YM 2

1.1K 76 11
                                    

"Eaannnnnggggggg.." gadis kecilku berlari memasuki pekarangan rumah dan berteriak heboh saat melihat eyangnya sedang menyiram bunga.

"Eh, cucu eyang udah pulang..gimana tadi di sekolah sayang?" Mamaku yang pastinya eyang dari Felli memeluk cucunya penuh sayang.

Mamaku adalah mama terbaik yang Tuhan.berikan padaku. Dialah yang selama ini membantuku menjaga dan mengurus Felli saat aku sedang sibuk-sibuknya mengurus pekerjaan dan kuliahku dulu. Setelah aku diterima bekerja di perusahaan yang sekarang masih jadi tempatku mencari sesuap nasi, aku pun bekerja sembari kuliah agar menaikkan kemampuanku dan mendapatkan title untuk masa depanku. Yang kuingat waktu itu adalah waktu terberatku. Disaat Felli masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, aku harus bekerja keras sampai-sampai terkadang Felli menjadi korban kemarahanku. Huh, aku tak mau mengingat masa-masa itu lagi.

"Ras..Laras! Heh!" Dengan tampang tak bersalah mama memukul lenganku kencang.

"Duh! Sakit kali, Ma.." aku mengelus-elus tanganku yang malang.

"Lagian diajakin ngomong malah ngelamun terus kamu." Mama ini satu persatuan dengan Felli, kalau ngambek manyun sepuluh senti.

"Iya apa..mamaku sayangggg.."

"Tadi Felli cerita katanya ada cowok yang mau makan malam dengan kita. Katanya orangnya tampan dan kaya. Bener itu, Ras?"

Ya ampun.. benar kan apa kataku? Mereka ini satu kesatuan. Sama-sama mata duitan hih!

"Iya, tapi itu juga sebagai ucapan terima kasih Laras ke dia karena udah nolongin Felli dari para preman."

"Hah! Preman? Kok bisa sih? Felli juga nggak cerita ke mama soal itu ih.." mama langsung celingak-celinguk mencari sosok Felli. "Kemana tuh anak? Kok langsung ngabur. Udah sering mama pesenin sama tuh anak kalau lagi nunggu jemputan musti ditemenin sama temennya atau gurunya.." dannnnnn masih panjang lagi. Dengan cepat aku pun kabur dari tempat itu.

Huft..mama kalau sudah ceramah bisa nyaingin pidato presiden. Lebih baik aku mencari anak bandel itu untuk meminta cerita lebih detil tentang preman-preman itu.

Kakiku melangkah ke arah dapur, di sana yang ada hanya kerusuhan. Banyak tepung bertebaran dimana-mana. Kulihat bik Nah sedang urut-urut dada melihat Felli yang sedang mengaduk sesuatu dalam loyang dengan muka yang belepotan tepung. Baru ditinggal bentar, ada saja kelakuan bandelnya.

"Felli! Lagi ngapain kamu? Ngerecokin bik Nah lagi?" Kuhampiri anakku yang bandel ini.

"Idih..siapa yang ngerecokin sih ma? Aku malah lagi bantuin bik Nak bikin kue. Nih liat aja sendiri!" Dia menunjukkan loyang berisi adonan yang orang awam kue pun tahu isinya amburadul.

"Udah-udah. Kamu kasih itu adonan ke bik Nah. Bik, maaf ya jadi berantakan gini.." aku melihat dengan tak enak pada bik Nah. Memang sih beliau pengurus rumah ini, tapi kan tetap saja kasihan harus membereskan semua kekacauan yang dilakukan anakku.

"Ndak pa-pa, non. Namanya juga anak-anak. Cucu saya juga mirip non Felli kalo sudah rusuh haha.." ah..memang ya yang namanya orang tua pasti lebih sabar. Kalau aku yang jadi bik Nah, udah ku unyeng-unyeng tuh anak bandel.

Setelah memberikan senyum tak enak, aku dan Felli menuju kamar kami di lantai dua. Aku dan Felli memang sudah tidur bersama sejak Felli bayi. Aku tak mau dia sampai kesepian saat tidur, begitupun denganku. Jadi disinilah kami menghabiskan waktu bersama sepulang dari kesibukan kami masing-masing.

"Ma, nanti pakai baju yang cantik dong. Kan Om ganteng mau dateng tar malam." Duh, kenapa dibahas lagi sih? Aku sedang memandikan Felli saat ini. Gara-gara anak ini membicarakan om mesum itu aku jadi ingat mau menanyakan soal preman itu.

Young MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang