Apa-apaan om mesum ini? Mau main nyosor aja kayak soang. Dengan tangan kuhalau bibir monyongnya. Bukannya menjauh dia malah menjilat telapak tanganku.
"Hiyeeekkkkk..jorok banget sih, Ar!" Langsung saja kulap tanganku ke bajunya.
"Hehehe..biar bisa begini.."
Belum sempat aku mencerna kata-katanya, dia sudah menempelkan bibirnya pada bibirku yang suci ini. Inginnya kulepas ciumannya, tapi tenaganya jauh diatasku. Kedua tanganku dipegangnya dan ditahan di belakang tubuhku yang membuatku tidak bisa bergerak sedikit pun.
Makin lama lumatannya semakin dalam dan sialnya aku yang sudah lama tidak disentuh pria juga ikut-ikut gatal dengan membalas ciumannya. Tangan yang sebelumnya ditahan oleh Arya sudah dilepas. Dan tubuhku sepertinya hanya mengikuti insting untuk memeluk leher Arya dan makin memperdalam ciuman kami. Bahkan sekarang tangannya sudah mulai bergrilia di atas tubuhku.
Tiba-tiba lampu menyalah terang, membuat kami harus memicingkan mata dan menghentikan kegiatan tadi. Uh..kenapa harus nyalah sih! Eh! Kok aku ikutan jadi error gini sihh..
"Siapa sih yang nyalahin lampu! Awas nanti gue pecat dia!" Arya mengomel dengan masih membiasakan matanya dengan cahaya.
Arya melihatku masih dengan wajah kesalnya, namun tiba-tiba berubah kembali jadi senyum mesum. "Yuk lanjut lagi sayang.." sambil nyengir wajahnya mendekat lagi padaku. Dih siapa juga yang mau khilaf lagi seperti tadi.
"Ogah! Tadi aku khilaf. Dah ayok pulang!" Dengan tanpa mempedulikan dia, aku berdiri dan berjalan meninggalkan dia yang masih memanggilku untuk menunggunya dengan berbagai kata-kata panggilan menggelikan lainnya.
***
Kami sudah dalam perjalanan pulang menuju rumahku. Bahkan menatap laki-laki disebelahku ini aku malu. Duh, mau ditaruh dimana mukaku? Bayangan adegan kami berciuman tadi tidak bisa hilang juga.
"Besok Senin aku jemput ya." Suara darinya memecah kebisuan diantara kami.
"Buat apa? Aku bawa mobil sendiri kok."
"Ya biar cowok-cowok di kantor kamu tau, kalo kamu itu udah jadi punyaku." Dia menoleh padaku sambil memamerkan senyum lebarnya. Sakit jiwa!
"Dih! Emangnya aku barang apa? Pake dipunya-punyain gtu!" Kalau tak sadar sedang di mobil bersamanya, sudah kulempar kepalanya dengan sepatu heels ku.
"Nggak gitu lah sayanggg..gitu aja ngambek sih. Maksud aku, biar kamu nggak di godain mulu sama cowok-cowok di kantor. Aku nggak rela pacarku di lirik-lirik cowok lain." Penjelasannya makin membuat mulutku melonggo lebar.
"Jangan buka mulut kamu pake gaya seksi gitu deh, sayang. Bikin pengen aku emut aja itu bibir!"
Tatapanku yang tadinya kaget jadi ngeri. Ada ya orang yang kadar mesumnya seperti ini? Ada..ada..tuh didepanku.
"Pacar-pacar..pacar siapa? Sembarangan aja kamu! Siapa juga yang mau sama cowok mesum kayak kamu!" Duhh..darah tinggi ngomong sama om mesum ini.
"Ya pacarku kan kamu. Lagian orang tuamu udah setuju kok sayang, tinggal kita aja belum setubuh." Cengiran mesumnya bikin aku tambah pingin tabok muka gantengnya pakai heelsku.
"Setubuh-setubuh, kepalamu! Mending kamu periksa tuh otak kamu yang korslet!.." Baru aku mau melanjutkan omelanku, ternyata kami sudah sampai di depan rumahku.
"Udah jangan marah terus sih sayang. Aku makin pengen cium kamu. Apa perlu aku gendong sampe kamar? Kalo bisa sih sampe nemenin tidur hehehe.."
"Nggak usah! Makasih udah nganterin. Besok-besok nggak usah ke sini lagi!"
Aku berlalu dari mobilnya, meninggalkannya yang mengekoriku di belakang. Huh.. aku tak peduli lagi.
"Loh kok nak Arya kamu tinggal di belakang begitu, Ras?" Mama yang pertama kali menyambutku. Alamat di ceramahi lagi aku nanti.
"Dia kok yang suka banget ngintilin aku, Ma. Kalau nggak percaya tanya aja sendiri." Dengan masa bodoh aku meninggalkan Mama dan Om mesum itu, berlari ke atas dimana kamarku dan Felli tidur.
Sembari berlari aku masih mendengar Mama dan Si mesum itu berbincang, dari yang kudengar ada bahasan tentang 'jadian' dan 'jemput'. Duh makjang..cilaka dua belas tiga belas empat belas kalau begini terus. Kapan sih ada pria normal yang mau dekat denganku, kenapa yang datang malah yang abnormal semua.
***
Senin pagi sebelum melakukan aktivitas aku berdoa pada Tuhan, semoga setan mesum satu itu tidak jadi menjemputku. Setelah mengamini doaku, aku segera membangunkan Felli dan bersiap-siap mengantarnya sekolah. Bersyukur hari Minggu kemarin setan mesum itu tidak datang ke rumah dengan alasan adiknya pulang dari Ausie. Bagus deh..hidupku tenang kemarin.
Aku dan Felli bersama-sama menuruni tangga menuju ruang makan. Harum nasi goreng buatan Mama sudah menyebar ke seantero rumah, membuatku harus menelan air liur berkali-kali.
"Eyang pasti lagi buat nasgor, Ma. Pakai perkedel nggak ya?"
"Kalau tebakan Mama, pasti pakai perkedel dan telor orak-arik." Jawabku sambil melihat putriku satu-satunya yang bandel bin ajaib berlari-lari kecil menuju ruang makan sambil berteriak memanggil seseorang.
"Om Aryaaaaa..." Bagai petir di pagi bolong. Setan yang selalu kudoakan tidak kembali ke rumah ini malah sudah duduk manis di meja makan.
"Pagi putriku yang cantik jelita, baik hati dan tidak sombong. Muahh muaahh.." Katanya sambil memeluk dan mencium kedua pipi Felli.
Entah kenapa saat itu juga aku jadi merasa orang yang paling egois. Dikala Felli sudah menemukan seseorang yang dia sukai sebagai sosok ayah baginya, aku di lain pihak malah menolak mentah-mentah hanya karena satu kekurangan orang itu. Kalau dipikir-pikir kenapa mereka bisa seakrab itu dengan orang luar? Setahuku yang sudah dari lahir tinggal bersama mereka, jarang ada orang asing yang mudah mereka terima ditengah-tengah kami sekeluarga.
"Loh, Ras. Ngapain bengong di sana? Sini ikut makan.." Perkataan Mama membuyarkan lamunanku. Kulihat mereka sedang menatapku bingung. Berbeda 360 derajat sama setan mesum itu. Dia malah senyum-senyum ganteng, eh maksudnya tampan, eh..nggak tauk ah..
"Sini..sini sayang..duduk sebelah ayang mbeb!" Kata Arya sambil menepuk-nepuk bangku tepat di sebelahnya.
Akhirnya aku nurut untuk duduk di sana. Awalnya Arya kaget karena tidak ada perlawanan dariku, namun itu tidak berlangsung lama. Setelahnya dia malah senyum-senyum gaje padaku dan melirik Felli yang sudah nyengir-nyengir gaje ke Arya. Yak ampun..kadang aku menyesali pikiranku yang kadang suka abnormal.
Ya abnormal, karena aku mulai berpikiran untuk mencoba membangun hubungan dengan setan mesum bernama Arya. Rasanya aku juga harus mulai rajin-rajin beribadah biar tidak tertular penyakit mesumnya si Arya.
###
Hii..hehehheh *nyengirgaje* niatnya ga mau ngetik story lagi, tapi...sayang aja ini cerita uda kesimpen di draft. Biasalah wanita labil xD
Pas jg lg steressss berat di kantor, mending bikin cerita si abang mesum Arya ajah. Btw, niatnya mau dibuat ulang di lapak ane yg baru. Tp apa dikata lapak ane yg satu banyak story yg ga kelar *maleslanjutin* #plakk
Soo..sesekali ane mampir lapak ini buat update maybe sminggu skali or sebulan sekali..who knows??Lam cayank
"D"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother
ЧиклитLarasta Kemuning Wijaya, Ibu yang bawel tapi sayang banget sama anaknya. Felli Kenanga Wijaya, anak bandel, dewasa sebelum waktunya tapi bisa buat semua orang kangen padanya. Arya Putranto Louis, single, tajir tapi mesum. Mereka bertemu untuk saling...