6

34 4 0
                                    

Ternyata benar, orang terdekatlah yang memilikipotensi paling besar dalam menoreh rasa kecewa di hati kita. Sampai sekarang,Clara masih tidak bisa mengerti kenapa Mak Tiem sampai berani melakukan halsemacam itu. Bukankah sebagai orang dewasa seharusnya Mak Tiem tahu bahwatindakannya sangat salah dan bisa berakibat fatal? Memakan banyak korban danbisa berakhir mengerikan untuk dirinya sendiri.

Di tempatnya duduk, Clara sudah mulai tenang. Kedua pipinya memerah dan matanya pun masih berkaca-kaca. Bayangan mengenai kejadian tadi tidak mudah hilang dari pikiran. Rasa bersalah, kecewa dan malu bercampur menjadi satu. Clara harus menghentikan Mak Tiem. Dia tidak ingin wanita yang di sayanginya terus berada di lingkaran setan yang salah dan mengerikan.

"Pokoknya kita harus cari cara buat menghentikan Mak, Dam. Aku enggak mau hal ini terus berlanjut. Apa yang Mak lakuin sekarang bukan kesalahan sederhana. Ini kesalahan fatal. Enggak bisa dibiarin."

Adam menatap Clara yang tampak semakin khawatir juga ketakutan. Dia tahu, perempuan itu pasti takut jika neneknya mendapat marabahaya. Pesugihan bukan hal main-main, tidak bisa diremehkan begitu saja. Sekali masuk ke dalamnya, tidak ada jalan keluar kecuali menerima kematian.

"Aku tahu, Clara. Bukankah itu juga tujuan kita ngikutin Mak? Tapi lebih baik kita bahas besok. Kalau sampai Mak Tiem enggak nemuin kamu di rumah, dia bisa aja curiga. Yang paling penting, kamu harus istirahat dulu," ujar Adam lembut.

Dia tidak tega melihat keadaan Clara. Gadis itu tampak putus asa saat ini. Yang ada pikiran Clara hanyalah dia harus bisa menghentikan Mak Tiem.

"Untuk hari ini, cukup sampai di sini. Kita bisa bahas hal ini besok."

Meskipun awalnya keberatan, Clara akhirnya menurut. Apalagi jika membayangkan Mak Tiem tidak menemukannya di rumah, neneknya itu pasti akan khawatir. Bahkan bisa saja berubah menjadi curiga.

"Ayo, aku antar pulang."

"Besok hari minggu," kata Clara, Adam kembali menatapnya. "Ada banyak waktu luang buat bahas hal ini. Besok, harus udah ada caranya."

Adam mengangguk. "Kita pikirin bareng-bareng besok."

"Jangan besok aja. Bahkan sekarang pun kita harus tetap mikir jalan keluarnya gimana." Adam tahu maksud Clara. Jadi, untuk menenangkan gadis itu dia hanya mengangguk. Mereka kemudian pulang dengan berjalan kaki.

***

Sesuai dengan perjanjian, Adam dan Clara kembali bertemu untuk membahas mengenai rencana apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Clara meminta izin pada Mak Tiem untuk belajar kelompok di rumah temannya. Adam sudah menunggunya di depan gang dengan motor hitam miliknya. Mereka memutuskan untuk membahas masalah penting ini di rumah Adam karena orang tua Adam sibuk bekerja, jadi pasti tidak akan ada yang mengganggu mereka.

Dalam perjalanan menuju rumah Adam, Clara tak henti-hentinya memikirkan cara untuk menghentikan Mak Tiem. Gadis itu bahkan hanya tidur dua jam. Adam sangat khawatir saat melihat keadaan Clara, tetapi membahas hal itu sekarang tidak akan berpengaruh bagi Clara. Adam tahu betul teman kecilnya itu akan lebih memetingkan masalah pesugihan ini daripada dirinya sendiri.

Sesuai harapan, rumah sederhana itu sepi. Hanya ada mereka berdua dan seekor kucing yang tertidur pulas di kandanganya sendiri.

"Kamu ingat, Nana?" Adam membuka pembicaraan.

"Teman kamu itu? Aku ingat, kenapa?"

"Aku rasa dia tahu gimana caranya menghentikan pesugihan ini."

"Dia tahu? Dia bilang ke kamu? Gimana caranya?" tanya Clara penuh antusias. Jantungnya berdegup kencang kala memikirkan mereka akan punya rencana yang tepat untuk menghentikan pesugihan ini.

Seblak Mak Tiem (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang