Anita POV
Aku membuka mataku, dan mengerjapkannya perlahan. Udara dingin AC menyengat sekali di kulitku. Aku melihat ke jam dinding kamarku sudah pukul 5 pagi, waktunya untuk bangun. Aku meregangkan tubuhku perlahan, menggeliat di atas kasur empuk nan nyaman, lalu bangkit untuk mandi. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah lagi setelah liburan tengah semester. Setelah mandi aku menyesap secangkir teh hangat dan bergegas berangkat sekolah."Maa, aku berangkat" kataku pada mama yang masih menyiapkan sarapan untuk papa, dan adikku.
"Iya sayang hati-hati yaa!" jawab mama seraya mencium kening serta pipiku.
Itu memang kebiasaan keluargaku. Sejak aku kecil tiap malam kami selalu berdoa bersama lalu mama dan papa mencium kening kami anak-anak, atau biasa kami sebut dengan 'blessing'. Aku memacu mobilku melewati kota yang masih sangat sepi. Yahh mungkin karna masih sangat pagi disini.
"Haii!" sapa Deril saat aku tiba dikelas yang masih sangat sepi. Hanya ada Deril dan si kutu buku Denar.
"Haii!" balasku dengan sedikit senyum mengembang.
Tiba-tiba jantungku berdebar kencang. Yahh ini efek yang sangat biasa buatku mengingat aku memang sudah menyukai Deril sejak awal kelas 12. Aku segera memilih tempat duduk yang agak dekat dengan tempat duduk Deril. Hh dia kelihatan kece (keren) sekali sekarang ini. Duduk santai sambil menggunakan earphone putih kesayangannya, bersiul ringan dengan tangan sibuk mengutak-atik handphonenya. Aku serasa meleleh seketika melihatnya dalam posisi seperti itu.
"Nit udah ngerjain pr mat belom??" tanya Deril membuyarkan lamunanku.
"Haah.. Ud.. Udaah, kenapa emang??" jawabku kelabakan.
"Pinjem dong nit, gue males kena omel bu Ratna nihh.." katanya memelas.
"Ckckck.. Kalo gamau kena marah ya kerjain lahh." kataku sambil mengobrak-abrik tas ku mencari buku pr mat.
"Ya makanya ini mau gue kerjain tapi.. Nyontek loe ajaa." jawabnya sambil menyeringai lebar.
"Hahaha dasar males, nihh." kataku menyerahkan buku ku padanya.
"Thank you, cantik." katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
APA DIAA BILANGG?? CANTIKK??? Huaaaahh kaki ku serasa tidak menapak pada tanah. Pipiku menghangat dan aku yakin pasti sudah semerah kepiting rebus. Aku tersenyum sumringah berusaha menahan suara sembilan oktaf ku yang sudah di ujung ternggorokan. Apa dia benar-benar serius mengatakan hal tadi?? Aku tidak menyangka cowok yang ku kenal sangat cuek ini bisa berkata begitu padaku.
"ANIITAAAA...." teriakan seorang gadis membuat aku serasa di jatuhkan dari langit angan-anganku.
Gadis itu berhamburan memelukku, lalu terisak di pundakku. Deril yang sedari tadi asyik menyalin pr ku menoleh sekilas lalu mengedikkan alisnya naik seolah bertanya ada apa dengan sahabatku yang satu ini. Hanya kubalas dengan mengangkat kedua bahuku.
"Heh kenapa loe, Ris??" tanyaku pada Rista.
"Niiit gue di putusin Revan!!!" katanya masih dalam isak tangis.
Deril yang sejak tadi memperhatikan kami menggeleng sedikit lalu melihatku sekilas. Aku terkekeh pelan melihat sikap Deril.
"Haduuuh loe ngaget-ngagetin aja tau gak?? Tiba-tiba masuk teriak-teriak sambil nangis. Gue kira loe habis liat setan ato apa yang lain." omelku pada Rista.
"Iiih loe jahat banget sihh.. Sahabat loe lagi sedih juga bukannya ditenangin kek malah loe omelin.. Sahabat macem apa loe." omel Rista tak kalah galak dengan omelanku tadi.
"Ohh gitu yaa.. Iya dehh aduhh aduuuh kaciaan banget sihh temen gueeee. Pake nangis segala.. Cup cup cup." ucapku seperti menggoda seorang bayi.
Deril menatap kami aneh lalu terkekeh pelan.
"Revan mutusin loe kenapa Ris?" tanya Deril tiba-tiba.
"Katanya gue kebanyakan cerewet. Lahh kan gue emang gini orangnya, harusnya dia bisa ngerti dong pacarnya ini emang kalo ngomong gak ada remnya." omel Rista.
"Hahahahahaha cuman gara-gara gituan doang kalian putus?? Kalo gue, gue nggak akan putus cuma gara-gara hal sesepele kayak gitu.. Apalagi kalo cewek gue kayak..." katanya menggantung sambil tersenyum kearah ku penuh arti.
Semburat merah mulai keluar dari pipiku. Aku tersenyum kecil.
"Aduuh iya.. Iyaaa." kata Rista kesal
"Udah apa'an sihh... Yok temenin gue ke kantin ntar gue traktir minum itung-itung ngilangin kesedihan loe." kataku sambil menarik tangan Rista.
"Ehhh gue gak ditraktir sekalian??" tanya Deril sambil terkekeh.
"Nggak.. Kan loe nggak lagi sedih.." kataku terkekeh seraya menarik Rista keluar dari kelas.
Deril POV
"Ehhh gue gak ditraktir sekalian??" tanyaku sambil terkekeh.
"Nggak.. Kan loe nggak lagi sedih.." kata Anita dengan senyum mengembang seraya menarik Rista keluar dari kelas.
Aku tersenyum melihat gelagat Anita. Belum pernah aku merasa sesenang ini melihat dia bertingkah seperti itu, mengingat aku memang cowok yang cuek pake bangeet. Apa akuu.... Nggak... Nggak nggak, nggak mungkin lahh aku suka sama Anita. Aku udah cukup nyaman seperti sekarang, nggak suka sama siapa-siapa aku nggak mau ngulang kesalahanku yang dulu. Menurutku cinta itu cuma bikin sakit hati. Mending nggak suka sama siapa-siapa dehh.
-------------------------------------------------------------
Flashback on"Ril gue mau ngomong sama loe." kata Tiara.
"Tumben pake loe gue?? Mau ngomong apa sihh sayangg." kataku seraya merangkul pundak pacarku ini.
"Aku tau kita pacaran baru seminggu tapi aku ngerasa nggak cocok sama kamu.. Jadi sorry banget kita harus putus." kata Tiara seraya bangkit dan meninggalkan ku.
Flashback off
-------------------------------------------------------------"Rill...... Deril!!" sentak Anita membuyarkan lamunanku.
"Apa??" jawabku datar.
"Loe ngapain ngelamun gitu?? Loe kesambet?? Gue baru tau ada setan mau keluar pagi-pagi gini." katanya sambil melenggang menuju tempat duduknya.
"Apa'an sih loe" jawabku dingin.
"Buku pr gue udah belom?? Tuh bu Ratna udah dateng." katanya lagi.
Aku memandang ke sekeliling aku baru sadar kelas sudah penuh, dan bu Ratna tampak sudah memasuki kelas. Mood ku berubah drastis setelah mengingat kejadian pahit itu sampai-sampai tidak sadar kalau kelas sudah ramai.
"Udah nehh, thank you yaa!!" kataku sambil melemparkan senyum dipaksakan.
"Yepp" jawabnya singkat sambil mengambil buku pr nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home!!
Teen FictionKarena cinta selalu tau dimana rumahnya, meskipun ia telah tersesat jauh, ia akan selalu tau jalan kembali ke hati yang tepat.