"Kamu pernah gak cobain gelato?
"Gelato? Es krim Italia yang rasanya enak banget itu kan?"
"Yap betul, tapi btw kamu sukanya rasa apa? Soalnya aku mau traktir kamu nih.."
"Eh yang bener? Wah makasih, kamu lagi gak prank aku bukan? Awas aja loh, kalau bohong!!"
Saat langit sudah gelap, aku berjalan pelan melewati gadis-gadis itu, tatapanku lurus ke depan, tapi indra pendengaranku selalu saja menangkap suara-suara perbincangan yang selalu berakhir membuatku iri.
Hari ini, aku hanyalah seorang anak perempuan miskin yang masih berumur 10 tahun, dan tepat di esok hari aku akan berulang tahun.
Tapi sepertinya itu percuma, karena sejak kecil aku tidak pernah merasakan yang namanya acara ulang tahun, jadi sekarang aku berpikir, untuk apa dibuatnya tanggal lahir?
Seperti malam sebelumnya, aku berjalan-jalan sendirian seperti ini.
Aku berjalan tanpa ekspresi, dengan melewatinya lalu lalang kendaraan yang sangat padat, tidak peduli dengan orang-orang yang selalu melihat ke arahku entah karena apa.
Mungkin karena aku hanyalah seorang anak kecil, jadi mereka menatapku seperti itu, dengan tatapan kasihan.
Kakiku tiba-tiba berhenti di toko boneka, lalu aku menoleh ke arah toko yang sedang ramai itu, rasanya aku ingin membeli satu boneka saja untuk ulang tahunku besok.
Tapi sepertinya...
Saat aku berpikir-pikir lagi, uang penghasilanku hari ini hanya 30.000 rupiah saja, itu tidak mungkin untuk membeli satu boneka kecil.
Bahkan kalau saja aku benar-benar masuk ke dalam tokonya, mungkin aku sudah ditendang duluan.
Tapi saat aku ingin pergi dari sana, tiba-tiba kedua mataku melihat sebuah boneka yang berada di tong sampah.
Aku tersenyum senang, lalu mengambil boneka yang sudah tak terpakai lagi, meskipun boneka ini kotor dan rusak, tapi aku menyukainya.
Dan malam ini adalah pertama kalinya aku telah mendapatkan kado ulang tahun dari Tuhan, sepulang nanti di rumah, aku berjanji akan mencucinya sampai bersih.
***
"Astaga, kebiasaan deh, malem-malem gini suka banget jalan sendirian, memangnya kamu gak takut apa?"
Aku sangat terkejut, tiba-tiba teman perempuanku datang sambil merangkul pundakku, entah dia datang darimana, tapi aku melotot horor kepadanya.
"Ada apa? Kamu kira aku ini hantu ya? Lagian salah kamu sendiri sih, jalan kok malem-malem begini.."
Gadis yang lebih tua tiga tahun dariku itu terus mencibir, dan kulitnya yang gelap dan kotor itu, memang hampir mirip seperti hantu.
Aku bukannya bermaksud mengejeknya, tapi memang begitulah wujud fisik teman perempuanku.
"Ish kamu nih suka dateng tiba-tiba ya, aku bukannya takut sama hantu tau!! Tapi aku takut ada preman yang mau malakin aku. Mereka kan lebih serem daripada hantu."
Aku membalas tak kalah lebih pedas, dan membuat Gauri mendadak tertawa-tawa di sepanjang trotoar.
Ini aneh, dia yang tertawa, tapi aku yang malu setengah mati ketika kami berdua dilihat semua orang dengan tatapan heran.
Dan rasanya aku ingin sekali melakban mulutnya itu, tapi sudahlah, mungkin anak itu urat malunya sudah putus.
"Omong-omong, kamu dapet berapa botol hari ini dari hasil mulung?" Aku bertanya penasaran, sehingga mau tak mau Gauri menghentikan tawanya seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR BEAUTIFUL DESTINY - ||HWANG MINHYUN||
Teen FictionDi kisah ini, kau akan menemukan banyak sekali tentang arti kehidupan