4

24 8 16
                                    

Selama di perjalanan ini, aku sama sekali tidak mengeluarkan suara apapun begitupun dengan dia. Aku di ajak pergi, yang entah kemana.

Sampai beberapa menit kemudian, dia memberhentikan motornya tepat di sebuah taman yang jaraknya tidak jauh dari tempat sekolahan. Aku bingung kenapa dia mengajakku kesini? Bukankah rencana awalnya kita akan pergi makan? Pikirku dalam diri.

Ini pertama kalinya dia mengajakku ke taman selain taman di sekolah. Kalaupun jalan keluar pasti tidak jauh dari cafe tempat biasanya nongkrong.

Tanpa banyak bicara, aku pun langsung turun dari motornya, begitupun dengan dia. Tanpa basa-basi dia menarik tanganku untuk berjalan ke arah bangku taman.

Aku hanya diam dan mengikutinya dari belakang karena mengingat aku masih kesal dengannya.

Aku dan dia sudah duduk di bangku taman ini, aku duduk di sampingnya tapi sama sekali belum berbicara apapun.

"Masih marah?" Tanyanya membuka suara sambil menoleh ke arahku.

"Marah kenapa?" Tanyaku balik pura-pura tidak tau tanpa melihatnya.

"Sorry" hanya satu kata yang keluar dari mulutnya.

Aku yang merasa tidak tega dengan kata yang ia lontarkan, langsung memalingkan juga pandanganku ke arahnya sambil menghela nafas.

"Iya gapapa, kamu ga salah. Seharusnya aku ga perlu bersikap berlebihan seperti ini termasuk dengan perasaanku" kataku tersenyum manis dengan menatap matanya.

Ah mata itu.. selalu saja menggagalkan tentang hal yang sudah membuatku marah.

"Gue jahat ya?" Tanyanya yang sama sekali tidak menggubris perkataan ku.

"Entahlah, kadang-kadang aku memang selalu berpikir kamu jahat, tapi disisi lain aku mengakui bahwa kamu sangat berperan penting dalam kehidupanku" Jawabku kembali menatap ke depan dengan tatapan kosong.

"Sebegitu pentingnya kah gue di hidup Lo?" Tanyanya yang juga menatap kearah depan.

"Aku ga munafik, kamu memang penting dalam hidup aku, itulah mengapa sampai sekarang aku masih disini, maksudnya dunia ini." Jawabku lagi sambil tersenyum tipis.

"Makasih atas hal itu, maaf gue belum bisa buat lo bahagia" Katanya menoleh ke arahku sambil tersenyum.

"Ga perlu bilang makasih, harusnya aku yang seperti itu. terimakasih atas hal yang apa yang sudah kamu usahakan" jawabku menyangkal pernyataannya dengan senyuman.

"Sekarang gimana? Lo mau jauhi gue?" Tanyanya dengan pandangan yang tak pernah lepas dariku.

"iya, aku harus jauhi kamu" jawabku yang seharusnya tidak pernah di ucapkan.

"Tapi gue ga akan ngebiarin Lo pergi" sarkas nya.

"Ya, sudah pasti jawabanmu seperti itu, bahkan selalu seperti itu jika aku berniat ingin pergi. Kenapa?" Pernyataan Ku sambil menatap harap padanya.

"Kenapa apanya?" Tanya nya balik seolah tak mengerti maksud ku.

"Kenapa kamu mau dekat denganku?" Kataku yang sedari dulu ingin aku katakan.

"Ga tau, suka aja" Jawabnya singkat tak ada beban.

"Suka aja? aku pikir ada jawaban yang lebih dari itu hehe" kataku dengan tawa hambar ku.

ASIMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang