"Belok ke kanan atau lurus terus?" tanya Arjuna masih setia menatap lurus ke depan dengan kedua tangan yang memegang stir mobil, "Ametta!"Metta yang sejak tadi melamun jadi tersentak segera menoleh pada lelaki di sampingnya, "Hah? Kenapa?"
"Hah hoh hah hoh!" Arjuna merespon sebal, "Ini belok atau lurus terus?"
Metta mendelik jengkel, tak tahan untuk memukul bahu lelaki itu, "Ih, apaan sih, Koh!" omelnya, "Lurus terus! Ntar ada pos satpam di kiri baru belok masuk gang."
"Lo bengong terus dari tadi. Kirain kerasukan."
Gadis itu mendesis, merasa aneh saat mendengar Arjuna mengganti kata 'kamu' dengan 'lo'. Mereka berdua sepakat untuk mengganti aku-kamu dengan lo-gue. Kecuali di depan orang lain.
"Yang mana rumahnya?"
"Depan lagi, warna hijau."
Arjuna mengangguk, kembali menjalankan mobilnya menuju rumah bercat hijau tersebut. "Ini, 'kan?"
Kini giliran Ametta yang mengangguk. Gadis itu membawa tas selempangnya lalu memasukkan ponselnya ke saku celana, "Gue turun ya. Makasih, Koh."
Arjuna menoleh, berdehem pelan, "Sama-sama." balasnya tersenyum kecil, "Makasih ya. Selamat malam, Ametta."
...
"Eh, Ta, ada yang nyariin lu di luar!" teriak Fanya dari arah pintu kelas, "Cowok anjir, cakep banget. Laki lo?"
"Hah?" Metta melongo tak mengerti segera beranjak berdiri untuk melihat siapa yang datang mencarinya.
Gadis dengan rok jeans selutut itu membuka mulut tak percaya saat melihat Arjuna sedang berdiri menunggunya di bangku dekat kelas sambil bermain ponsel. Metta segera menghampiri, "Koh, ngapain kesini!?"
Arjuna mendongak, memasukkan ponselnya ke dalam saku, "Lama banget."
"Jawab dulu!"
"Apa?"
"Ngapain kesini?"
Arjuna memberikan sebuah paper bag pada gadis itu, "Bolu susu. Kemarin gue baru balik dari Bandung."
Metta jadi melotot sebal, "Kan bisa nanti ngasihnya! Kenapa sekarang sih? Lagian lo tahu dari mana gue anak sasing?" tanyanya segera mengambil paper bag tersebut dengan kesal.
"Nanya sama orang." jawab Arjuna enteng, "Nggak mungkin ada yang nggak kenal sama Ametta Priscilla."
Masih dengan wajah kesalnya, Metta mendengus, mendorong-dorong punggung Arjuna agar lelaki itu cepat pergi dari sini. "Udah sana balik!"
"Iya, ini mau balik!"
Arjuna mendengus, mencibir gadis itu lantas berbalik berjalan menjauh dengan Metta yang menatap punggung lelaki itu kesal. Setelah memastikan Arjuna menghilang di koridor, Metta kembali masuk ke kelas dengan wajah lesu sembari melengos lelah.
"Metta, yang tadi siapa anjir? Om lo?"
"Sepupu lo ya, Ta? Ganteng banget gila!"
"Udah punya pacar belum, Ta? Kenalin dong, please!"
Metta memutar bola matanya malas. Ia sudah menduga teman-teman sekelasnya pasti akan berkerumun seperti ini untuk menanyakan perihal Arjuna Derion yang barusan datang dengan ketampanannya yang tidak tertolong itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty-Twenty
Fanfiction[ ON-GOING ] Ametta Priscilla terus di paksa menikah oleh kakeknya sendiri, padahal usianya baru menginjak kepala dua. Syarat yang di berikan sang kakek hanya satu, lelaki yang akan menikahi Ametta harus berdarah chinese dan satu keyakinan dengannya...