2

1.3K 133 9
                                    

Draco Malfoy, Theodore Nott, Blaise Zabini, Terence Higgh, dan Adrian Pucey sedang berkumpul di dalam satu ruangan mewah bernuansa perak dan hijau.

Mereka berlima adalah mantan pentolan most wanted di Hogwarts yang dipimpin oleh Draco.

Tampan, kaya, pintar, seksi, dan berdarah murni. Perempuan mana yang tidak mau dengan mereka? Sayang, dulu mereka dikenal dengan bajingan yang suka mempermainkan wanita. Tidak suka terikat dengan suatu hubungan.

Kalau sekarang beda cerita. Tiga dari mereka sudah beristri.

Draco, Theo, dan Blaise sudah sold out. Mereka jelas tidak menikah dengan sembarang wanita. Yang jelas, istri mereka adalah orang penting di Inggris.

"Selamat karena berhasil menjalin hubungan diplomatik dengan Bulgaria."

Draco tidak mengatakan apa-apa atas ucapan selamat Blaise.

Di sebelahnya, Terence mendengus. "Aku heran kenapa kau mau bekerja sama dengan Bulgaria. Apa untungnya?"

"Yeah, aku terkejut mendengar pengumuman itu." Adrian menimpali sembari menghisap rokoknya.

"Tolol. Kalian tidak lihat peluang apa yang bisa Draco manfaatkan jika menjalin kerja sama dengan Bulgaria?" Theo berkomentar pedas.

"Bulgaria itu kaya akan emas dan berlian. Si licik ini ingin menguasainya."

Pintu kemudian terbuka, beberapa pelacur masuk dengan pakaian seksinya. Bahkan ada yang hanya mengenakan dalaman saja. Masing-masing dari mereka menghampiri kelima Slytherin itu.

Saat salah seorang pelacur ingin mendekati Draco, pria itu mengusirnya dengan kasar.

Adrian terkekeh. "Dia sedang sensi. Jangan didekati."

"Kau yakin tidak ingin menikmati mereka, Malfoy?"

Draco mendengus sinis. "Untuk apa keluar masuk lubang kotor sementara istriku melayaniku dengan baik?"

Beberapa dari mereka tertawa.

"Tidak mengherankan. Istrimu adalah Hermione Granger. Wanita terhormat dari kalangan bangsawan. Aku bingung, kenapa perempuan bisa sedingin itu?"

"Ck, ck, ck. Pantas Narcissa tidak menyukai Hermione."

"Apa? Kenapa? Kupikir Hermione adalah menantu idaman Narcissa."

"Kau lupa? Harga diri Malfoy sangat tinggi. Mereka merasa terhina karena Granger jauh lebih kaya dan berkuasa dari mereka."

Terence tertawa. Dia ikut menimpali. "Seharusnya kau bersyukur memiliki istri seperti Hermione Granger. Dia perempuan berkelas. Latar belakangnya tidak main-main. Keluarganya sangat terpandang. Sial sekali dia memilihmu."

"Dia adalah putri dari ilmuwan dan sosialita. Jelas, tipenya tidak main-main."

Theo mendengus. Dia menahan erangan kala pelacur itu menghisap lehernya.

"Tumben sekali kau." Terence menyindir Theo yang tidak biasanya meladeni pelacur.

Blaise terkekeh dan menyahut. "Sedang bertengkar dengan istrinya."

"Tolol. Jika istrimu marah, rayu dia. Bukan malah melipir ke pelacur." Adrian mencibir.

"Tidak usah sok menasihati."

Blaise menyetujui ucapan Adrian. Dia kemudian mencium leher pelacur yang di pangkuannya.

"Beri saja dia coklat atau bunga. Wanita suka hal-hal yang seperti itu."

Theo merenung sejenak. "Kupikir Pansy lebih menyukai berlian daripada bunga atau coklat."

"Wanita seperti Pansy Parkinson sudah terlihat jelas seleranya."

Draco yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara. "Kalian merayu istri kalian ketika dia marah?"

"Tentu saja, dasar gila."

"Kutebak, jika Hermione marah kau malah mendiamkan dia?"

Draco mengangguk.

Sudah terlihat jelas.

"Jika Hermione ngambek, rayu dia."

Draco menghela. Menegak whiskey-nya sampai habis.

"Masalahnya Hermione bukan wanita seperti itu. Bunga dan coklat jelas bukan tipenya."

"Beri dia perhiasan."

Pria Malfoy itu mendengus remeh. "Dia memiliki segudang barang-barang mewah."

"Yah, wanita seperti Hermione sulit ditebak."

Draco mengangkat alis. "Sepertinya kau mengenal istriku, Higgh."

Terence terkekeh. "Sekelas Hermione Granger bukan gosip murahan lagi. Kakakku pernah satu sekolah dengannya di Durmstrang."

_______________________________________

Draco pulang ke manor dalam keadaan mabuk. Dia keluar dari Granger Transportation type Yoze.

Hermione yang sedang membaca buku di ruang tengah sontak mendongak dan mata coklatnya menyipit tak suka.

"Dari mana saja kau?" dia melipat tangannya di depan dada. Bersedekap angkuh.

Draco berjalan sempoyongan ke arah istrinya. Dia menyenderkan kepalanya di bahu istrinya. Pria itu bergumam tak jelas.

"Draco, kau mabuk," kata Hermione kesal.

"Jangan marah-marah terus. Mau coklat?" Draco mengoceh di pundak istrinya. Meski suaranya terendam, Hermione dapat mendengar jelas ucapan suaminya.

Satu lagi yang membuat perutnya tergelitik. Draco memanggilnya Mione.

"Aku tidak suka makanan manis."

Draco merengut seperti anak kecil. "Kau itu sulit sekali ditebak."

Hermione memasang wajah datar. "Bukan aku. Tapi kau yang tidak ingin mengerti."

"Mmm. Kau wangiy. Kewpwalakuw sakwit."

Hermione menuntun suaminya ke kamar tidur mereka. Wanita itu melepas jas, kemeja, dasi, kaus kaki, serta sepatu.

Draco Malfoy tertidur pulas di atas kasur dengan tubuh atas yang topless. Pria itu tidak suka jika tidur menggunakan baju.

Hermione mengikuti jejak suaminya untuk tidur. Dia menarik selimut sampai dadanya. Kemudian membaringkan tubuhnya membelakangi Draco.

"Selamat malam, Mione."

Hermione terdiam.

Kemudian bibirnya membentuk senyum tipis. 

"Selamat malam juga, Draco."

_______________________________________

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the malfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang