5.

1.5K 294 11
                                    

Sejak pagi kota Jakarta diguyur hujan walau hanya gerimis, namun cukup deras. Waktu yang pas untuk bermalas-malasan di ranjang, dengan selimut hangat seperti dua anak manusia ini.

Mereka masih diatas ranjang, tidak ada keinginan untuk turun dari ranjang atau sekedar menapakkan kaki di lantai marmer. Thea disana, masih mendusal pada dada bidang lelaki disampingnya. Mencari kenyamanan diantara mereka dan selimut tebal. Sedangkan Jeff masih setia dengan ponselnya, bermain game.

"Jeff." panggil Thea pelan, tangannya memilin kaus putih milik Jeff pelan mirip seperti anak kecil yang baru saja bangun tidur.

"Apa sayang?" jawab Jeff, tanpa hilang fokus dari game di ponselnya.

Thea menatap wajah lelaki di hadapannya, "Punya pacar nggak?"

"Punya."

Kaget. Thea langsung bergerak untuk duduk tanpa di komando, mata bulat nya bertambah bulat karena melotot tidak percaya. "Hah?! Serius?!" katanya dengan nada yang tidak santai.

Jeff menghela nafas, menaruh ponselnya di balik bantal karena game nya telah usai. Ia memenangkan pertandingan. Tangan kanannya melingkari pinggang Thea dengan lembut, membawanya bergerak untuk merebahkan diri dalam dekapan hangat. Menatap gadis itu dengan pandangan santai.

"Ya serius, emang gue kelihatan bohong?"

"Terus yang kemaren itu?"

"Pacar juga."

"Orang gila."

Lelaki itu tertawa pelan, mencubit pipi kanan Thea dengan gemas. "Emang kenapa? Cemburu?"

Bibir Thea mencebil, ia hanya iseng bertanya. Lagipula lelaki gila mana yang menginap di kamar seorang gadis lain dan bukan pacarnya sendiri? Lelaki itu ada di hadapannya padahal.

"Pacar gue nggak gigit, dear. Tenang aja." Jeff angkat bicara setelah sepersekian detik menatap Thea yang mencebil kesal dengan bibir tipis manyun dan tatapan sinis tidak terganti. Telapak tangannya menepuk-nepuk punggung Thea dengan pelan, membuat gadis itu merasa nyaman dalam pelukannya.

Thea menghela nafas, "Kayaknya cewek satu Jakarta lo pacarin deh."

"Mana ada." sergah Jeff langsung, ya walau nyatanya mantannya hampir bercecer di setiap sudut kota tapi lelaki itu tidak berfikir untuk mengencani selurus gadis ibu kota.

Aneh sekali pikiran gadis ini.

Raut wajah Thea berubah menjadi seperti berfikir, "Biar gue tebak, pasti mantan lo cantik-cantik?"

"Kok tau?"

"Gue ini paranormal."

Sudut bibir Jeff terangkat, menjahili Thea akan menjadi hobi baru sepertinya. Ia menatap Thea dengan serius, "Tebak kira-kira siapa mantan gue." ucapnya percaya diri.

Thea menutup mata dan menggerakkan telunjuknya di hadapan wajah Jeff, memberi isyarat agar lelaki itu diam sejenak. "Bentar."

"Siapa ya? Masa Natalia Wang?"

"Kok tau?"

Mata Thea kembali membulat dan dengan gerakan patah-patah ia menengok ke arah Jeff yang memasang wajah heran. Tebakan Thea tidak meleset, apa ia benar-benar seorang paranormal? Sepertinya tidak. "Bohong ya lo." sanggah Thea dengan suara ganas.

Tidak mungkin seorang Jeff memiliki mantan seperti Natalia Wang yang notabene nya adalah seorang influencer, model majalah, selebgram terkenal, pengusaha sepatu lokal, dan ayah nya adalah pemilik rumah sakit.

Terlalu tinggi, tidak mungkin.

Jeff tersenyum kecil, tangannya menggapai ponselnya sendiri. "Serius, gue ada fotonya." ujarnya santai, lelaki itu membuka ponselnya lalu memberitahu Thea sebuah foto.

Foto formal dengan Jeff memakai jas hitam sedang merangkul pinggang Natalia Wang yang berada disampingnya bersama gaun satin serta satu bucket bunga mawar putih. Bibir mungil Thea sekarang terbuka sedikit dan masih membulatkan matanya.

"Itu waktu mensiversarry pertama kita."

Mendengar itu Thea langsung melempar ponsel Jeff, menutup mulutnya tidak percaya dan beringsut menjauhi lelaki itu seakan Jeff adalah mahluk tak kasat mata yang menyeramkan.

Nampak lucu, Jeff tertawa pelan menatap Thea. Gadis aneh, pikirnya. "Jangan deket-deket kita beda kasta." ujar Thea saat Jeff ingin menarik tangannya.

"Aneh-aneh aja lagi ini perempuan."

"Lo. Ngaku deh bokap lo kerja apa? Jujur ini." Thea berpikir jika ia salah mengajak masuk lelaki. Gila, Jeff bukan orang biasa. Pantas saja aroma lelaki itu seperti aroma uang yang baru keluar dari bank. Akan sangat lucu jika Jeff ternyata adalah seorang old money. Bagus sekali, Thea akan memikirkan rencana menjauhi lelaki beraroma uang ini saat ini juga.

.
.
.

"Laper nggak?" The menggeleng pelan. Sebenarnya iya lapar, tapi tempatnya mendusal tak boleh terlewat. Entah parfum apa yang Jeff pakai hari ini, rasanya Thea tidak ingin beranjak dari sana. Apalagi berhenti mengendus leher Jeff.

Tertawa kecil, Jeff bertanya. "Dingin?" katanya, Thea mengangguk. Wajahnya masih tenggelam disana. Perlahan tangan Jeff terulur mengusap rambut gadis dipelukannya. Mendekapnya erat dan tangannya turub untuk menepuk-nepuk punggung Thea.

"Enaknya ngapain ya?" Kepala Tya langsung mendongak. Menatap wajah Jeff yang dilengkapi senyum jahil dan sebelah alisnya terangkat.

Cup

Ia mengecup bibir Jeff lalu beringsut kembali ketempatnya, kembali mendusal. Menghirup dalam-dalam aroma tubuh lelaki itu, membuatnya terkekeh dan mengeratkan pelukannya.

"Lo nggak mau having sex sama gue ?" Thea menggeleng. Bergerak kecil, sekarang kepalanya berada pada lengan atas Jeff. Masih setia mengecup lengan berotot itu.

Namun tidak lama sesuatu memancing perhatiannya, Thea beralih memainkan tindikan di telinga Jeff lalu berganti menusuk-nusuk kecil cacat di pipi lelaki itu ketika ia tersenyu. Thea ikut tersenyum dan tertawa kecil, seperti bayi yang diberikan biskuit.

Mata bulatnya dibuat berbinar sebelum, "Kemaren kan gue udah tidur sama lo. Nih, disini ada anak lo Jeee~ Masih rawan, nggak boleh di ewe." Thea membawa telapak tangan Jeff yang lain kebawah selimut.

Diusapkan pada perut rata Thea yang hanya mengenakan crop top. Ia mengusapkannya pada bagian lambung. Jeff membasahi bibir bawahnya yang tiba-tiba basah, mengikuti kemauan Thea. Lelaki itu tersenyum miring, "Bilang aja laper."

"Hehe."

"Mau makan apa?"

"Mie kuah! Tapi lo yang buat."

"Nyuruh terus."

"Aaaa~ Jeffiee~ Stop it!" pekik Thea setelah lelaki itu menarik telapak tangannya kembali. Memeluk Thea erat lalu ia menggulingkannya ke kasur, kanan dan kiri karena gemas. Thea tertawa hingga lelah sendiri.





























a.n

ding dong

stadt [revision] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang