28.» Ethereal

41.7K 4.8K 331
                                    

BACA INI NGGAK GRATIS!
BAYAR DENGAN VOTE DAN KOMEN!!

✿Happy reading✿

Dering telepon membangunkan seseorang yang mulanya masih tertidur pulas.

Matanya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya.

Sinar mentari telah menembus jendela kamar yang gordennya tidak ditutup.

Perlahan ia mendudukkan tubuhnya dan menoleh ke samping. Di sana ada mahkluk tampan yang masih tertidur pulas. Wajahnya sangat damai saat tertidur, sangat berbeda jika sedang dalam mode sadar.

"Wajahnya polos banget waktu tidur, tapi kenapa pas bangun kayak singa, ya?" gumamnya. Dia Azalea Kananta.

Telepon di atas nakas yang terdapat di samping laki-laki itu kembali berbunyi.

Dengan ragu ia membangunkan laki-laki yang sekarang telah menjadi suaminya.

"Kak," panggilnya.

Karena tidak mendapat respon, ia memberanikan diri untuk menyentuh lengan laki-laki itu.

"Kak Agraven, ada yang nelepon."

"Biarin," jawabnya. Namun, mata masih terpejam rapat.

"Kak, ih! Siapa tau penting." Aza tidak berhenti begitu saja untuk membangunkan Agraven.

"Nggak ada yang penting selain Azananta," tuturnya dengan mata masih terpejam.

Mata Aza melotot kaget. Apa Agraven sedang mengigau?

"Kak Agra pasti ngelindur?"

Tidak mendapat jawaban. Berarti Agraven mengigau, pikir Aza.

Ponsel Agraven kembali berdering.

Dengan sedikit keberanian, Aza menggapai ponsel Agraven. Jantungnya pagi-pagi sudah maraton saat melewati tubuh Agraven di bawahnya.

Tangannya sedikit lagi sampai untuk menggapai ponsel Agraven. Namun, pinggangnya ditarik kuat oleh Agraven. Alhasil Aza jatuh di atas tubuh laki-laki itu.

"K-kak ...."

"Mau ngapain, hm?" Suara serak khas orang bangun tidur mengalun begitu saja di telinga Aza. Membuat detak jantungnya semakin menggila. Ditambah ditatap sedekat ini oleh Agraven.

"H-hp kamu bunyi dari tadi," jawab Aza gugup. Matanya berusaha menghindari tatapan lekat yang diberikan Agraven.

"Tatap saya."

Ya Tuhan! Aza harus bagaimana. Untuk sekedar menatap saja ia tidak berani.

"Kak, lepasin. Ini udah pagi, Aza mau--"

"Tatap saya, setelah itu baru dilepasin," potong Agraven. Bibirnya sedikit terangkat melihat kegugupan sang istri.

Aza menggelengkan kepalanya dengan cepat. Matanya terpejam kuat.

"Oke. Kayak gini terus," pungkas Agraven. Tangannya menarik tengkuk Aza, sehingga wajah Aza tersembunyi di ceruk lehernya.

Aza ingin memberontak, tapi tangan Agraven memeluk erat pinggangnya, sedangkan tangan laki-laki itu mengusap rambutnya.

AGRAVEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang