9. You Are Mine

1.6K 198 59
                                    

Astoria lagi-lagi harus merapalkan mantra perlindungan di rumahnya. Ini sudah puluhan kali dia menerima serangan setelah kabar dirinya mempunyai hubungan dengan Draco menyebar.

Banyak pihak yang langsung membencinya. Sekejab dia menjadi musuh publik. Bagaimana tidak? Hermione begitu disayangi. Dia pahlawan dunia sihir, salah satu petinggi kementerian yang sangat dihormati, dan tokoh masyarakat yang selalu dijadikan contoh.

Mendengar kalau Hermione dikhianati, membuat masyarakat dunia sihir tidak tinggal diam. Mereka berusaha mencelakai Astoria dan Ruby, anaknya. Kemarin-kemarin selalu Draco yang memasang mantra perlindungan. Tapi sekarang dia tidak ada. Maka Astoria harus memasangnya sendiri.

Ia berhenti sebentar untuk menatap langit. Mengingat Draco sedang apa dia di sana? Apa dia tidak khawatir tentang dirinya? Dia tahu kalau Astoria selalu mendapatkan penyerangan, tapi kenapa dia setidaknya tidak bertanya apa mantra perlindungannya masih aman atau tidak?

"Mama?"

Astoria langsung tersadar. Ia menoleh dan melihat Ruby yang baru datang dari kamarnya.

"Iya, sayang? Ada apa?"

Anak itu mendekat dengan ragu.

"Kenapa, Ruby? Mama sedang sibuk. Kalau tidak penting nanti sa-"

"Aku dirundung di sekolah."

Astoria langsung terdiam. "Ap-apa? Apa maksudmu, Ruby?" Wanita itu memegang bahu anaknya, kuat.

Ruby tertunduk, "Aku dirundung, dijauhi. Aku tidak punya teman." suaranya bergetar. Perlahan kepalanya terangkat untuk menatap sang ibu. Air mata sudah memenuhi pelupuk matanya, "Rose, teman baikku bahkan membenciku." lirihnya.

Astoria tak tahu harus bicara apa. Lidahnya kelu. Ia tahu kenapa ini semua bisa terjadi.

Ruby meraih kedua tangan ibunya itu, "Ma, apa aku saja tidak cukup untukmu?" Air mata dari mata jernihnya mulai turun, "Apa kita tidak bisa hidup hanya berdua? Hanya kau dan aku?"

"Ruby-"

"Bisakah kita pergi yang jauh, Ma? Kita tinggalkan tempat ini. Kita bisa mulai semuanya dari awal."

"Ruby, tapi mama tidak bisa."

Pegangan tangan Ruby mengendur. Sorot matanya memudar, "Kau tidak bisa?"

Astoria meraih bahu anaknya, "Ruby, maafkan mama."

Gadis itu mundur selangkah seraya kembali menunduk, "Tidak masalah. Dari dulu, memang tidak pernah ada yang memilihku. Setelah papa pergi, aku memang sudah tahu kalau semua ini akan terjadi."

"Ruby jangan bicara seperti itu, nak. Mama sangat sayang dengan Ruby."

Gadis itu makin menunduk, "Ma?"

"Iya, sayang? Kenapa?"

"Aku rindu papa." katanya terbata. Air mata mulai deras membanjiri wajahnya. "Aku merindukannya. Sangat merindukannya."

Astoria langsung membawa anaknya ke dalam pelukan. Hatinya perih sekali. Dia memang ibu yang buruk. Sejak kecil, Ruby lebih dekat dengan ayahnya. Sejak ayahnya meninggal, seharusnya dirinyalah yang menggantikan sosok ayah. Tapi dia tidak bisa. Menjadi sosok ibu yang baik saja dia tidak bisa.

"Maafkan ibu, nak. Maafkan ibu."

...

Hari keempat..

Draco melihat Hermione yang tertidur di sofa. Ia habis menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya dan juga Draco. Senyum kecil terpatri di wajah tampannya dan Ia pun menghampiri istrinya itu.

SkeletonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang