15.

1.3K 245 6
                                    

Senyuman tidak lepas dari wajah cantik Thea, ia berjalan dengan santai memasuki sebuah café di tengah ibu kota. Berita bagus bahwa ia diperbolehkan menetap di Jakarta dengan catatan tidak melakukan hal yang aneh-aneh, seperti mabuk dan menabrakkan mobilnya?

Mereka berkumpul disana, ada Chitta, Lulu, dan Bee. Duduk dengan anggun dan tertawa kecil, lalu Thea menghampiri mereka. "Idih senyum-senyum aja nih." tegur Bee ketika menyadari kehadiran Thea diantara mereka.

Thea duduk disamping si cantik Lulu yang hari ini rambut panjangnya dijepit ke atas, "Iya dong." jawab Thea dengan nada yang menyenangkan. Hatinya gembira sekali sejak kemarin malam karena berita dari sang sepupu dan juga ia memiliki pacar baru, Jeran meresmikan hubungan mereka kemarin.

"Itu cartier masih dipake aja?" tegur Lulu, Thea langsung melihat gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Ah, benda ini. Benda yang sengaja dibeli hanya untuk menghadiri pesta ulang tahun teman Jeff, beberapa minggu lalu.

Chitta menunjuk tangan Thea dengan satu potong kentang goreng, "Masih lah, sebelah lagi di tangan Jeff. Oh, c'mon Thea kita kira juga lo bakalan pacaran sama Jeffㅡ nama panjangnya siapa?" tanya si manis dengan kaos berwarna krem itu, lupa akan nama lelaki yang akhir-akhir ini menempel pada Thea.

"Max Jefferson Adiwangsa." Jawab Thea dengan malas.

Bee hanya tertawa lucu di sana, tangannya bergerak untuk mengepang rambutnya dan sesekali menatap ke arah ponselnya yang disangga di depan botol saus. "Lagian lo udah bener deket sama Jeff lumayan lama, malah pacaran sama Jeran. Suka aneh, emang." komentar Bee, Thea hanya mendengarkannya seraya meminum minuman yang sudah di pesankan oleh mereka tadi.

"Ya karena Jeff tuh terlalu baik buat gue nggak sih?"

Brak

Suara ponsel Bee langsung terjatuh, mereka semua kecuali Thea saling memandang dan melemparkan sebuah kode hanya lewat pandangan mata, Lulu menatap Bee dan Chitta disana. "Menurut lo Thea habis minum bir apa? Bir bintang sih dilihat-lihat." ujar Lulu sedikit menatap Thea seakan menganalisis jika temannya ini sedang mabuk.

"Redbull?"

"Engga, Thea cupu. Pasti sprite."

Thea berdecak, menatap ketiganya. "Guys, please. Maksud gue tuh kayak I'm finally found a good guy with a lot of green flags. Jadi terlalu baik buat gue and I don't deserve it. " ujar Thea, jujur saja ia merasakan banyak hal menyenangkan, diperlakukan dengan baik dan banyak hal positif lainnya jika ia bersama dengan Jeff. Apa teman-temannya ini tidak tahu?

Semua menatap Thea dengan pandangan yang sulit diartikan, gadis ini gila rupanya. "Berati yang red flag itu lo!" sergah Lulu yang berada di sampingnya dengan pandangan setengah kesal, ya kesal dengan tuturan Thea barusan.

Bee memijat sebentar pelipisnya, temannya ini bodoh atau apa? Thea seperti anak sekolah menengah yang bodoh tentang sebuah hubungan, "Gue kenal Jeff jauh lebih lama dari lo, Thea sayang. Red flag nya dia banyak banget, lo musti tau itu. Dari mulai playboy, doyan ons, belum manipulatifnya, anger issue, gatekeep, sama lovebomb sih parah." jelas Bee panjang lebar.

Disana Thea mengangguk-angguk tanda mengerti, "Jeff ke gue engga gitu, ah. Lagian gue juga nggak ngerasa punya red flag." jawab Thea masih dengan ego nya sendiri, Lulu menggelengkan kepalanya pelan serasa memasukkan potongan kecil ayam goreng ke dalam mulutnya.

Dengan gemas Lulu menoyor kepala Thea menggunakan telunjuknya yang di poles cat kuku putih cantik, "But, you're on date with Jeran and another guy at the same time. Itu kalau bukan red flag apa namanya? Frisian flag?" tanya nya gemas sendiri.

"Emang begini anaknya, kak. Maklumin aja." komentar Chitta setengah tertawa canggung, bahkan si cantik blasteran itu sudah angkat tangan dengan kelakuan Thea sekarang dan gadis itu hanya tertawa kecil.

.
.
.

Keesokan harinya Thea harus ada di apartemen Jeff karena lelaki itu yang merengek di sepanjang malam, ia ingin dibuatkan bekal makan siang. "Morning, baby." sapa Jeff seraya mengecup rahang kiri Thea yang sedang mengirisi tomat. Gadis itu berencana untuk membuat nasi goreng rumahan.

Ia melihat resep di internet, sepertinya mudah. Thea menoleh kearah kirinya, Jeff disana tersenyum hingga kedua cacat di pipinya terlihat. Langsung saja Thea menangkup kedua pipi putih itu menggunakan tangannya. Persetan bau bawang bekas ia meracik bumbu.

"Jeffie! Lo nggak mabok kan?" Pekik Thea yang kaget. Pasalnya lelaki ini menggunakan setelah kemeja dan juga kacamata bulat dipagi hari, sudah wangi dan lengkap dengan tas ransel hitamnya.

Ganteng sih ㅡbatin Thea.

Jeff menggeleng pelan, pipinya masih ditangkup kedua tangan Thea. "Lo mau kemana?" Tanya Thea, perlahan tangan Jeff menurunkan telapak tangan Thea dari pipinya dan tersenyum gembira menatap gadis dihadapannya.

Thea kembali lagi berkutat dengan potongan sosisnya, tomatnya sudah selesai. "Gue mau kerja lah." jawab Jeff dengan gamblang sembari mengambil posisi untuk duduk di meja makan. Mengamati gadis di depannya yang mulai menumis bumbu hingga menggoreng nasinya.

"Tumben banget mau kerja." cibir Thea, tangan gadis itu bergerak mengambil wadah bekal berwarna biru tua. Mengisinya dengan nasi goreng yang baru matang. Lalu menghiasnya dengan tomat, potongan sosis goreng, dan juga memaruh susu kotak vanila yang berukuran kecil.

Nyatanya Jeff hanya tidak mau kalah dengan Jeran, ia pikir Thea akan menyukai laki-laki mapan. Jadi Jeff harus mulai merintis karirnya sendiri, "Buat nafkahin lo ini." jawabnya diselingi tawa.

Thea hanya berdecak malas, ia mengambil satu piring nasi goreng dengan hiasan yang sama. Si cantik meletakkan itu semua dihadapan Jeff, ia menumpu dagunya pada telapak tangan kanan.

Mengamati lelaki dihadapannya ini menikmati sarapan. Merasa diamati Jeff menatap Thea yang berada di hadapannya, gadis itu amat lucu dengan kaus abu kebesarannya. "Lo nggak makan juga?" tanya Jeff, heran karena Thea hanya memperhatikannya.

"Nanti aja. Nunggu lo berangkat."

Beberapa menit berlalu dan piring dihadapan Jeff tandas, ia menelan semua nasi goreng buatan Thea lalu meneguk segelas air putih. Nasi goreng buatan gadis itu lebih enak daripada buatan bundanya.

"Btw, thanks bekelnya."

Cup

Jeff mengikis jarak diantara mereka. Mengabaikan meja yang membatasi, lelaki itu berdiri dan bergerak mengecup dahi Thea lalu mengusak rambutnya pelan. Thea membalasnya dengan senyuman yang tidak kalah manis, "Gue berangkat ya?" pamit Jeff.

"Iyaaa." jawab Thea seraya menganggukan kepalanya.

Baru saja Jeff tiga langkah dari meja makan, Thea memanggilnya. "Jeffie!" serunya, lelaki itu menoleh dan melihat Thea yang menggigit bibirnya pelan. Seperti ragu ingin mengatakan sesuatu.

"Nanti temenin gue hunting ramen ya?"Jeff tersenyum kecil, lalu mengangguk sebagai jawaban dan hilang di balik pintu setelah melambaikan tangannya.

























































an.
enjoy the story yup

stadt [revision] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang