10. Regretfull

1.7K 202 26
                                    

"Kau harus menandatangani berkas ini untuk keperluan perceraianmu."

Draco diam sejenak seraya melihat sebuah berkas yang kini disodorkan Theo ke hadapannya.

"Kenapa?" Theo menyandarkan tubuhnya pada kursi seraya menyilangkan kedua tangannya di depan dada saat melihat Draco yang hanya diam.

"Kau menyesal? Kau ingin membatalkannya?"

Pria blonde dengan setelan jas hitam yang melekat pas di tubuhnya itu menghela napas berat. Entahlah, rasanya ini semua tidak benar. Tapi dia tidak tahu apa yang paling benar. Kenapa rasanya berat sekali menandatangani berkas itu? Padahal dulu Ia yang sangat ingin berpisah dengan Hermione.

Theo tersenyum miring melihat kegundahan Draco, "Kau tidak pernah berubah, ya." ujarnya santai.

Draco mengerutkan dahinya, "Apa maksudmu?"

"Dari dulu kau tidak pernah bisa mengambil keputusan sendiri. Kau selalu memilih pilihan yang salah."

Kini Draco menatap Theo dengan tajam, "Tidak perlu mengolokku, Theo. Kau tidak merasakan apa yang aku rasakan."

"Ya, karna aku tidak sebodoh kau. Aku bisa memilih pilihan yang tepat untuk diriku sendiri."

Kini Draco yang tersenyum miring, "Tapi sayangnya pilihanmu tidak memilihmu balik. Kasihan sekali." sindirnya telak.

"Oh stop, guys. Kalian sudah hampir kepala empat, tapi kenapa tidak pernah dewasa?!" Pansy berseru, kesal. Diikuti anggukan santai Blaise yang hanya menyimak seraya meminum ice americano-nya.

Theo mencoba menahan emosinya. Dia tahu melawan Draco hanya akan buang-buang tenaga.

"Aku hanya tidak ingin dia mempermainkan Hermione, Pans. Dia sudah benar-benar keterlaluan." lirihnya kemudian. Dan kali ini, Draco hanya bisa diam.

Pansy yang menjadi satu-satunya perempuan di circle mereka pun menghela napas panjang. Dia sudah mengenal Draco bahkan lebih dari setengah umurnya. Dia tahu betul cerita hidup sahabatnya itu.

Bahkan dari Draco sendiri.

"Draco, aku tahu semua yang ada dalam hidupmu. Termasuk perasaanmu pada Hermione."

Semuanya diam.

"Dia cinta pertamamu kan?"

"Apa?!" Theo berseru. Sedangkan Draco hanya mengaduk-aduk minumannya.

"Aku benci sikapmu yang denial, Draco. Kau selama ini hanya terlalu terbiasa dengan Astoria. Tapi cinta? Coba kau pikirkan lagi. Kalau kau mencintai Astoria, kenapa kau bertahan dengan Hermione selama 16 tahun?!"

Draco mengedikkan bahunya, "Aku sudah memintanya berulang kali untuk berpisah. Tapi dia selalu menolak."

Pansy terkekeh, "Dan seorang Draco akan pasrah dengan keinginannya? Aku sangat tahu dirimu. Kalau kau sangat menginginkan sesuatu, kau akan memaksanya. Kalau kau ingin benar-benar berpisah, kau akan lakukan cara apapun agar keinginanmu terwujud."

Draco kembali diam.

Pansy meraih tangan Draco dan menggenggamnya, "Kau tahu kan aku dulu sangat membenci Hermione? Bukan karena dia muggleborn atau dia Gryffindor. Bukan juga karena dia teman Harry Potter dan Weasley. Tapi karena dirimu. Kau tahu kalau aku menyukaimu dulu. Aku tahu tatapan matamu berbeda saat menatapnya, Draco."

Kini laki-laki bermata kelabu itu menatap mata teman perempuannya itu, "Bahkan saat kau mengejek dan mencacinya, aku bisa lihat ada kasih sayang di dalam matamu. Kau manusia teraneh yang pernah aku kenal. Kau selalu menyakiti orang yang kau sukai, padahal aku tahu kau selalu menyesal setelah menyakitinya kan? Kau jadi semakin membenci dirimu sendiri karena menyakiti hatinya."

SkeletonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang