"Yaudah, PPT-nya gue yang bikin, Fa."
"Hmmmmm."
Metta geleng-geleng kepala saat melihat Fanya yang acuh tetap fokus pada layar ponselnya.
"Eh, Ta."
Metta menoleh, mengkerutkan kening.
"Lo pacaran sama yang punya Elysé?"
"Hah?" Metta memiringkan kepala agak bingung. Elysé sendiri adalah nama sebuah brand milik Arjuna Derion. "Emangnya.. kenapa?"
"Lu masuk lambe turah, anjingggg." pekik Fanya menunjukkan sesuatu di ponselnya pada Metta, "Katanya ini CEO Elysé sama elo."
Metta refleks melebarkan matanya melihat sebuah foto yang Fanya tunjukkan. Itu adalah foto saat Arjuna dan dirinya sedang makan siang bersama di restoran chinese milik lelaki itu.
"Ta? Ini bener elo?"
"Hah?" Metta menyahut tak fokus, "Oh, iya."
"Serius?" tanya Fanya masih tak percaya, "Lo berdua pacaran? Kok lo mau sama om-om?" katanya membuat Metta memukul bahu Fanya keras.
"Om-om apanya! Cuma beda lima tahun. Gue tante-tante gitu maksud lo?" desis Metta.
"Nggak gitu!!!" Fanya cemberut, "Serius dia cuma beda lima tahun sama lo? Lo beneran pacaran sama dia?"
Metta melengos malas, memajukan wajahnya ke arah Fanya, "Lo liat muka gue! Kelihatan lagi becanda atau nggak?"
"Ya, enggak sih..." balasnya cengengesan, "Gue nggak percaya aja, Ta. Lo diam-diam menghanyutkan ya. Tahu-tahu dapat sugar daddy."
"Mulut lo!"
...
Koh Jun:
Mau gereja pagi bareng nggak?Metta berkali-kali membaca pesan tersebut. Sesekali kepalanya mendongak melihat ke arah keluar rumah, menunggu Arjuna yang tak kunjung datang.
"Apaan sih ini orang lama amat? Naik siput!?" omel Metta menghentakkan kakinya ke lantai teras rumah, "Dari tadi bilangnya otw, otw kemana?!"
"Mau kemana lu?" tegur Win yang baru saja keluar lewat pintu samping, "Rapi amat."
"Gereja, lah! Emang elo malas ke gereja! Jangan heran deh ya kalau Tuhan malas ngasih lo jodoh, lo nya aja malas ibadah."
"Mulut lo!" Win menyentil mulut si adik, "Jangan sembarangan kalau ngomong!"
Metta mendecih, "Ke gereja makanya. Bentar lagi juga lo di usir Akong."
"Anjㅡ"
Tin tin!
"Nah, supir gue datang!" seru Metta girang, menepuk bahu Win sebentar lantas beranjak pergi keluar rumah, "Bye, jomblo!" ledeknya menjulurkan lidah membuat Win hanya bisa menggeram tertahan.
"Lama banget deh," kata Metta sebal sesaat setelah masuk ke dalam mobil Arjuna.
"Macet. Padahal hari libur."
"Harusnya jemput pakai helikopter dong."
"Iya, besok."
"Becanda!"
Arjuna hanya menaikkan kedua bahunya santai tak peduli. Setelah memastikan Metta memasang seatbelt-nya, Arjuna kembali menginjak gas, melaju meninggalkan rumah besar Ametta Priscilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty-Twenty
Fanfiction[ ON-GOING ] Ametta Priscilla terus di paksa menikah oleh kakeknya sendiri, padahal usianya baru menginjak kepala dua. Syarat yang di berikan sang kakek hanya satu, lelaki yang akan menikahi Ametta harus berdarah chinese dan satu keyakinan dengannya...