Chapter 7

2 1 0
                                    

Happy Reading 💙
.
.
“Jangan mau ditindas, kalo lo semua diam aja dan cuma bisa nangis sampai kapanpun kita ga akan bisa nyelamatin diri kita sendiri.”

Kanaya berjalan menuju ke kelasnya dan tiba-tiba dia berdiri mematung, dia mendengar suara orang menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kanaya berjalan menuju ke kelasnya dan tiba-tiba dia berdiri mematung, dia mendengar suara orang menangis.

Dengan terburu-buru Kanaya mempercepat langkahnya menuju kelas, dan betapa terkejutnya dia saat melihat keadaan kelasnya yang berantakan ditambah lagi dengan teman-temannya yang menangis.

Kanaya mencoba untuk memasuki kelasnya, dia berjalan perlahan sambil melihat isi kelasnya yang berantakan. Saat melihat kearah papan tulis badan Kanaya tiba-tiba kaku, dia terkejut bukan main.

Pasalnya dipapan ada tulisan “kalian tidak akan pernah bisa mengetahui jati diriku, tunggulah waktu kalian masing-masing.” Tulisan itu ditulis menggunakan tinta berwarna merah, tapi tinta itu lebih mirip dengan darah.

Kanaya berjalan menuju meja dimana Fira duduk. Fira menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya, dia menangis tersedu-sedu.

“Fir, ini kenapa lagi?” tanya Kanaya dengan menepuk pundak Fira pelan.

Kanaya melihat sekitarnya, ini benar-benar berantakan. Bahkan, ada buah durian yang tersebar di setiap meja mereka dan baunya sangat menyengat, Kanaya hampir saja mau muntah mencium baunya.

Fira mengangkat kepalanya yang dia sembunyikan di lipatan  dan dia langsung memeluk Kanaya erat.

“Kan, gue takut.” Fira terisak dalam tangisannya.

Kanaya berusaha menenangkan Fira dengan mengelus-elus punggungnya. Dia membalas memeluk tubuh Fira dengan erat.

“Gausah takut Fir, ada gue disini,” ucap Kanaya menenangkan.

“Gimana kalo orang itu ngebunuh kita semua kana?” Fira menarik-narik pelan tangan Kanaya. Pasalnya dia sangat takut dengan teror ini.

“Engga akan fir, gue pastiin kita semua aman.” Kanaya tersenyum menjelaskan.

Sebenarnya, kalau boleh jujur Kanaya juga merasa takut akan hal itu. Tetapi, dia tidak ingin memperburuk keadaan. Akan lebih baik jika dia menyembunyikan rasa takutnya dan memikirkan bagaimana caranya mengetahui jati diri sang pelaku teror.

Kanaya bangun dan berjalan kedepan kelas, dia mengambil penghapus dan mulai menghapus tulisan yang ada di papan tulis itu.

“Jangan mau ditindas, kalo lo semua diam aja dan cuma bisa nangis sampai kapanpun kita ga akan bisa nyelamatin diri kita sendiri.” ujar Kanaya sedikit kesal.

My Mysterious Class [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang