Gadis itu ingin sekali tidak mempercayai rumor yang ada, tetapi kematian Gea membuatnya ragu. Lagi pula dia tidak mempunyai bukti bahkan petunjuk siapa orang yang berani melakukan hal keji itu. Clara mengacak rambutnya frustasi, bingung harus melakukan apa.
Ponselnya berbunyi membuyarkan lamunan Clara. Dia membuka ponsel dan melihat notifikasi pesan dari Adam. Kemarin setelah kelas sore, Clara dan Adam sempat bertukar nomor. Teman kecilnya itu mengajak bertemu di kafe yang dekat dengan sekolahnya. Clara menebak Adam ingin menghiburnya, lantas gadis itu tersenyum.
Tanpa membuang waktu Clara langsung bersiap. Kaus putih, jeans hitam, dan kemeja abu-abu menjadi pilihan Clara untuk pergi ke kafe nanti. Selesai mengganti pakaiannya, Clara mengambil tas selempang lalu memasukkan barang yang wajib dibawa seperti dompet, ponsel dan kunci rumah. Dia harus memastikan barangnya benar-benar berada didalam tas karena sifat cerobohnya masih melekat. Sebelum benar-benar keluar dari kamar, Clara menusukkan jarum pentul karakter di kemejanya untuk menambah kesan manis.
Clara keluar dari rumah, tak lupa menguncinya. Dia tidak harus meminta izin ke Mak karena neneknya itu sedang keluar. Mak Tiem memang sering tidak di rumah pada hari Kamis atau Jumat, entah apa yang dilakukannya. Kalo pun ada di rumah, Mak hanya berada di kamar dari siang hingga malam.
***
Jarak dari rumah ke kafe memang tidak terlalu jauh. Hanya saja cuaca hari ini tidak mendukung untuk keluar rumah. Tiba-tiba saja mendung melanda Kota Lautan Api ini. Clara hanya berharap hujan tidak turun dulu sebelum dia sampai di tempat.
Setelah memakan waktu 15 menit perjalanan ditemani perasaan cemas, Clara akhirnya sampai di kafe yang disebut oleh Adam. Untungnya hujan belum turun jadi dia tetap kering. Baru saja membuka pintu kafe, awan langsung menumpahkan isinya. Tidak lebat, tetapi cukup membuat dirinya basah. Clara bersyukur hujan turun begitu ia sampai di kafe.
Aroma kopi langsung menyeruak ke dalam hidungnya. Clara mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Adam di antara para pengunjung lain. Agak sulit menemukan Adam di tempat umum seperti ini. Apalagi kafe tengah ramai dan ada banyak perubahan pada teman kecilnya itu.
Hatinya langsung senang ketika ia berhasil menemukan Adam. Senyum Clara langsung mengembang. Clara melangkah ke meja Adam yang berada di bagian paling belakang kafe.
"Adam, udah nunggu lama, ya?" sapa Clara seraya duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan Adam. Karena memang mejanya dibuat untuk dua orang.
"Enggak, kok, santai saja," balas Adam, "aku udah pesan minuman, semoga suka ya."
Adam langsung melepas earphone dari telinganya. Earphone sudah menjadi barang wajib yang harus dia bawa ketika keluar seorang diri karena sering muncul suara-suara dari makhluk lain, khususnya Nana yang sangat hobi mengganggu Adam.
Clara langsung menyeruput minumannya tanpa aba-aba. Gadis itu terlihat sangat kehausan karena perjalanan tadi.
"Teu nanaon, atuh. Ini, téh minuman kesukaan aku. Ternyata kamu tahu juga," ujar Clara setelah menghabiskan setengah dari minuman itu.
"Oh, ternyata bener. Padahal aku cuman nebak saja." Adam tersenyum bangga.
Nyatanya, memiliki teman hantu punya banyak kegunaan. Dia bisa tahu minuman kesukaan Clara berkat Nana yang memberitahu. Ya, walaupun dia tidak tahu cara Nana dapat informasi itu.
Makasihnya mana?
Iya, Nana, makasih.
Setelah itu Nana langsung menghilang. Adam hanya geleng-geleng kepala saja. Ternyata teman hantunya itu cukup peka juga. Adam memang membutuhkan ruang dengan Clara karena ada hal penting yang harus ia sampaikan.
![](https://img.wattpad.com/cover/302714248-288-k641774.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Seblak Mak Tiem (End)
УжасыSiapa yang tidak suka dengan seblak? Makanan khas Bandung yang sangat nikmat jika dimakan dalam keadaan panas. Begitu pun dengan murid SMA Negeri Khayalan yang sangat menyukai seblak, khususnya seblak buatan Emak Tiem. Namun, di balik rasa nikmat se...