Mas Imran

35.8K 480 27
                                    

Sudah seminggu lamanya Bima akhirnya pulang, semua barangnya dikosan sudah bersih diangkut kemarin malam. Sebenernya ada rasa sedih waktu Bima pamitan untuk yang terakhir kemarin, seperti ada sesuatu di dalam hati ini yang asing waktu ngeliat kamar Bima kosong. Apalagi setelah hampir 3 tahun lamanya selalu bareng kemana-mana dan baru-baru ini pula Bima ngebuat lubang anusku kecanduan kontol, dan karena kepergiannya juga akhirnya aku setiap hari uring-uringan sendiri karena lubang anusku meronta-ronta untuk di-isi kontol besar dan berurat. Sudah seminggu ini aku tidak dientot sama kontol dan rasanya seperti sangat gatal dan ada yang hampa di dalam anusku, seolah ingin digerus dan disodok dengan kasar dan kuat. Seandainya Bima boleh kuliah disini, pasti setiap hari lubang anusku bakal dientot kontol monster Bima. Ah aku mau kontol besar.

Langit bolehkah kau turunkan kontol besar dan berurat ?

Saat aku sedang melamun sambil membayangkan kontol Bima di depan kosan, aku tersontak kaget saat melihat sebuah motor matic menumbur bangku semen. Dengan tergesa-gesa segera aku menghampirinya sambil membenarkan posisi kontolku yang masih ngaceng karena membayangkan waktu ngentot bersama Bima.

"Aduh... Ada yang sakit mas?" Tanyaku cemas sambil mendirikan posisi motornya yang jatuh kesamping, menimpa masnya.

"Ini kayanya kaki saya keseleo deh, sakit banget."

"Yaudah mau ke-kosan saya dulu ? Itu disitu! Sekalian masnya hubungin keluarga buat nyusul, soalnya ini stangnya miring."

"..."

"Yaudah ayok mas, saya dorong aja motornya. Masih bisa jalan kan?"

"Masih dek. Makasih ya dek."

"Sama-sama mas." Kataku sambil tersenyum ramah.

Setelah sampai kosan, aku segera memarkirkan sepeda motor masnya didalem garasi. Dan setelah selesai dengan motornya aku segera menghampiri masnya yang lagi duduk di tempat aku tadi dan keliatan lagi memegangi pergelangan kakinya yang mulai memerah.

"Masuk mas sini." Ajakku setelah membuka pintu kamarku.

"Gapapa dek?"

"Sesama manusia harus saling tolong menolong mas, udah ayok masuk." Jawabku singkat.

"Ga enak dek, takut ngerepotin saya."

"Aishhh! Udah ayok masuk." Kataku dengan sedikit memaksa.

Aku langsung menarik tangan masnya untuk segera memasuki kamarku, dan benar aja dia juga ngikutin dibelakang dengan jalan sedih pincang.

"Duduk dulu mas." Aku menunjuk kursi belajarku dipojok ruangan.

Sebenarnya aku bisa aja ga peduli dan ninggalin masnya ini sendiri pas selesai berdiriin motornya, cuman waktu ngeliat mukanya yang sangat manly khas wajah keturunan timur tengah dan bentuk tubuhnya yang kekar. Seketika lubang anusku berkedut-kedut seolah menangkap signal yang sangat besar dari masnya ini, apalagi dengan bulu tangannya yang lebet serta kokoh dan yang paling bikin lubang anusku terasa sangat gatal yaitu tonjolan besar di selangkangannya. Aku jadi inget kata temenku kalo cowo keturunan timur tengah itu kontolnya besar-besar.

"Aku urut ya mas, takut malah nambah parah nanti." Aku sedikit tersenyum menawarkan bantuan.

"Waduh... Makin ngerepotin dek. Saya udah bersyukur ditolongin barusan dek."

"Biasanya kawan saya selalu minta urutin kalo keseleo waktu main futsal mas, jadi tenang aja ya. Aman dan tokcer kok." Kataku meyakinkan masnya.

Ahh aku jadi keinget Bima lagi, padahal tadi udah sempet ilang. Semoga Bima cepet nemuin aku disini, aku kangen kontol besarnya Bima.

Murid Teladan 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang