegangnya mulai mencair.

"Eh?"

"Ahahaha, kamu lucu, Jay, ngapain sih ngangguk-ngangguk kayak gitu? Liat loh eskrim kamu udah cair gitu."

Kekehan kecil menguar bagai melodi indah yang menyentuh telinga Jay.

"Ah, sorry," Jay membuang pandangannya ke samping lantaran malu didapati Jake sedang melamun.

"Nggak apa-apa, ayo pulang. Aku mau ngabisin ini di jalan aja. Dan terima kasih buat traktirannya."

Tidak, jangan.

"Sama-sama."

Biar suara hati itu terbang bersama semilir angin, entah apa tujuannya menolak atas pertemuan singkat namun hangat milik mereka.

Namun, satu hal yang pasti, semuanya jadi tak sama lagi.

Amin Paling Serius [JayKe]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang