You and I

23 3 2
                                    

Deril POV

Aku melangkah gontai meninggalkan gedung gereja. Aku terpaksa berjalan kaki karna mama tidak bisa menjemputku, sedangkan ninja kesayanganku sedang di pinjam Revan. Untung jarak dari gereja ke rumah tidak terlalu jauh.
Mengingat kejadian di gereja tadi membuat jantungku berpacu 2 kali lebih cepat. Dengan bodohnya aku memeluk Anita.

Arrghhhh bodoohh!! Bodoohh!!

Bisa-bisanya aku memeluk Anita seperti itu. Apa yang akan dia pikirkan tentang aku nanti?

Flasback on

Setelah selesai bercerita tanpa di minta bulir bening itu meluncur begitu saja. Aku menunduk untuk menutupi tangisku. Aku terlihat sangat lemah sekarang. Tidak kuduga Anita merangkul bahuku sambil menepuknya pelan.

Ia berusaha menenangkanku!

Pikiranku kembali berkecamuk. Bayangan papa yang menangis saat itu, nisan itu, tangisan mama,

Arrrggghh aku tidak tahan lagi!!

Dan tanpa pikir panjang aku memeluk Anita, lalu menangis di bahunya. Aroma parfumnya yang lembut menguar dan memenuhi rongga hidungku. Aroma ini membuat aku merasa lebih tenang. Bukan hanya itu dia yang memelukku dan berusaha menenangkanku membuat aku merasa jauh lebih nyaman.

"Aku merasa sangat lemah sekarang, karna menangis di depanmu" ucapku lirih masih dengan memeluknya.

"Tidak perlu merasa lemah hanya karna menangis di depanku, kadang orang menangis bukan karna dia lemah, tapi karna dia sudah menanggung bebannya sendirian dalam jangka waktu yang terlalu lama." jawabnya lembut.

Aku tertegun mendengar ucapanya. Aku tidak menyangka seorang gadis seperti Anita bisa sedewasa itu.

Flashback off

Argghh aku gak bakal lagi punya muka buat ketemu dia.
Ck bego banget sih lo Ril.. Rill.

"Derill!!" suara seorang gadis memanggilku.

"Eh... Iya" jawabku seraya menoleh ke belakang.

Anita!! Mati gue!! Kenapa pake ketemu dia segala sihh??

"Rill!! Deril!! Tungguin napa" serunya lagi.

Aku berbalik dan berusaha berjalan secepat mungkin!
Berusaha menghindarinya ternyata bukan hal yang mudah! Buktinya secepat kilat dia sudah berjalan sejajar denganku.

"Ril, lo kenapa Jalannya cepet banget sihh?? capek tau gak ngejar lo!" ucapnya dengan nafas tersenggal-senggal.

Aku tersenyum tipis lalu menyodorkan botol air minum untuknya.

"Nihh.. Siapa suruh pake ngejar gue segala! Abisin dehh gue iklas." ucapku seraya terkekeh.

Anita tampak terkejut dengan perlakuanku padanya. Terlihat dari pipinya yang mulai bersemu merah.

"Udah jangan melongo gitu. Ntar gue naksir sama lo malah ribet urusannya." ujarku spontan dan langsung meruntukinya.

"Apa'an sih lo! Thanks dah." dia mengambil botol dari genggamanku lalu meneguknya sampai habis.

Aku tersenyum senang melihat pipinya merona mendengar perkataan absurd ku. Entah kenapa ada sebagian ruang dihatiku yang melonjak-lonjak girang. Mungkin memang benar kata mama kalau aku sudah mulai menyukai Anita. Meskipun tak bisa kupungkiri masih ada ketakutan di sisi lain hatiku. Ketakutan akan merasakan sakit yang sama lagi, ketakutan akan kehilangan lagi, ketakutan atas cinta yang banyak dirasakan oleh remaja seusiaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Home!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang