09: Mulai Goyah

750 51 0
                                    

Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, tapi aku sama sekali tak bisa tidur.

Berulang kali aku mencoba tidur tapi tetap saja sulit!

Ku lirik Tio yang sepertinya sudah tertidur lelap, posisi tidur ku itu menghadap ke arah tio, kami saling berhadapan satu sama lain.

Jika di lihat saat tidur, cowo itu terlihat sangat tidak manusiawi. Karna wajahnya terlalu tampan untuk di sebut sebagai manusia.

Aku jadi ingat, dulu ketika kita masih pacaran banyak sekali cewe-cewe sekolah yang selalu memandang ku sinis. Ada juga yang kadang selalu terang-terangan menyindiriku katanya aku menggunakan pelet biar tio suka sama aku.

Hahaha padahal dulu yang nembak duluan itu Tio!

Iya aku tau wajah ku emang ga cantik, tubuhku juga kurus kering ga montok kaya cewe lain. Tapi kan kalo tio-nya suka kenapa mereka yang sewot?!

Aku terkekeh kecil, kemudian merubah posisiku jadi membelakangi Tio.

Aku masih berusaha mencari posisi nyaman buat tidur, apalagi besok aku harus ke kantor.

Aku berusaha memejamkan mataku, sesaat kemudian aku tersentak kaget saat merasakan ada sepasang tangan yang melongkar di pinggangku.

Oh tuhan!

Tio selalu tau caranya memanfaatkan keadaan!

Mendadak aku menjadi menahan napas ketika cowo itu semakin merapat ke arahku, bahkan aku bisa merasakan debaran jantunya di punggungku dan hembusan napasnya yang menerpa tengkuk leherku.

Sialan!

Dia terlalu menempel!

Aku menggigit bibir dan meneguk ludahku kasar saat tangan sialan itu merayap masuk kedalam baju tidurku dan mengusap kulit perutku dengan gerakan abstrak.

"Ga bisa tidur?" tanya Tio, ku pikir dia sudah tidur.

"hm, lo belum tidur?" balasku yang langsung balik bertanya.

Lagi-lagi hembusan napas tio membuatku merinding di tambah dengan usapannya di perutku, Suasana seperti ini benar-benar membuat ku lemah.

Iya lemah..

Iman aku tuh lemah!

Apalagi kalo sama Tio!

"Dari tadi gue pengen meluk lo… Tapi lo-nya ga tidur-tidur" keluh tio.

"Makannya kalo gue tidur jadi lo bisa bebas ngapa-ngapain gue gitu?!" sewot ku, tapi malah di balas kekehan sama Tio.

"Ya engga gitu, kalo lo tidur gue kan enak langsung peluk ga perlu canggung minta dulu karna gue yakin nanti lo ga mau kan?" balasnya.

Aku mendengus, "Terus ini apa?!"

Lagi-lagi Tio terkekeh, cowo itu makin ngeratin pelukannya dan bahkan kepalanya udah ngusel-ngusel di celeruk leherku.

"hm, gue juga nyesel ga dari tadi" sautnya sesekali aku bisa merasakan jika cowo itu mengecupi tangkuk ku dengan deru napasnya yang kian membuat ku gila.

"Yo… Jangan di cium-cium ah geli!" sewot ku, tapi sama sekali ga di hiraukan tio.

"hm… Kalo di gigit boleh?"

Plak

"Tanda yang kemarin masih ada ya!! Ga usah nambah-nambahin! Ilanginnya susah!"

"ishh!" tio menggerutu kesal pas aku dengan sengaja nampol kepalanya.

Abis dia nyebelin banget si, tanda yang pertama aja belum ilang sekarang mau nambahin!

Ga tau apa ngilangin tanda kaya gitu tuh susah banget, kalo jeni tau bisa abis aku di ketawain dia.

"Mending tidur deh yo, udah malem! Lo besok kerja kan? Gue juga kerja, daripada kita sama-sama kesiangan kan repot!"

"Lo aja ga bisa tidur"

"Iya juga ya… Lo Tau ga cara biar bisa cepet tidur gimana?"

Tio terdiam cukup lama, membuatku jadi penasaran dan menengok ke arah cowo itu yang tampak sedang berpikir.

Dahiku mengernyit, entah apa yang lagi tio pikirin sekarang.

Yang jelas cowo itu terlihat sangat serius.

"hm.. Kalo gue tau lo mau lakuin?" tanyanya yang sedikit ambigu.

Aku hanya membalas dengan anggukan kecil, kita berdua masih saling memandang satu sama lain.

"Yakin?" tanyanya lagi.

"Emang apaan?" tanyaku yang jadi penasaran, tio tersenyum kecil sedetik kemudian cowo itu tanpa aba-aba langsung menempelkan bibirnya dengan bibiku.

Hanya beberapa detik, karna kemudia tio kembali memandangku yang masih terkejut.

"Kissing" bisik tio dan kembali menyerang bibirku.

Kali ini bukan hanya sekedar menempel, tapi tio langsung melumat bibir atas dan bawahku bergantian. Mencumbuku dengan ciuman memabukannya.

Sialan!

Aku bahkan tak memiliki kemampuan untuk menolak.

Ini yang aku takutkan, aku takut diriku sendiri yang tak bisa mengendalikan perasaan ku.

Tanpa sadar aku sudah memejamkan mataku, menikmati ciumannya. Tangaku melingkar di bahunya, tio merubah posisinya berada di atas tubuhku dengan tangan kirinya yang dia jadikan tumpuan.

"emh…"

Sialan sekali mulutku ini!

Kenapa harus mengeluarkan erangan menjijikan seperti itu si!

Otakku sekita tak berfungsi, tubuh ku seolah pasrah ketika tangan tio berkelana di sekujur tubuhku. Bahkan ketika ciuman pria itu turun ke leher dan dadaku. Aku seolah tak peduli lagi, aku tak tau harus bagaimana jika sudah di bakar hormon sialan ini!

"Ah!" aku terkejut saat tio mengigit gemas panyudaraku, entah sejak kapan dia melepaskan baju dan bra-ku.

"Jangan di gigit!" aku mendengus kesal, sedangkan tio justru terkekeh dan kembali melanjutkan aksinya mencumbu seluruh tubuhku.

Badanku seakan melayang ke langit, rasanya tak bisa ku utarakan.

Yang jelas, tio sangat pandai membuatku tak berkutik.

Dan ketika aku merasakan sesuatu yang mengeras bergesekan dengan pahaku, kesadaranku seakan kembali.

Dengan cepat aku menahan tangan tio yang akan melepaskan celana yang masih ku pakai.

Aku sudah terlalu jauh!

Jika tidak ku hentikan sekarang, maka aku tidak akan pernah bisa menghentikan diriku lagi nantinya.

"Perjanjiannya cuma skinship kan yo?" ucapku, menyadarkan tio untuk tetap di batasannya.

Bisa ku lihat raut wajah kecewa tio yang tergambar jelas, tapi bibirnya masih mengulas senyum lembut ke arahku.

Cowo itu kembali merapihkan pakaiananku, dan kambali ke posisi semula. Memelukku dari belakang, "Maaf, sama lo gue suka lupa batasan gue" gumamnya.

Aku sendiri tau apa yang tio rasanya, aku hanya diam menerima pelukan hangat yang tio berikan padaku.

Entah akan seperti apa hubungan kami kedepannya, aku sendiri mulai ragu.

Aku takut kembali jatuh pada pelukan tio.

Housemate ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang