23.

1.3K 242 8
                                    

Lalu disini lah Thea berada, salah satu komplek elit yang berada di tengah kota. Terlihat sangat asri diantara rumah-rumah besar dengan pilar yang kokoh dan tinggi. Tidak semua rumah disini bergaya klasik, ada juga yang mengusung tema minimalis modern. Benar, seperti rumah megah dihadapan Thea saat ini. Dua mobil terparkir diluar gerbang, rasa tidak yakin melingkupi gadis cantik itu.

Tangan kecilnya terangkat untuk menekan bel rumah yang lebih tinggi dari kepalanya, sedikit mengutuk si pemilik rumah karena Thea harus berjinjit untuk itu. Ia menekan bel kurang lebih dua kali, menunggu seseorang untuk membukakan pagar hitam di hadapannya.

Seorang lelaki tinggi dengan tato yang menghiasi tubuh bagian atasnya berjalan santai untuk membuka pintu gerbang, matanya tidak asing menangkap sosok gadis dihadapannya. Gadis yang akhir-akhir ini menjadi perbincangannya, "Ya? Cari siapㅡ Thea?" ujarnya memastikan. Thea lantas mendongak menatap lelaki dihadapannya, ia berkedip beberapa kali.

"Bang Ian?" Thea balik bertanya, alisnya menukik kaget. Sejak kapan orang ini kembali ke Jakarta? Pasalnya, Thea hanya mengetahui jika lelaki dihadapannya ini adalah teman baik sepupunya dan sempat menjalin bisnis bersama di Bandung beberapa tahun lalu.

"Lo ngapain disini?"

"Mau ngobrol sama Joey, ada kan?" jelas Thea setelah sadar dari rasa herannya, tujuannya kesini adalah untuk mengobrol dengan Joey. Sepersekian detik kemudian Ian berjalan keluar pagar menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan sesuatu sebelum mengajak Thea masuk ke dalam rumahnya.

"Jo ada di dalem, ayo masuk." Thea lantas menggerakkan kakinya untuk memasuki rumah mewah tersebut, berjalan mendahului Ian yang mengunci kembali pagar rumahnya. Beberapa detik kemudian ia berhenti berjalan dan menoleh ke belakang, memastikan jika lelaki itu mengikutinya. Ian dibelakangnya hanya tersenyum dan menggerakkan sedikit dagunya, menyuruh Thea untuk memasuki rumah.

Ian mengarahkan Thea untuk duduk di bagian samping luar rumahnya, sedangkan gadis itu sedang melihat ke arah sekitarnya. Mengagumi bagaimana interior rumah modern ini, suasana nya sangat asri walaupun dekorasinya sangat minimalis. Tidak lama kemudian Ian datang kembali dari arah pintu yang langsung mengarah ke area dapur, memegang sekaleng kopi dan meletakkannya diatas meja. "Jo lagi cuci tangan, habis ganti oli motor. Tumben banget kesini, nggak yakin cuma ngobrol doang." kekeh lelaki itu seraya menyalakan rokok yang telah diapit bibirnya dan duduk dihadapan Thea.

Si gadis tertawa kecil, membuka sekaleng kopi dingin yang Ian berikan padanya. "Mau nanya-nanya sedikit. Lo dari kapan disini, bang?" tanyanya pelan setelah meletakkan kembali kaleng kopi tersebut. Tujuan Thea kemari hanya bertanya mengenai sesuatu yang membuatnya kesal hari ini, rasanya ingin menonjok seseorang.

Asap mengebul disana, Ian menaruh rokoknya diatas asbak yang berada disana. Bersandar di kursi yang ia duduki, "Gue dari bulan lalu, paling sebulan tiga kali ke Bandung. Ini lo betah disini?" tanyanya pada Thea. Sedangkan si cantik hanya mengangguk sebagai jawaban, hingga sadar jika Joey sudah berdiri di samping Ian. Satu tepukan di pundak lelaki itu, lantas Joey berganti duduk disana.

Sebelum meninggalkan mereka, Ian yang berada di ambang pintu pun berbalik. "Gue tinggal dulu, Thea kalau laper bilang ya?" katanya. Thea tertawa kecil dan menaikkan jempol kanan tangannya ke arah lelaki itu.

"Siap!"

Joey tesenyum kecil, membuka kopi kalengan miliknya. "Kenapa lo nyari gue? Lo sepupunya Yudha kan?" tanya Joey setelah meneguk kopi miliknya. Tidak terlalu kenal dengan Thea, Joey hanya mengenal sepupunya dan itu pun hanya sebatas teman biasa yang tidak terlalu dekat. Berbeda dengan kakaknya yang mengenal keduanya, dunia yang sempit.

"Ya. Gue cuma mau tanya buat mastiin sesuatu aja, habis itu gue pulang." jawab Thea dengan nada yang gemetar tersirat diantara perkataannya. Jujur, ia lebih takut dengan Joey daripada kakaknya karena entah kenapa lelaki itu terlihat menyeramkan.

"Apa?"

Thea menghela nafasnya sebelum bertanya mengenai hal ini, "Lo temen deketnya Jeff kan? Siapa aja mantannya?" tanyanya perlahan. Joey menaikkan sebelah alisnya heran, merasa tidak mengerti dengan pertanyaan Thea.

Tuk

Kaleng kopinya ia letakkan diatas meja kaca tersebut, bersiap untuk beranjak darisana karena pertanyaan aneh yang dilontarkan oleh gadis dihadapannya ini. "Gue nggak jawab pertanyaan tolol lo itu. Denger, gue nggak pernah ngurusin mantan Jeff." ujar Joey penuh penekanan. Tebakan Thea benar, lelaki ini berbeda dengan kakaknya.

The menundukkan kepalanya, merasa jika memang pertanyaannya sangat konyol. "Gue denger dia marah-marah kemaren, bawa-bawa nama mantannya." ucap Thea cepat ketika Joey hendak membalikkan badan dan pergi darisana, hal itu sukses membuat lelaki itu menoleh lalu kembali duduk.

"Apa?" tanyanya dengan raut wajah yang bertanya-tanya.

"Gue nggak denger pasti tapi Jeff sebut nama mantannya, biaya perawatan, transfer, sama selingkuh. Baru tadi siang juga gueㅡ lihat Jeff ciuman tapi nggak tau siapa, well ya I thought it was his ex?"

Joey menatap Thea dengan pandangan serius, "Kanin. Itu Kanin, satu-satunya cewek yang suka ngungkit masalah kesehatannya ke Jeff. Bahkan ke gue karena gue temennya Jeff, tapi kalau masalah yang ciuman gue nggak tau. Jeff suka tukeran ludah, jadi harusnya bukan hal yang aneh buat lo." jawabnya.

Ingatan Thea langsung berputar, mengingat saat ia diajak oleh Jeff ke acara pool party malam itu. Kanin dengan baik hatinya memberi tahu Thea jika harus menghindari Jeff, lantas Thea menceritakan semuanya dengan gablang kepada Joey hingga melupakan satu hal.

Joey adalah teman baik Jeff.

.
.
.

Jam menunjukkan pukul delapan malam, Joey dan Ian mengantarkan Thea hingga depan gerbang karena rencananya gadis itu akan pulang setelah memesan taksi online. "Makasih Joey, bang Ian. Enak makanannya nanti gue kesini lagi hehe." Kekeh Thea dengan senang, perasaannya jauh lebih baik serta perutnya terisi karena sepertinya hobi Ian adalah memberi Thea makan seperti saat dulu ia masih di Bandung.

Setelah melambaikan tangannya, Thea membalikkan badannya. Betapa kagetnya ia ketika Jeff bersama motornya sudah berada tepat dihadapannya, "Udah mainnya?" tanya Jeff masih dengan helm full face hitam menatap sinis Thea disana. Sang gadis lantas mengerucutkan bibirnya, ia jadi kembali kesal.

"Gue yang ngajak kesini, Jeff. Santai aja." sanggah Ian yang bersandar ditembok.

Thea membulatkan matanya, menatap Joey dengan pandangan kesal dan yang ditatap hanya terkekeh puas. "Biar aman pulangnya, jadi gue telpon Jeff buat jemput." ucapnya tanpa dosa.

"Naik, ayo pulang." kalimat Jeff membuat Thea ingin mengutuk lelaki dihapannya ini, perasaan gadis cantik itu jadi berantakan lagi.







































































an.
loe itu g diajak jeff

stadt [revision] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang