"Ras..Ras..liat tuh cowok arah jam sebelas. Macho binggo..ajak kenalan geh!" Gea sahabat sekaligus sepupuku memang sering sekali bersikap seperti ini. Nggak dimana selalu menjodohkan aku dengan yang ini dan yang itu.
Aku melihat arah yang ditunjukkan Gea, "dia gay kali, Ge. Liat aja tuh bentar lagi pasti pasangannya dateng." Huh, benar-benar si Gea masa menjodohkanku dengan cowok begitu. Sekilas saja bisa kelihatan kalau cowok itu melenceng.
"Ah masa? Tapi macho gitu juga. Ngarang banget sih, Ras."
"Eh..loh kok yang nyamperin malah cowok kurus itu sih?" Teng tong..benar kan apa yang aku bilang.
"Mataku nggak pernah salah, Ge." Kubusungkan dada bangga dengan penilaianku.
"Ck..lagian sih kamu kenapa selalu menolak semua pria yang aku kenalin? Padahal mereka kualitas nomer wahid loh." Lanjut Gea sambil menunjuk-nunjukku dengan sedotan es jeruknya.
"Tanyain aja sama Felli noh. Setiap aku kencan sama pria-pria yang kamu kenalkan, pasti Felli juga minta ikut. Tau sendiri gimana si Felli."
Kuhembuskan nafas berat ketika mengingat kelakuan anakku itu. Kencan pertamaku dengan Daren berantakan gara-gara waktu makan malam, Felli dengan tampang tak bersalahnya mempraktekkan ilmu sulapnya di meja makan. Ya kalau hanya sulap kecil nggak masalah, lah ini taplak mejanya di tarik. Niatnya mau ikutan seperti pesulap profesional yang ada malah pecah semua piring dan perabotan di atas meja. Kencan-kencanku yang lain juga tak jauh berbeda, hancur berantakan.
"Iya ya..anakmu itu hiiihhh..aku aja tantenya kadang suka gemes sendiri. Masih kecil tapi bandelnya udah selangit."
"Jadi ingat rambutmu dulu yang hampir botak gara-gara dia ya? Huahahahah.."
"Dih, masih ingat aja kamu. Kalo dibayangin lagi, bisa stress aku. Untung sekarang udah mendingan tu bandelnya."
"Itu karena kamu jarang ketemu sama dia kali, Ge. Coba tiap hari ketemu.." kataku nyengir yang dibalas pelototan darinya.
"Hiiihhh..nggak deh makasih. Jarang-jarang ketemu aja uda sering diisengin apalagi nanti sering-sering? Bisa cepet strees eike."
Alunan lagu Flower dari Bright membuatku melihat ponsel. Disana tertera nama Felli my baby. Kugeser tombol berwarna hijau.
"Halo sayang..kenapa?"
"..."
"Loh, emang Pak Jarwo nggak jemput?"
"..."
"Iya..iya..mama jemput sekarang. Kamu jangan kemana-mana ya."
"..."
"Iya love you too." Kututup ponselku dan memasukkannya dalam tas.
"Siapa? Felli?" Tanya Gea dengan dahi berlipat-lipat.
"Iya, katanya pak Jarwo nggak bisa jemput dia. Ban mobilnya bocor. Aku duluan ya, Ge."
"Oke, Ras. Salam ya buat anakmu yang bandel itu hahaha.." Setelah bercipika-cipiki dengan Gea, aku meluncur dengan mobil yaris merah hasil bekerjaku selama hampir enam tahun.
Sekarang anakku sudah berumur lima tahun dan Februari nanti dia genap berumur enam tahun. Selama itu juga aku selalu berusaha memberinya yang terbaik. Aku sibuk bekerja untuk memenuhi setiap kebutuhannya, bahkan untuk berkencan atau mencari kekasih aku tidak pernah memikirkannya. Sampai akhirnya Gea membantuku mencari pasangan yang yah..tahu sendiri hasilnya. Semua kencan gagal karena bocah satu itu.
Setibanya di sekolah Felli aku tidak melihatnya di depan pintu gerbang. Kemana dia? Aku turun dari mobil dan mencarinya ke dalam sekolah. Di sana aku melihat Felli dengan senangnya berbicara dengan seseorang. Siapa laki-laki itu? Padahal sudah kukatakan pada Felli agar jangan berbicara dengan orang asing.
"Felli!" Anak itu langsung menyambutku dengan riang seperti biasa.
"Mamaaaaa..."
"Mama kira kamu nungguin di depan gerbang kayak biasa. Kok malah disini?" Tanyaku sambil melirik pria di samping Felli. Tampan sih tapi tetap saja mencurigakan.
"Ma, kenalin ini Om Arya. Dia yang tadi nolongin Felli dari preman."
"Preman? Kamu nggak kenapa-napa kan sayang?" Aduh anakku kenapa sih bisa sampai berurusan dengan preman.
"Nggak, Ma. Kan ada Om Arya tadi, ya kan Om?" Yang disebut Arya itu hanya mengangguk dan tersenyum mesum padaku. Mesum? Astaga. Masa iya senyumnya begitu ke wanita yang anaknya baru diselamatkannya.
"Saya Larasta, terima kasih anda sudah menolong putri saya." Kataku sambil mengulurkan tangan yang disambut jabatan tangannya. Eh, tapi kok nggak dilepas-lepas.
"Saya Arya Putranto Louis. Senang bertemu wanita cantik seperti anda." Idih..apaan coba?
Aku hanya bisa senyum basa basi busuk padanya dan melepaskan tangan darinya. Tampan tapi kalau kelakuan genit begini sih ogah aku juga.
"Kalau begitu saya duluan ya, Arya. Sekali lagi terima kasih."
"Ihhhh..mama. Kalau terima kasih, Om nya diajak makan malam dong." Felli dengan seenaknya mengajak Om-Om mesum itu makan malam. Sebenarnya dikasih apa si Felli sama tuh Om-Om? Sampai bisa begini nempelnya. Sama pria-pria sebelumnya malah nggak akur nih anak.
"Om nya kan punya kesibukan sayang, lagian pasti sudah ada yang menunggunya di rumah. Ya kan, Arya?"
"Oh, nggak ada yang nunggu di rumah kok. Jadi, jam berapa makan malamnya?" Dengan tak tahu diri dia malah bertanya tanpa rasa bersalah. Ya Tuhan. Felli saja sudah bikin kepala pusing, sekarang ditambah Om sarap ini.
"Nanti malam jam tujuh ya Om. Ma, nomer telpon mama kasih aja ke Om Arya biar bisa kabar-kabaran." Anak ini nggak tahu apa mamanya alergi sama Om di sampingnya itu?
"Nomer Felli aja kan ada sayang."
"Tadi udah kok, tapi kan musti ada kontak mama juga. Kali aja hape Felli ketinggalan atau low jadi kan Om bisa hubungin ke nomer mama." Ampun dah kalau sudah berdebat dengan anak satu ini, aku nggak pernah menang.
Dengan tak rela akhirnya kuberikan kontakku pada Arya dan begitupun sebaliknya. Yang ditatap sinis malah senyum-senyum sendiri. Duh nak, jangan ketularan sarap kayak Arya ya kamu.
"Alamatnya sms ke nomerku aja ya. Kalau begitu sampai jumpa nanti malam duo cantik." Setelah berkedip genit denganku dan Felli, dia pergi dengan Ferrari birunya. Eh, kok dia tajir?
"Ma, Om tadi cakep kan? Kaya lagi. Sama dia aja ya ma..Felli mau kok punya papa kayak Om Arya." Masih dengan tampang nyengir lebar Felli asal nyablak. Dikira gampang kali cari suami, apalagi suaminya somplak kayak Arya tadi. Duh, gimana hidupku nanti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mother
Chick-LitLarasta Kemuning Wijaya, Ibu yang bawel tapi sayang banget sama anaknya. Felli Kenanga Wijaya, anak bandel, dewasa sebelum waktunya tapi bisa buat semua orang kangen padanya. Arya Putranto Louis, single, tajir tapi mesum. Mereka bertemu untuk saling...