3.

2.3K 332 19
                                    

Ibu kota masih diguyur hujan gerimis malam ini, membuat siapapun enggan untuk meninggalkan kasur walau hanya sebentar. Kecuali si gadis cantik yang berdecak setelah mengetahui jika keripik kentangnya habis, "Gue disini agak nggak guna ya? Mending lo balikin gue pulang." Ucap Thea, seraya bangkit dari ranjang kebesaran itu.

Mereka berdua masih dikasur. Bersama sampah bungkus makanan yang berserakan, si pemilik unit apartemen masih cuek dengan keadaan tersebut. Toh, nanti pagi asisten rumah tangga sewaannya datang untuk membersihkan kekacauan yang di buat oleh anak tunggal ini.

Sekarang pukul satu dini hari, seharusnya mereka tidak berdebat seperti saat ini.

"Ya jangan pulang, dong. Disini aja, di luar hujan." Jeff membuka lebar kedua tangannya, mengundang si gadis untuk tetap berada di tempatnya. Lebih tepatnya adalah pelukan lelaki itu, Jeff masih bersandar di kepala ranjang.

Si cantik yang sedang berdiri dan menatap gemerlap lampu ibu kota itu langsung menoleh tanpa berpikir panjang, "Heum!" Thea pun kembali lagi menaiki ranjang, membawa tubuhnya ke dalam dekapan lelaki yang memeluknya erat.

Tak lama Jeff mengganti posisi, ia sekarang berada diatas tubuh Thea. Menciumi perpotongan leher gadis cantik yang berada dibawahnya. Gadis itu hanya tertawa geli merasakan kecupan di sekitar lehernya.

Tak berselang lama, suara berat Jeff menyadarkannya. "Hey baby, i want you."

Tentu saja Thea tau ia dalam bahaya, namun berbeda dengan wajahnya yang terlihat santai, nampak seperti tidak ada apapun diantara mereka. Jeff  mulai menggesekkan hidungnya pada perpotongan leher Thea dan gadis itu hanya terkikik geli.

"Nooo~" ujar Thea sedikit mendayu dengan kedua tangan yang menangkup wajah lelaki dihadapannya. Membawanya pada kecupan singkat di pipi kiri si tampan. Gadis itu tersenyum lebar sebelum memeluk leher Jeff, berakhir lelaki itu menjatuhkan diri di atas tubuh Thea karena mengalah ketika tahu si cantik itu menolaknya mentah-mentah.

Satu poin penting yang harus di ketahui, Jeff tidak suka memaksa.

Thea merasa puas, gadis itu pun tertawa renyah ketika Jeff menjatuhkan wajahnya di bahunya. Hanya dapat memeluk pinggul rampingnya,  "Jeffie jangan gini~ Beraaaat! Nanti dada gue tepos!"

Jeff semakin gencar untuk mengeratkan pelukannya. "Biarin aja." jawab si tampan sekenanya, merasa gemas sendiri dengan gadis ini.

"Jeff!" Pekik Thea yang dihadiahi kekehan si lelaki yang bergerak berguling kesamping kirinya. Membawa kepala Thea untuk menyandar di dada bidangnya, sesekali merapihkan anak rambut Thea.

"Kenapa nggak mau?" Tanya Jeff, tangannya menarik laci nakas. Mengeluarkan sebungkus rokok marlboro berwarna putih, menyulutnya dengan pematik sebelum menaruhnya di atas meja nakas.

Tangan kurus Thea menarik selimut disampingnya, "Gue ini orangnya kuno, no sex before married." ujar Thea memeluk lelaki itu dari samping setelah mendapatkan selimut yang saat ini melilit tubuhnya.

Bersandar pada dada bidang Jeff sepertinya akan ia masukan ke daftar hobi nya baru-baru ini. Ditambah ketika lelaki itu merokok, ya Thea menyukai titik demi titik  sensasi asap rokok yang bersatu dengan parfum yang Jeff pakai. Aromanya sangat lelaki.

Mereka hanya terdiam, hingga menit berikutnya gadis itu beringsut untuk mengambil sebatang rokok yang masih diapit bibir tebal lelaki disampingnya. Sekarang giliran Thea yang menghisap nikotin mematikan itu.

Jeff cukup kaget melihat pergerakan Thea yang sangat tiba-tiba. Pipi kiri gadis itu ia cubit pelan, "Kalau mau tuh bilang, jangan ngambil punya orang. Nakal."

Thea menoleh lalu membuang asap rokoknya kewajah Jeff yang tepat disampingnya. Lalu ia tertawa kecil membuat Jeff mau tidak mau mengulum senyum hingga taringnya terlihat.

Berakhir dengan mereka yang berbincang, sebut saja perkenalan diri untuk keduanya hingga pagi menjelang ditemani asap rokok dan juga berkaleng-kaleng bir.

.
.
.

Sudah cukup menginapnya, Thea kembali pulang siang ini. Tentu saja ke apartemen miliknya dan di sore hari ini ia baru saja selesai berbelanja dari pusat perbelanjaan ibu kota. Sekarang Thea sedang duduk di area merokok bersama tas-tas belanjaannya, gadis itu sedang berada di Lucy in the Sky sekarang.

Menepati janji akan bertemu sahabat SMA nya.

Hari ini Thea mengenakan tennis skirt hitam polos dipadukan dengan croptee putih sebatas dada, memperlihatkan pinggangnya yang ramping. Rambut panjangnya diikat menjadi dua, lucu seperti anak sekolah dasar.

Masih sibuk memainkan ponselnya, membalas pesan Jeff yang sedang menanyakan kemana hilangnya seluruh uang yang di berikan pada Thea sebelum gadis itu berbelanja dengan puas. Thea bukan gadis matre, ia hanya menggunakan uang yang di transfer Jeff tadi pagi dengan alasan iseng.

"Thea sayangku!" suara melengking terdengar, menyadarkan Thea. Itu sahabatnya!

Seorang gadis berlari kecil lalu memeluk Thea yang sudah berdiri, seperti biasa mereka harus berpelukan untuk melepas rindu. Maklum saja, hampir enam bulan mereka tidak bertemu.

Tidak lama mereka pun duduk disana, "Lo mau nggak?" Si imut dengan proporsi wajah khas asia itu menawarkan Thea sebungkus permen. Permen rasa lemon biasa yang ia dapat dari kasir minimarket tadi.

"Nggak deh, gue nggak makan permen gituan. Dari om-om ya?"

"Ye dasar, ini permen ber vitamin C." Bela sahabat Thea. Lalu membuka permen tersebut.

Namanya Chita ㅡsahabat Thea dari awal masuk SMA. Si imut itu melirik tas-tas belanja yang berada di atas kursi, tepat disampingnya. Lumayan banyak dengan brand mahal terkenal.

"Dari siapa tuh?" Tanyanya, dagu mungilnya terangkat sedikit untuk menunjuk barang yang dimaksud. Ia hanya penasaran, selama ini Thea hanya mahasiswi pengangguran yang suka menghamburkan uang ayahnya walaupun terhitung jarang.

"Si om."

"Oh sekarang lo jadi simpenan om-om? Duit dari bokap lo kurang buat jajan?" tanya nya santai sambil menghisap vape pod nya yang berwarna biru.

Thea tertawa kecil, sudut bibirnya tertarik keatas. "Bukan lah. Dari berondong."

Sahabatnya itu nyaris tersedak asap sebelum menenggak air mineral yang berada di atas meja, ia tertawa terbahak karena lelucon Thea. Berondong mana yang dekat dengan gadis seperti Thea?

"Hahaha, bercanda ya lo? Kalaupun ada  siapa? Temennya kak Lulu? Siapa namanya lupa deh, kemaren malem ada di story instagramnya pas lagi tipsy. Kinda hot." Ujar Chita diakhiri nada bisikan di akhir perkataannya.

Thea mengorek tas kecilnya, mencari-cari rokok marlboro ice blast lalu menyulutnya dengan pematik. Pematik api berlogo kepala harimau, milik Jeff yang ia bawa pulang karena merasa itu lucu dan harus bepindah kepemilikan.

"Tuh lo tau, ya gimana ya. Doi ganteng sih, mana nolak gue. Hehe." Thea membuang asap rokoknya lewat hidung, menjepitnya dengan tangan kiri. Tangan kanannya ia gunakan untuk mengecek notifikasi yang muncul di layar ponselnya.

Sahabatnya melengkungkan bibir, mengibaskan tangannya. Menghalau asap rokok yang mengenainya. "Kebanyakan ngerokok sakit lo." Ucap Chita yang nyaris tidak tahu diri.

Thea pun membalas, "Lebih sakit mana sama pertama kali sex?"

"Nggak sopan ngomongnya!"

"Gue nanya!"

Mereka pun tertawa, seolah itu adalah topik lucu yang perlu dibahas sebelum akhirnya memesan makanan dan berbincang banyak mengenai kehidupan mereka berdua yang nyatanya tidak lebih jelas dari pada drama opera sabun.












a.n

kiw

stadt [revision] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang