-------------------------------------------------------------
"Jika tak bisa membuatku bahagia maka berhentilah untuk menyakiti."
-------------------------------------------------------------
Disinilah kisahku berawal.
Pagi hari yang tak begitu cerah seperti keadaanku sekarang, disebuah ruangan yang sangat minim cahaya disinilah aku berada. Ya bisa dibilang ruangan ini kamarku yang di dasari cat yang berwarna hitam.Aku tengah terbaring tidur dikasur kesayanganku saat ini. Aku sama sekali belum terbangun rasanya begitu malas untuk bangun kembali, jika boleh aku ingin meminta terus tertidur saja selamanya. Tapi apalah daya tuhan masih mengijinkanku terbangun untuk berjuang hari ini.
Dengan sangat terpaksa aku beranjak dari tidurku yang tenang ini dan langsung berlalu menuju kamar mandi. Aku memasuki ruangan yang dimaksud itu, sebelum benar-benar melakukan ritual pagiku, aku menatap diriku sendiri dari pantulan cermin didepanku. lihatlah aku seperti orang gila rambut berantakan, mata merah serta sembab. Sudah kupastikan ini pasti gara-gara semalaman aku menangis hingga tak ingat kalau waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi.
Aku berdebat hebat tadi malam lebih tepatnya mereka yang memarahiku karena kesalahan kecilku. Paman dan bibi mereka yang memarahiku semalam hingga membuatku begadang karena kepikiran dengan ucapa-ucapan mereka yang menyakitkan.
"Dasar tidak tau diri"
"Dasar anak tidak berguna"
Dan banyak lainnya aku tidak ingin memberitahunya satu-satu itu terlalu menyakitkan.
jika orang lain melihatnya mungkin akan mengira bahwa aku gadis yang memprihatinkan meski memang benar kenyataannya.
*****
Saat ini aku tengah bersiap-siap untuk pergi kesekolah setelah kegiatan dikamar mandiku selesai. Aku tengah berdiri didepan cermin yang berada tepat dihadapanku kini, dengan perlahan tanganku bergerak mempoleskan lipbam pada mulutku agar tidak terlihat pucat setelah selesai dengan itu aku memutuskan untuk langsung pergi saja turun kebawah untuk sarapan bersama paman dan bibiku.
Jika kalian bertantanya dimana ayah dan ibuku? Maka aku jawab mereka sudah tiada sejak aku kecil, dan sejak saat itu pula paman dan bibiku yang mengurusku. Aku dibesarkan oleh mereka dengan penuh kasih sayang, mungkin.
Aku sudah kehilangan kasih sayangku sejak ayah dan ibuku tiada, tidak ada lagi yang menyayangiku ataupun mengerti perasaanku setelah kehilangan.
Aku rapuh, depresi, dan hampir gila ketika semua orang terlalu bergantung padaku. Bukankah bersikap seperti itu tidak wajar? Jika sependapat denganku berarti nasib kita sama.
Ah sudahlah lupakan saja.
"Selamat pagi." Sapaku ketika sudah berada diruang makan.
"Selamat pagi kembali Asima." Sahut mereka bersamaan sambil tersenyum sangat manis sekali tapi bagiku itu menyakitkan.
Sudah kalian lihat bahwa mereka benar-benar merasa tidak bersalah sama sekali padahal tadi malam sudah memarahiku habis-habisan, Ah iya aku lupa kan mereka tidak akan pernah mengerti perasaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIMA
General Fiction[04/08/20] Ini hanya sebuah cerita yang entahlah aku pikir aku perlu membuatnya, siapa yang peduli perihal ini? Aku hanya ingin bercerita tentang apa yang terjadi pada aku yang tidak aku ceritakan pada orang lain. Ceritanya tidak seseru yang kalian...