2

37 15 30
                                    

-----------------------------------------------------------------
"Mata itu, aku menyukainya.
Dan aku akan kecewa jika aku tak melihatnya setiap hari.

Tatapan itu benar-benar membuatku mabuk, aku ingin dan bahkan selalu ingin.

Aku tidak membayangkan jika mata itu tidak aku lihat,

Akan se-hancur apa?

Akan segila apa?

Tolong siapapun jangan alihkan mata itu dariku, atau aku akan kecewa mata itu menatap yang lain selain aku.

Aku butuh bahkan lebih dari butuh.
Tunggu, maksudku si pemilik mata indah itu, aku menginginkannya." _Asima
-----------------------------------------------------------------

Aku menghampiri Meli bersamaan dengan makanan yang ku bawa, Meli terlihat sedang menunggu kedatanganku terbukti saat aku menyimpan semua pesanannya di meja, Dia memasang wajah kesal.

"Lo kemana aja sih, Sima" Kata Meli dengan kesal.

"Sorry, tadi penuh" Jawabku berbohong.

Setelah itu Meli tidak lagi berbicara, kami berdua langsung menikmati waktu istirahatnya dengan makanan yang baru saja aku bawakan tadi.

Kami berdua benar-benar menikmati waktu istirahat kali ini, hingga tak terasa semuanya sudah habis. Sebelum kembali ke kelas kami berdua sempat mengobrol sebentar disini karena memang waktunya masih lama.

"Eh nanti sore jadi kan kita?" Tanya Meli padaku.

Mungkin maksud dia ngerjain tugas kelompok.

"Jadi kok, kenapa emangnya?" Tanyaku balik pada meli.

"Gapapa sih, oh iya bukannya tadi lo bilang mau cerita soal itu.."  Meli tak melanjutkan.

"Soal apa?" Tanyaku yang tidak ingat apapun.

"Gak jadi deh, tuh orangnya dateng" Kata meli yang membuatku semakin bingung.

"Hah?" Ucapku yang bingung sambil mengerutkan kening.

"Itu di belakang lo" Kata meli sambil melihat ke arah belakangku.

Penasaran apa yang di lihat Meli lantas aku segera memutar badanku ke arah belakang, dan ya di belakang ku sudah ada seorang laki-laki yang tadi sempat bertemu denganku waktu memesan makanan. Mungkin maksud Meli, ia ingin aku bercerita tentang alasanku memilih lelaki itu untuk sandaran ku bertahan hidup.

"Ada apa?" Tanyaku pada Aksa, lelaki yang Meli maksud.

"Pengen ngajak lo ngobrol berdua, bisa?" Katanya berharap aku mengiyakan.

"Bisa, tapi Meli.." Jawabku menggantung sambil menengok ke arah belakang.

"Ah gue? It's okay lo pergi aja sana, gue bisa ke kelas duluan" Kata Meli yang tidak keberatan.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya, have fun" Pamit Meli padaku.

Meli sudah melangkah pergi keluar kantin, itu artinya kini hanya tinggal aku dan lelaki itu, Aksa.

ASIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang