vanilla's

909 116 3
                                    

I'm not the girl can falling in love easily, tapi ketika gue bertemu dengan Edgar jatuh cinta terasa mudah buat gue.

About his smile, his kindness, his voice, his mind. Very easy to me for falling in love with him.

I don't exactly remember when the sparks comes to me.

Bahkan disaat Edgar ngeburu-buruin gue buat ikut dia keluar negeri untuk objek observasi tugasnya, gue tetap mengiyakan tanpa memprotes apapun.

"Kali ini kemana yang?" tanya gue.

"Sevilla, honey." jawabnya.

"Yeayy....Europeee....." seru gue senang.

"Aku sengaja ambil pas jadwal kamu nggak terlalu full."

"Yang senggang-senggang ya? Yang nggak musingin design?"

"Iya sayang." jawab Edgar tersenyum.

"Ini juga buat kamu kok." katanya lagi.

Yah jelas aja, siapa yang akan menolak diajak jalan-jalan apalagi ke luar negeri kan? Walaupun sebenarnya gue juga nggak senggang-senggang banget tapi anything for my Edgar.

"Kamu boleh deh bawa koper gede." seru Edgar.

Baru aja gue mau bilang, gue boleh nggak bawa baju banyak? Soalnya, apa serunya Europe tanpa ootd kece? Ya nggak sih?

•••

Setelah beberapa jam penerbangan, kita ke hotel yang ternyata sudah dipesan Edgar jauh-jauh hari, untuk sekedar makan, bersih-bersih lalu tidur. Karena setelah kita sampai tepat di Sevilla hampir tengah malam, jadi baru besok pagi kelilingnya.

Sebenarnya gue nggak terlalu tau tentang Sevilla ini, cuma kata Edgar gue bakal suka, makanya gue bawa beberapa kamera gue buat disana.

"Have you been here before, Ed?" tanya gue.

Setelah siap-siap dan keluar dari hotel, Edgar langsung ngajak gue kesalah satu resto yang katanya makanannya enak-enak. Dan duduk lah gue dan Edgar direstoran ini untuk sarapan sebelum jalan-jalan.

"Yes, once with my brother." jawabnya.

"Can't relate deh. Gabutnya orang kaya, nggak main-main. Hahahaaa."

Edgar yang denger itu cuma ketawa doang nampilin dimple's nya yang gemesin itu sebelum "Udah, pesen. Mau makan apa?"

Akhirnya setelah selesai makan dengan diselingi gurauan antara gue dan Edgar. Kita keluar dari restoran menuju tempat-tempat yang disebutin Edgar untuk hari ini kita datengin.

"Menu mana yang kamu suka, Em?" tanya Edgar. Dengan jemarinya yang mengisi ruang kosong di ruas-ruas jemari gue.

"Tigres? Tigres ya, namanya tadi yang?" tanya gue.

Edgar tersenyum "Iya sayang." menoel lembut hidung gue sebelum mengeratkan genggaman tangannya.

"Kamu mau jajan?"

"Mau." jawab gue, walau gue masih kenyang tapi gue iyain. Soalnya kenapa enggak? Hahahaaa...

Edgar dari dulu pas gue kenal sama dia, nggak pernah sekalipun dia ngeluh atas apa yang gue mau. Dia tuh bakal nurutin apa aja yang gue mau. Walaupun dia selalu bilang "Duit gue Eme. Padahal banyakan duit elu daripada gue" tapi tetep aja, dia yang selalu jajanin gue.

prasa elegy ; jaeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang