Penyesalan terbesar

17.1K 2.2K 19
                                    

Ayudisha menjalani hidupnya hingga akhir dengan sebuah penyesalan yang besar. Ia terus hidup dalam kesepian dan rasa sakit. Keluarganya yang mulia telah membuangnya dari silsilah keluarga sejak ia menikahi Tanjung. Itu membuat Ayudisha enggan dan malu untuk pulang ke rumah. Ia malu mengakui pada kedua orang tuanya serta kakak laki-lakinya bahwa ia telah membuat keputusan yang salah.

Saat kematian datang, Ayudisha hanya berharap kematian itu tak memiliki rasa sakit yang besar. Ia ingin mati tanpa mengingat kejadian masa lalunya yang pahit. Tapi hari ini Tuhan ternyata memiliki rencana yang berbeda. Ia dilahirkan kembali tepat sebelum ia menikahi Tanjung. Itu membuat Ayudisha merasa bahagia sekaligus haru. Ia tak menyangka Tuhan begitu baik padanya hingga memberinya kesempatan kedua.

Ayudisha berjanji dalam hatinya untuk tak membuat orang lain kesusahan karena sikap egoisnya. Ia akan berusaha lebih keras dan membuat akhir yang bahagia untuk hidupnya di kesempatan kedua ini.

Ayudisha terus menatap punggung Bayan dengan sedikit linglung. Laki-laki di depannya adalah seorang calon jendral besar yang terkenal bengis dan kejam. Ia memiliki reputasi peperangan tanpa sebuah kekalahan. Bahkan Kerajaan luar yang terkenal kuat pun belum bisa menguasai Malaka karena berada di bawah komando seorang Bayan.

Semua orang mengagumi dan takut pada seorang Bayan. Itu membuat laki-laki itu lebih diagungkan daripada Baginda Raja Malaka itu sendiri.

Saat mereka berdua sampai di rumah besar, ada beberapa penjaga yang mengenali mereka dan mempersilahkan untuk segera masuk. Bayan yang masih menyeret calon istrinya segera menatap sang calon mertua dengan wajah datar. Itu membuat Tuan Gili heran dan segera mendekat dan bertanya.

"Darimana kalian malam-malam seperti ini. Kalian harusnya tak pergi kemana-mana sebelum pernikahan berlangsung. Tak baik jika dilihat oleh orang banyak. Bagaimana bisa kalian begitu ceroboh."

Mendengar teguran calon mertuanya, Bayan merasa kesal dan tak terima. Ia mencoba untuk membela diri dan ingin mengadukan Ayudisha pada laki-laki tua itu, hanya saja Ayudisha berhasil menghentikan nya dengan suara tangisan kecil. Wanita itu terlihat bercucuran air mata saat melihat Tuan Gili, itu membuat dua laki-laki lainnya heran dan langsung cemas.

"Kenapa kamu malah menangis?" ucap Bayan heran.

Ayudisha sangat merindukan orang tuanya. Ia tak bertemu dengan mereka setelah ia menikah dengan Tanjung. Itu membuat Ayudisha untuk sesaat tak bisa mengenali ayahnya sendiri. Mengingat betapa buruk perlakuan nya kepada kedua orang tuanya di kehidupan sebelumnya, membuat Ayudisha tak kuasa menahan tangis. Ia sangat berdosa pada laki-laki tua di depannya.

Tuan Gili segera menepuk Bayan dengan keras. Dia terlihat marah dan melotot pada Bayan. Tuan Gili tak merasa takut saat berhadapan dengan laki-laki itu, padahal tubuh Bayan sangat tinggi dan besar. Tapi melihat Ayudisha menangis di depannya, rasa takut dan sungkan langsung hilang seketika. Dia akan memukul keras Bayan karena telah membuat putrinya menangis.

Ayudisha melihat Ayahnya yang perhatian segera menghentikan tangisnya. Ia sadar jika ia menangis lebih lama mungkin Bayan akan mengamuk karena tak terima. Ayudisha segera menghentikan laki-laki tua itu dan berusaha membuat alasan agar amarahnya mereda.

"Ayah, Bayan membawaku ke hutan belakang dan disana ada ular. Aku sangat takut."

Mendengar alasan bodoh Ayudisha, Bayan segera melotot tak terima. Ia tak menyangka Ayudisha sangat pandai berbohong, itu membuat Bayan semakin ingin mengadu pada Ayah mertuanya. Tapi lagi-lagi sebelum suara keluar dari mulutnya, Tuan Gili segera menghentikan nya.

"Astaga, bagaimana bisa kalian berada di hutan belakang malam-malam seperti ini. Apalagi malam ini sangat dingin, apa kamu tidak takut sakit? Cepat masuk dan segera hangatkan tubuhmu."

Ayudisha segera masuk sesuai perintah Ayahnya. Setelah itu Tuan Gili langsung menatap calon menantunya sambil menggeleng-gelengkan kepala. Lalu menepuk bahu Bayan dengan ekspresi pemahaman yang abstrak.

"Aku tau anakku sangat cantik dan kamu tidak sabar untuk melakukan banyak hal dengannya. Tapi bersabarlah, sebentar lagi dia akan menjadi milikmu dan kamu bebas melakukan apapun dengannya."

Mendapatkan tuduhan tercela dari calon istri dan calon ayah mertuanya. Bayan langsung terdiam dan tak habis pikir dengan jalan pikiran ayah dan anak itu. Kenapa ia sekarang berubah menjadi tersangka di kejadian ini. Bayan pun terpaksa harus pulang dan menerima tuduhan jahat yang diperuntukkan padanya.

Bayan yang kesal mencoba melampiaskan amarahnya. Saat ia kesal dan tak bisa melampiaskan nya, ia langsung ingat dengan laki-laki lemah yang hampir mencuri calon istrinya. Bayan pun segera berbelok dan kembali ke tempat Tanjung tergeletak sebelumnya. Ia bertekat untuk mematahkan beberapa tulang laki-laki itu.

(END) Istri Manis Jenderal PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang