O7 : Unfinished Past

37 4 0
                                    

Arjuna sibuk dengan lembar-lembar kertas di depannya. Cowok itu bersandar ke punggung kursi sejenak, memijit pangkal hidungnya dengan hembusan nafas panjang yang ikut keluar.

Lalu, pintu ruang kerjanya di ketuk tiga kali.

"Masuk!"

"Weyyy, my bro!"

Suara berisik Athalla Sena Zaviar memasuki pendengaran Arjuna. Lelaki dengan mata segaris dan kulit putih itu tertawa menyeringai menyapa teman lamanya yang masih betah diam di kursi kerja.

"Kok lo di izinin masuk, sih?" protes Arjuna mendelik sebal.

Atha tergelak, "Dikira mau bahas soal pekerjaan kali makanya gue di suruh langsung naik." jawabnya.

Atha memang bergelut di dunia yang sama dengan Arjuna. Mereka berdua teman semasa SMA yang sekarang sama-sama merintis di dunia bisnis.

"Gila, nggak kelar-kelar ye kerjaan lo." ujar Atha melihat meja kerja Arjuna yang berantakan tak terurus, "Tapi, jalan sama cewek terus update story mah masih sempet lah ya."

Arjuna mendesis merasa tersindir.

"Siapa, sih? Benar model yang kemarin itu?"

"Iya lah. Emangnya gue elo, ceweknya banyak."

"Weyyyyyy, Arjuna Derion, di jaga ya mulutnya. Gue nggak seperti itu!" balas Atha tak mau kalah, "Cerita dong. Kenal darimana sama yang itu?"

Arjuna mengernyit sebentar, "Brand-nya photoshoot di studio gue."

"Terus, terus?"

"Ya... udah," Arjuna melempar pulpennya ke arah Atha yang duduk anteng di sofa, "Apa sih lo! Kepo banget!"

"Kita kan teman, nyet!" Atha melempar balik pulpen tersebut, "Terbuka dikit lah sama gue!"

"Mulut lo tuh lemes kayak ember bocor."

"Sialan." maki Atha, "Tapi, beneran lo?"

"Apaan?" sahut Arjuna sudah kelewat jengkel.

"Sama yang sekarang? Bukan pelarian doang, 'kan?"

"Emangnya dia lapangan?"

"Serius dikit, woi!"

"Ya, kalau nggak serius, ngapain gue ajak dia komitmen?"

Atha mendengus, mengangkat satu kakinya ke atas sofa, "Sama yang kemarin lo lumayan lama, Jun. Dua tahun ya, 'kan?"

Lelaki pemilik Elysé itu diam, sama sekali tak berniat untuk menanggapi.

"Lo putus belum lama. Tahu-tahu dapat si model itu." sambung Atha kembali bicara, "Kalau lo belum selesai sama yang lama, kasihan cewek lo yang sekarang."

"Apaan," sahut Arjuna sedikit kesal, "Ngapain gue masih mikirin yang lama?"

"Gue nggak bilang begitu lho."

Arjuna merasa tertohok, rahangnya menegas. Cowok itu mengibas-ngibaskan tangan menyuruh Atha keluar dari ruang kerjanya, "Udah lah, kepo bener. Nggak ada urusannya sama lo."

Atha mendelik, "Kasihan cewek lu!" serunya segera berdiri melangkahkan kaki keluar tanpa berpamitan.

Tinggal Arjuna seorang diri disana. Memiringkan kepala berpikir keras. Ia mengetuk-ngetukkan pulpennya ke atas meja.

Bagi Arjuna, masa lalu tidaklah penting untuknya. Bagi Arjuna, yang sekarang, yang ada di depan matanya, jauh lebih penting. Tapi sesungguhnya, Arjuna masih bingung. Ia tak tahu dimana hatinya sekarang berada. Di masa lalu atau masa sekarang?

Twenty-TwentyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang