Selamat membaca 😁
Pagi harinya, Epril tiba-tiba demam. Suhu tubuhnya tinggi sampai membuat anak itu menggigil.
Arthur yang mengetahui putrinya sakit memutuskan untuk izin cuti hari itu. Karena dia tidak mungkin meninggalkan Epril bekerja dengan keadaan putrinya yang tengah demam tinggi.
Pria itu menatap Epril sendu ketika mendengar putrinya terus menyebut nama Ivanka dengan suara lirih yang bergetar. Bahkan, Epril sampai tidak ingin makan dan meminum obat jika belum bertemu dengan Ivanka.
"Epril, makan dulu. Perutnya harus diisi sebelum minum obat," tutur Arthur dengan nada suara halus.
"Nggak mau. Nggak mau makan," tolak Epril dengan suara serak.
"Sedikit aja, Sayang," bujuk Arthur.
Epril menggelengkan kepala sembari menangis. "Nggak mau! Epril maunya disuapin kak Vanka."
Tatapan Arthur semakin melemah.
"Nanti kak Vanka datang ke sini. Makanya Epril makan dulu," ujarnya pelan.
"Papa bohong!" pekik Epril semakin menangis sesenggukan.
"Kalau kamu nggak mau makan, Papa nggak akan bawa kak Vanka ke rumah." Arthur terpaksa mengancam Epril karena terdesak.
Alih-alih tenang, Epril justru semakin menangis.
"Papa jahat!!" teriak Epril membalik tubuh membelakangi Arthur.
Anak itu lalu menutupi tubuhnya dengan selimut, dan menangis tertahan di sana.
"Kak Vanka ...," lirih Epril pilu.
"Mau sama kak Vanka ...."
Arthur memejamkan mata dalam-dalam sembari mengembuskan napas berat. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa Epril begitu dekat dengan Ivanka.
Pria itu meletakkan piring di atas nakas, dan beranjak pergi dari kamar Epril. Dia kemudian melangkah menuju kamarnya untuk berganti pakaian sebelum pergi menemui Ivanka.
Selepas selesai, Arthur turun ke bawah dan meminta Ani untuk menjaga Epril selama dirinya pergi.
Dan setelah cukup lama menghabiskan waktu di perjalanan, akhirnya Arthur tiba di kampus tempat Ivanka berada.
Ketika mendapati Ivanka tengah duduk sendiri, Arthur bergegas menghampiri Ivanka di tempat yang sama seperti kemarin dengan langkah lebar.
"Ivanka," panggil Arthur.
Saat mengenali suara itu, Ivanka seketika beranjak dan langsung pergi tanpa menoleh ke arah Arthur.
"Ivanka, tunggu!" Arthur menahan lengan Ivanka.
Ivanka menoleh ke belakang, dan menatap Arthur dingin. "Lepas," pungkasnya datar.
"Tolong dengarkan saya dulu. Saya hanya ingin bicara sebentar saja," ujar Arthur.
"Lepas!" desis Ivanka dengan nada suara yang lebih tegas dibandingkan sebelumnya.
"Epril sakit, dia ingin ketemu kamu," ungkap Arthur dengan tatapan sayu.
Ivanka hanya diam menatap Arthur dengan tatapan menerawang jauh ke depan.
"Dia tidak mau makan kalau belum ketemu kamu. Sedangkan demamnya cukup tinggi. Keadaannya akan semakin parah kalau dia tidak segera minum obat. Jadi saya mohon, tolong datang ke rumah dan bujuk Epril," pinta Arthur dengan raut wajah memelas.
"Saya benar-benar butuh bantuan kamu," imbuhnya.
Ivanka tersenyum sinis, mentertawakan Arthur yang menemui dirinya hanya karena sedang memerlukan bantuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berhenti Mengejar Pak Dokter ✓
RomanceIvanka terus mengejar Arthur meski telah ditolak berkali-kali. Walaupun sudah hampir dua tahun cintanya tak terbalaskan, tetapi Ivanka tetap bertekad untuk mendapatkan hati pria itu. Sampai akhirnya, dia melihat Arthur tersenyum lembut dan menatap h...