Sahabat.

61.3K 556 11
                                    

Setelah menyelesaikan ujian nasional beberapa waktu lalu, saat ini adalah waktu yang di tunggu-tunggu. Yaitu pengumuman SNMPTN, dengan prestasi dan nilaiku saat ini aku cukup yakin bisa masuk salah satu kampus idamanku sejak dulu.

Sebelumnya perkenalkan namaku Raditya Putra Pamungkas, anak bungsu dari lima bersaudara. Jangan berfikir karena aku anak bungsu, aku akan menjadi pria manja, justru aku ingin menunjukan bahwa anak bungsu tidak selalu identik dengan kata manja. Oleh karena itu, aku memutuskan masuk SMA di kota besar dan hidup sendirian jauh dari keluarga di kampung.

Bapakku hanyalah seorang petani padi, namun sawah dan tanah bapak melintang dari ujung ke ujung. Bisa di bilang Bapak adalah juragan tanah. Sementara ibuku hanyalah seorang guru honor di desa, meski tidak diangkat menjadi PNS namun ibu tetap tulus mengajar. Mereka adalah pasangan yang membuat siapapun iri, ibu yang keturunan chinese memiliki kulit putih bersih yang sangat indah dengan wajah yang sangat cantik. Sementara ayah adalah pria terkaya di kampung dan juga ayah mendapatkan tubuh serta wajah yang sangat manis dan tampan dalam satu perpaduan, turunan dari kakek dan nenekku.

Sementara ke-4 kakakku semuanya sudah pergi merantau, pulang setahun sekali saat lebaran. Begitulah nasib jika memiliki anak laki semua, namun ayah tidak pernah mengeluh dan justru bangga kepada kami karena bisa mandiri katanya.

"Gimana Dit udah keluar pengumumannya?"

Aku terkejut saat sebuah tangan menepuk pundakku dari belakang.

"Belum nih, sebentar lagi." Kataku santai saat aku mengetahui yang bertanya tadi adalah Bima.

Bima ini salah satu sahabat karibku, dia juga merantau di kota ini sama denganku. Kami sudah merasakan hidup susah senang bersama selama 3 tahun terakhir, berjuang demi cita-cita dan masa depan kami.

"Santai ajalah Dit, kamu ini juara satu umum di sekolah. Pasti jebol SNMPTN kamu." Bima sedikit menenangkanku dengan kata-katanya kemudian duduk di sebelahku.

"Ia Bim, kamu juga pasti jebol kok."

"Kalo kita pisah tempat kuliah kamu jangan sombong yo Dit."

"Apasih Bim, justru kamu itu yang bakal sombong."

"Aku takut ga bisa nemu temen kaya model macem kamu ini. Hahaha"

Bima tertawa lepas saat menyelesaikan ucapannya.

Semua temanku memang berfikiran sama dengan Bima, mereka selalu ngomong bahwa aku kaya model papan atas. Aku tentu saja senang, semua ini karena gen dari ibu dan bapakku. Ditambah aku sudah dua tahun ini melatih tubuhku di gym, dengan tinggi 175cm dan kulit putih bersih serta wajah yang tampan yang manis membuat siapapun bisa aku taklukan.

Tapi aku tak berminat menjalin kisah percintaan, aku sibuk belajar dan melatih tubuhku agar selalu bugar dan sehat karena aku jauh dari keluarga di kampung.

"Suka kamu sama aku Bim?" Tanya ku sedikit bercanda.

"Kalo kamu cewe, udah lama aku hamilin Dit biar bisa dinikahin." Jawab Bima masih sambil tertawa pelan.

"Ngaco ah kamu Bim." Aku meninju lengannya pelan.

Sejujurnya Bima ini lumayan tampan, dengan kulit coklat serta wajahnya yang tegas membuat Bima tidak kalah menarik denganku, namun dengan porsi yang berbeda. Jika di ibaratkan aku singa, maka bima adalah harimau, tubuhnya pun jauh lebih berotot daripada aku. Mungkin itu hasil gen orang tuanya, dan latihan kerasannya selama ini. Karena Bima lah yang mengenalkan ku dengan dunia gym.

Kami kembali diam dan larut dalam lamunan tentang masa depan masing-masing sampai satu notifikasi masuk ke hpku.

"Udah keluar Bim." Kataku semangat sambil menunjukan layar hpku.

Murid Teladan 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang