Aku tercengang dengan begitu saja.
Saat mulai melangkahkan kaki pertama kalinya di dalam sekolah, kedua mataku berbinar-binar, seolah-olah aku sedang melihat ribuan bintang yang berkilauan dengan sangat terang.
Dan sekarang aku baru tau, ternyata suasana di sekolah seperti ini ya, rupanya banyak sekali anak-anak yang bermain bersama dengan teman-temannya di lapangan.
Selain itu, aku juga melihat banyak anak-anak yang tengah makan di kantin, tapi makanan mereka terlihat mewah semua.
Pasti itu sangat menyenangkan, dan aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya saat berangkat di hari pertama bersekolah.
"Dasar nyebelin! Padahal kan dia yang salah, tapi kok guru-guru malah ikut campur sih?!!" Gauri yang berjalan di sampingku, terlihat menghentak-hentakkan salah satu kakinya karena kesal.
Astaga dia sangat lucu, jika seperti itu, Gauri mirip seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Aku ingin tertawa, tapi setelah melihat wajah Gauri yang murung, aku menjadi tak tega.
Saat ini kami memang dipanggil oleh kepala sekolah, padahal kami berdua tidak sama sekali membully anak gadis tadi. Yang dicaci maki saja aku, kenapa gadis itu yang malah menjadi korbannya?
Hilih, dasar topeng buaya!
"Kalian orang luar, tapi kenapa kalian menganggu anak murid saya?" Guru wanita itu berhenti di depan sebuah ruangan kecil, lalu dia bertanya dengan tampang dingin pada kami berdua.
"Enak aja ya!! Asal tau aja, kami gak gangguin murid ibu, gadis itu saja yang sombong, dia mencaci temen saya!" Gauri sontak mendengus kesal.
Kemudian aku pun menyikut lengannya, lantas berbisik pelan menegurnya. "Kak Gauri dia itu guru, jadi kita harus sopan!"
"Iya iya aku tau dia guru, tapi coba kamu liat, dia sopan gak sama kita berdua?"
Benar, apa yang dikatakan Gauri barusan itu benar. Guru itu tidak bersikap sopan dengan kami berdua, sejak awal guru itu tidak pernah memberikan senyuman.
Karena itu, akhirnya aku terdiam seketika, tidak berani mengeluarkan pendapat lagi.
"Mencaci apa? Murid saya memangnya mencaci apa sama kalian? Bukannya kejadian tadi udah bisa ditebak ya, mana yang jadi perundung dan mana yang jadi korban. Tapi yang saya lihat, murid saya di bawah antara kalian, itu korban bukan?"
"Dia seperti itu karena terjatuh bu! Jadi ibu jangan salah paham!" Bantah Gauri.
"Jangan salah paham bagaimana? Jelas-jelas kalian-lah yang merundungnya! Kalian orang luar, orang yang gak berpendidikan, mana mungkin saya percaya?!"
Ucapan pedas itu membuat hati kami berdua tertohok, aku melebarkan mata terkejut, bagaimana bisa-bisanya seorang guru menghina kami berdua?
Lalu aku berpikir, apakah semua orang kaya seperti ini? Selalu saja seenaknya menginjak-injak harga diri orang lain yang lebih lemah dari dirinya.
Mencoba untuk menahan amarah, aku menggenggam tangannya Gauri, berharap emosinya tidak meledak di waktu sekarang.
"Ternyata murid sama guru gak jauh beda ya, percuma profesinya guru tapi perkataanya berbeda, jadi sekarang, apakah seperti dia masih pantas buat dihormati Hana?"
Aku menggeleng pelan, lalu menatap Gauri sedikit cemas, takut nanti Gauri akan semakin marah besar dan berakhir gadis itu bermasalah dengan sekolah ini.
"Dasar anak kurang ajar! Dikasih tau malau ngelunjak! Apa saya harus memanggil orang tua kalian supaya kalian kapok? Anak kurang ajar seperti kalian gak pantas buat dikasihani!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BEAUTIFUL DESTINY - ||HWANG MINHYUN||
Teen FictionDi kisah ini, kau akan menemukan banyak sekali tentang arti kehidupan