Part 6

6.4K 535 7
                                    

            Ravy meluruskan kakinya yang mulai pegal. Kakak senior memang benar-benar menguras tenaganya. Dia dipaksa ikut baris-berbaris dan acara panas-panasan lainnya. Apalagi dia dan Bima terlambat, akhirnya hukuman memunguti sampah di halaman aula harus mereka kerjakan. Kakak senior itu juga mati-matian membuatnya kesal. Bima mencoba menghibur hati Ravy yang sedang kesal.

            “Mereka kebangetan banget hukumnya...! Kita kan masih mahasiswa baru, lagian juga OSPEK kayak gini nggak harus pake acara hukuman-hukuman. Ini masih OSPEK Universitas, kan?” wajah Ravy mendengus sebal. Bima yang sedang duduk di sebelahnya perlahan mengusap keringat yang menetes di kening Ravy. Ravy balas menoleh, lalu menatap Bima yang sedang tersenyum sayang.

            “Kamu capek banget, ya?” suara Bima terdengar lembut. Ravy mengangguk cepat. Perlahan kepalanya jatuh ke pundak Bima. Bima hanya tersenyum lalu menepuk-nepuk kepala Ravy. Saat ini halaman aula telah sepi karena yang lain sedang berada di lapangan upacara untuk kegiatan lain.

            “Bim, aku mau bilang sesuatu sama kamu...” Ravy mengangkat kepalanya dari sandarannya di bahu Bima. Bima menoleh ke arahnya sambil mengangkat alis. Wajah Ravy benar-benar serius kali ini.

            “Bilang apa?” Bima menghadap ke arah Ravy.

            “Aku sayang sama kamu...!” Ravy terkekeh dengan wajah malu-malu, namun Bima yang mendengarnya bengong sesaat lalu tersenyum senang.

            “Aku bahkan lebih sayang kamu...!” Bima berbisik mesra di telinga Ravy. Wajah Ravy memerah dan langsung mendorong wajah Bima menjauh dari wajahnya sendiri. Ravy mendengus.

            “Kok kayaknya rasa sayang kamu lebih besar daripada aku, sih?”

            “Kamu baru tahu, ya?” Bima terkekeh geli lalu mencubit hidung mancung Ravy. “Aku sayang banget sama cowok ini!” ucapnya gemas.

            “Walaupun kita sama-sama cowok? Walaupun cinta ini terlarang?” Ravy mentapnya gusar. Bima tersenyum.

            “Sayang, lihat deh...! Kita sama-sama punya jakun di sini..” Bima menyentuh jakun Ravy. Ravy masih diam sambil menatapnya. Bima tersenyum. “Kita juga nggak punya payudara di sini...” Bima menyentuh dada Ravy. Iseng, dia mencubit dada itu. Ravy memekik kaget.

            “Bima, ih..!” Ravy memukul kesal tangan Bima. Bima tergelak lalu memasang wajah lembutnya lagi.

            “Tapi coba sentuh ini...!” Bima meraih tangan Ravy dan meletakkannya di dada Bima. “Ada detak jantung yang sama kayak orang jatuh cinta pada umumnya...! Kayak cewek dan cowok..” Bima tersenyum saat melihat Ravy mulai menyunggingkan senyum tipisnya.

            “Kita kayak cowok dan cewek yang lagi jatuh cinta, ya?” dia berbisik lirih. “Pasti aku yang jadi ceweknya..!” dia lanjut mendengus kesal.

            “Selain itu, di sini juga ada yang ‘bangun’...!” Bima menunjuk antara selangkangannya. Ravy berteriak kesal, menghempaskan genggaman Bima dan langsung berdiri. Dia menendang lutut Bima kencang.

            “Dasar otak mesum!!” dia mengomel dan langsung pergi dari tempat itu. Bima berlari di belakangnya dan mengerjarnya. Tak lama kemudian, kaka senior yang tadi memberinya hukuman muncul dan memerintahkan mereka bergabung bersama barisan lainnya.

            Senior yang tadi pagi membuatnya kesal, Deris kali ini ingin membuat perhitungan dengan Ravy. Ravy tidak tahu apa yang salah dengannya, tapi yang jelas sekarang dia sedang dihukum. Ketika dia mencoba bertanya, senior itu mengatakan kalau Ravy bersikap tidak sopan dan berani melawan pada senior. Wajah Ravy langsung cemberut seketika. Dia merasa diperlakukan tidak adil di sini. Tentu saja Deris menghukumnya secara subjektif! Dia pasti malu karena tadi dipermalukan depan Rasta! Sebenarnya Rasta itu siapa?

When? (RnB Series Season 2) - BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang