Chapter 1

23 3 0
                                    

Happy reading 💜

Di sebuah ruangan dengan bau obat-obatan kimia menyeruak, tubuh seorang gadis berbaring di atas ranjang pasien. Terhitung sudah dua bulan gadis itu menempati rumah sakit. Hari ini gadis bernama Teresha itu membuka mata setelah sekian lama kedua orang tuanya menunggu dengan sabar dan cemas.
Sayangnya gadis malang itu bangun dengan sorotan mata yang kosong sedangkan raut wajahnya kebingungan begitu melihat seluruh objek yang ada. Dia belum mengucapkan sepatah kata pun.

"Teresha... Anak Mami udah sadar ya."

Bahkan seorang wanita yang berdiri di hadapannya bersama seorang pria yang di ketahui adalah suaminya tak Teresha hiraukan. Tetap saja pandangannya kosong, bertanya-tanya.

"Sayang." Valen-wanita itu melirih panjang sambil menyentuh lengan putrinya yang di balut baju pasien lengan panjang.

Perlahan namun pasti gadis itu menggerakkan bibirnya. "Saya nggak tau, saya bingung."

Valen dan suaminya terkejut, mereka saling melirik. Ketakutan yang awalnya mereka lupakan kembali datang. Beberapa waktu lalu dokter pernah mengatakan terjadi benturan keras saat Teresha mengalami kecelakaan, kemungkinan besar Teresha akan mengalami amnesia setelah melakukan pengecekan. Tubuh Valen bergetar takut, ia mengeratkan pegangannya pada sang suami.

"Teresha nggak kenal Mami sama Papi?" tanya Valen, memastikan kebenarannya.

Yang ada hanya sebuah gelengan polos dari Teresha. Hal itu lantas membuat Valen lemas, kedua kakinya seakan tidak mampu lagi menopang tubuhnya. Ia terjatuh dengan rasa sesak di setiap tarikan napasnya.
"Panggil Dokter, Pih," titah Valen. Suaminya-Ardi langsung bergerak cepat.

Beberapa saat kemudian Dokter datang, langsung memeriksa keadaan Teresha. Kemungkinan besar yang sudah pernah ia katakan memang hari ini terjadi setelah melakukan tes langsung pada Teresha. Pointnya Teresha benar-benar melupakan fakta dan kejadian yang pernah ia alami dalam kehidupannya.

Valen meneguk ludahnya susah. Berita kecelakaan Teresha saja belum di ketahui kakeknya, apalagi ini. Valen tidak mampu membayangkan saat ayahnya datang dan ikut bingung sebab cucu kesayangannya yang tidak mengingatnya. Ini bencana, posisi Valen sebagai anak pun akan jelek di mata ayahnya.

Valen berdiri, menatap nanar Teresha yang tengah di urus perawat. Ia mendekati Dokter. "Dok, saya mohon lakukan cara apapun agar Teresha mendapatkan semua ingatannya kembali." Valen memohon.

Sayangnya dokter mengatakan bahwa mengembalikan ingatan seorang pasien yang amnesia sangat sulit dan tentunya butuh waktu yang lama. Saat ini pikiran Valen buntu, satu-satunya cara mungkin menyembunyikan Teresha dari kakeknya sampai keadaan Teresha membaik. Tidak ada yang tahu pasti kapan Teresha akan mengingat semuanya.

Setelah dokter keluar, Valen serta suaminya mendekat ke Teresha. Hal yang bisa mereka lakukan sekarang adalah mengenalkan secara ulang siapa diri Teresha.

"Tere." Valen menyentuh telapak tangan Teresha. "Rasanya sedih banget lihat kamu kebingungan kaya gini. Nama kamu itu Teresha Natya Sahna, anak gadis satu-satunya di keluarga besar kita."

"Teresha Natya Sahna?"

Valen mengangguk mantap. "Ini Mami kamu dan ini Papi kamu. Teresha punya Kakek dan Nenek yang sekarang tinggal di Australia. Kita sayang banget sama Teresha, bahkan seekor nyamuk pun nggak akan kita biarin menyentuh kamu."

Teresha mengangguk. "Oh."

"Di sekolah..." Ucapan Ardi terputus, menatap wajah Istrinya yang sama-sama bingung. Bagaimana kondisi Teresha bersekolah saja mereka tidak begitu tahu. Bahkan seluruh keperluan di rumah atau di luar itu urusan asisten.

Payung TeduhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang