Not an intern

821 67 1
                                    

Waktu matahari mulai bergerak ke arah barat, Peter teringat pesan yang dikirim Happy tadi siang kepadanya. Happy meminta Peter untuk mampir ke Stark tower. Peter tidak tahu kenapa dia harus mampir ke sana, tapi, Happy pasti memintanya karena ada hal penting.

"Hello?" Peter menelepon Happy tepat ketika dia sudah sampai di depan Stark Tower.

Happy terdengar bergerutu di seberang sana, "Kau sudah datang?"

"Iya, aku sudah di depan. Apa aku harus masuk ke dalam? Aku tidak bawa kartu pengenal yang kau berikan dulu."

"Ceroboh seperti biasanya," Happy menghela napasnya, "Masuk saja, ada mesin pengenal wajah sekarang, aku yakin wajahmu terdaftar"

"Oke, baiklah. Oh My God, aku sangat gugup, ini pertama kalinya aku kemari setelah Mr. Stark meninggal" Keringat dingin mulai menetes di pelipis Peter, rautnya khawatir.

"Kau benar. Karena itu aku menyuruhmu ke sana. Ada orang yang ingin bertemu denganmu"

"Oke, Happy. Bye" Peter menutup teleponnya.

Anak tujuh belas tahun itu melangkahkan kakinya dengan cepat. Kebiasaan ketika dia sedang gugup.

Peter berjalan ke arah mesin pengenal wajah, tetapi anak itu sedikit khawatir kalau-kalau wajahnya tidak terdaftar. Pasti akan sangat memalukan. Tetapi ternyata, apa yang terjadi di luar dugaannya.

"Peter Parker, memiliki akses ke seluruh bagian menara." Suara Friday terdengar, "Hei, Peter. Lama tidak melihatmu"

Peter terkejut dengan suara yang terdengar ke segala penjuru ruangan itu. Seluruh pegawai yang ada di lobby melihat ke arah Peter. Tentu saja itu aneh, selama ini yang mereka tahu Cuma Mrs. Stark yang punya akses ke seluruh bagian menara dan tiba-tiba muncul anak tujuh belas tahun yang tidak pernah terlihat sebelumnya.

Peter melambai kecil dengan gugup ke arah pegawai-pegawai itu, "Friday, kecilkan suaramu. Aku malu tahu."

"Okay Peter." Suara Friday sekarang hanya berasal dari speaker yang ada di atas entrance.

Peter menghela napasnya. Kemudian dia mulai melangkah menuju lift. "Hi, Friday." Peter memanggil Friday.

"Yes, Peter?"

"Apakah kau tahu aku harus ke lantai berapa? Happy tidak memberitahuku" Peter tertawa gugup setelahnya.

Suara Friday terdengar setelah beberapa detik, "Lantai 93"

"Tunggu-tunggu-" Peter terkejut, karena lantai yang Friday sebutkan adalah lantai paling puncak di menara. Peter baru saja akan bilang, kalau mungkin Friday salah dapat informasi. Tetapi tiba-tiba seorang pegawai di belakangnya mendorong Peter masuk ke dalam lift.

Peter hampir saja jatuh dengan wajah duluan, untung saja dia punya balance yang baik. Tentu saja, dia kan Spider-Man. Peter menoleh ke belakang, pria yang mendorongnya tadi berwajah masam. Dia menatap Peter tajam, "Kau lama, kid. Aku terpaksa mendorongmu masuk."

Bocah laba-laba itu menghela napasnya, dia tidak tahu orang yang sekarang berdiri di sampingnya itu punya masalah apa. Tetapi, tubuh Peter yang kecil sepertinya tidak akan memenuhi jalan masuk lift, kenapa pria itu harus mendorongnya? Kelihatannya orang itu memang menyebalkan.

"Kenapa menatapku begitu?" Pria itu terlihat bersungut-sungut, "Cepat tekan lantainya aku mau ke lantai 60. Ada produk teknologi baru yang mau ku-ujicoba di sana."

Peter mengusahakan tersenyum, dia ingat perkataan May. Peter harus bersikap sopan dan baik kepada semua orang tak peduli seberapa buruk orang itu memperlakukannya. Bocah itu akhirnya menekan lantai 60.

Spider-kid and Iron-dadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang