Bayan terus menyeret dan menggenggam tangan Ayudisha, tak peduli jika gadis itu berjalan dengan tertatih-tatih. Ia hanya ingin cepat sampai rumah dan mengatakan pada calon mertuanya, bahwa Ayudisha hampir berbuat curang.
"Bisakah kamu berjalan lebih pelan." Suara Ayudisha begitu lembut dan terkesan memohon. Tapi Bayan mengabaikannya dan terus menyeretnya dengan kasar.
Amarah bayan masih membara dan ia belum melampiaskan nya dengan tuntas. Bayan terus diam dan tak menoleh sedikit pun ke arah Ayudisha, seolah sesuatu yang ada di tangannya adalah sebuah benda mati dan bukan calon istrinya.
"Diam dan jangan bicara lagi," ucap Bayan tajam.
Melihat perlakuan buruk Bayan padanya, Ayudisha segera memaklumi hal itu. Ia ingat bagaimana Bayan mengalami banyak kesusahan saat ia meninggalkan nya. Walaupun tak ada cinta di antara mereka, tapi pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap main-main. Itu merupakan perjanjian suci untuk hidup semati dengan menyebut nama Tuhan. Jadi orang-orang menghormatinya dan akan mengutuk keras siapapun yang berani mempermainkan janji itu.
Di masa lalu, setelah Ayudisha menikah dengan Tanjung. Banyak orang mencemooh cara mereka menikah yang begitu buruk dan itu bukan hanya untuk dirinya dan Tanjung tapi juga pada Bayan. Bayan adalah prajurit hebat dengan segudang prestasi, ia dilatih langsung oleh Mahapatih kerajaan Malaka sehingga masa depannya kemungkinan besar akan cerah. Tapi ia memiliki noda besar dalam reputasinya, ia tak bisa menjaga calon istrinya sendiri.
Selama puluhan tahun, Bayan dibayang-bayangi oleh ejekan serta sindiran dari berbagai pihak mengenai Ayudisha. Apalagi jika ditambah dengan Bayan yang tak menikah bahkan setelah berumur hampir 70 tahun. Itu membuat orang-orang berasumsi bahwa ia masih mencintai Ayudisha dan belum bisa melupakannya.
Jika rumor itu benar, maka Ayudisha dapat dinobatkan menjadi wanita paling bodoh di jagat raya. Bagaimana bisa ia menyia-nyiakan orang hebat seperti Bayan. Dia adalah jendral perang dengan puluhan ribu prajurit. Apalagi tak ada selir ataupun istri yang akan berbagi posisi dengannya. Bahkan jika pernikahan itu tak memiliki cinta, siapapun akan bahagia jika mendapatkan suami kaya dan setia seperti seorang Bayan.
"Maafkan aku."
"Sekarang akhirnya kamu tau kamu salah." Ucap Bayan mencibir.
Ayudisha hanya terdiam setelahnya, ia sangat ingat betapa buruknya nasib yang menghampirinya setelah menikah dengan Tanjung. Laki-laki itu adalah sastrawan muda yang berpotensi menjadi orang besar di masa depan. Ayudisha jatuh cinta padanya karena kepiawaiannya dalam merangkai puisi, serta tutur katanya yang lembut dan penuh kasih. Ayudisha berfikir tak akan ada laki-laki lain yang bisa memperlakukannya selembut itu.
Saat Ayudisha dan Tanjung menikah, terjadi banyak keributan. Hal itu dikarenakan Ayudisha telah dikenal oleh orang luas sebagai calon istri Bayan. Tapi apa boleh buat, Ayudisha dan Tanjung telah menginap satu malam dan tak pulang ke rumah. Itu membuat orang-orang tak memiliki kuasa untuk marah dan segera merestui hubungan mereka.
Pernikahan bahagia hanya berlangsung selama beberapa bulan. Tanjung yang terbiasa dipuji karena ketampanan dan kelembutan nya perlahan mulai tak tahan dengan gunjingan orang lain. Ia merasa bahwa ia adalah orang yang memiliki pengetahuan luas dan pantas di hormati. Itu membuat Tanjung perlahan melihat istrinya dengan cara yang berbeda. Tak ada lagi cinta yang terlihat, hanya kebencian dan kemarahan yang ia tunjukkan. Ia benci pada Ayudisha karena dia telah menjadi orang yang membuatnya dicemooh oleh semua orang seperti ini. Jika ia tak menikahi gadis itu, maka reputasinya akan tetap utuh dan ia mungkin sekarang telah menjadi salah satu cendikiawan terbaik di kerajaan Malaka.
Perlahan tapi pasti, Tanjung mulai jengah dengan Ayudisha yang terlampau manja. Ia mulai hilang kesabaran dan tak segan untuk memukul istrinya dengan keras. Apalagi ditambah dengan tak ada anak yang lahir diantara mereka. Itu membuat Tanjung berfikir bahwa Ayudisha adalah seorang wanita mandul.
Ketidakpuasan terus berkembang dan Tanjung yang mulai ingin mendapatkan seorang anak langsung hilang kesabaran. Ia menikah dengan seorang gadis muda yang terlihat cantik. Gadis itu memberi Tanjung tiga orang anak dan itu membuat Tanjung tak henti-hentinya memanjakan wanita itu.
Ayudisha yang diabaikan selama puluhan tahun harus menderita karena kecemburuan dan rasa iri. Tapi itu tak membuat Ayudisha menjadi orang jahat, ia hanya merasa bahwa semua hal yang ia alami adalah sesuatu yang pantas ia dapatkan.
Penderitaan yang Ayudisha alami ternyata tak berhenti sampai disitu. Selama puluhan tahun menikah, istri muda Tanjung mulai menunjukkan taringnya dan menganggap Ayudisha sebagai seorang benalu yang harus disingkirkan. Tanjung yang mendengar keluhan istri mudanya langsung setuju tanpa berfikir.
Ayudisha diceraikan oleh Tanjung saat usianya hampir paruh baya. Dengan kecantikan yang memudar orang-orang tak mau menikahinya untuk kedua kalinya. Apalagi ditambah dengan Ayudisha yang tak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dan bisa memiliki seorang anak.
Tanjung hanya memberinya sepetak tanah di kebun untuk ia tinggali. Tak lupa gubuk tua dengan alas bambu dan pakaian hangat. Selebihnya Ayudisha hidup sebatang kara dan menjalani hidup dengan kesepian.
KAMU SEDANG MEMBACA
(END) Istri Manis Jenderal Perang
Historical FictionAyudisha adalah wanita paruh baya yang menjalani masa tua dengan kesepian. Ia hidup tanpa anak dan suami. Banyak orang merasa kasihan padanya dan terkadang memberinya sedekah berupa makanan dan uang. Saat hujan lebat datang, Ayudisha menghembuskan n...