26.

1.2K 241 5
                                    

Akhir pekan, waktu yang bagus untuk bersantai dan beristirahat sejenak dari hirup pikuk kehidupan. Termasuk Thea, beberapa hari lalu akhirnya sang ayah memutuskan untuk menjenguknya di ibu kota. Ya, walaupun sehari saja tetapi sudah cukup untuk gadis yang dilanda kerinduan itu. Setelahnya yang dilakukan Thea adalah berbelanja seperti saat ini, ia sangat butuh hiburan.

Waktu yang bagus saat ada seseorang yang mengajaknya bertemu siang ini di sebuah café lucu tepatnya dalam sebuah pusat berbelanjaan. Entah apa yang ingin ia lakukan dengan Thea, namun si cantik itu sangat bersemangat karena ini adalah hiburan akhir pekannya. Sepertinya seru jika harus adu mulut siang hari ini, apalagi ibu kota sedang terik-teriknya siang ini.

Thea mengaduk secangkir coklat hangat dan menyesapnya dengan perlahan, menikmati rasa manis dan pahit secara bersamaan di dalam mulutnya. Mata bulatnya menatap sang lawan bicara yang duduk di hadapannya dari atas lalu turun ke bawah, tampak menyebalkan. Senyum kecil terukir di bibir tipisnya, Thea meletakkan cangkirnya dengan sangat anggun. "Kayaknya nggak perlu repot-repot buat dateng nemuin gue, ada apa?" tanyanya dengan suara manis mengalun.

Gadis dengan rambut sebahu di hadapannya tampak menaikkan dagunya sedikit, berlagak congak dihadapan Thea dan itu adalah kesalahan besar. "Jauhin Jeff, lo tau kalau dia pacar gue. Hargain hubungan gue sama dia, bisa?" ujarnya, namun Thea nampak tidak kaget. Responnya hanya tertawa kecil, si cantik itu mulai memotong kue diatas piring lucu miliknya.

"Lo tau kalau dia temen gue kan? Masalahnya apa?" sebuah untaian kata yang mampu membuat lawan bicara dihadapannya membelalakan mata dan mulai berpikir apa Thea sudah gila? Gadis bernama Veryl itu menghela nafas pelan, mencoba untuk bersabar.

"Masalahnya? Masalahnya Jeff pacar gue, ya lo tau diri aja ngapain masih deket sama pacar orang?"

Oh, Thea paham sekarang. Ia mengangguk dan menyuap sedikit kuenya, megunyahnya perlahan. Tangan kirinya sedikit menutupi mulut sebelum ia benar-benar menelan kue manis rasa coklat itu, "Iya gue paham. Terus kalau Jeff yang ngedeketin gue, gue harus gimana?" Thea balik bertanya dengan keadaan yang masih santai, ini bukan yang pertama kali untuknya. Ia nyaris beberapa kali mendapatkan hiburan seperti ini, masih beruntung wajah cantik dan rambut panjangnya tidak kena aniaya.

"Loㅡ lo jangan respon lah!"

"Lho kenapa? Jeff kan temen gue? Denger ya Veryl, temen deket Jeff bukan gue doang. Apa lo mau negur semua temen deket Jeff? Oh! Atau mungkin mantan pacarnya? Be smart. Kalau Jeff beneran sayang sama lo, dia nggak akan deket sama yang lain." tutur Thea, keadaannya memang begitu bukan? Walaupun lelaki itu bajingan tapi pasti ada kala nya ia akan setia, entah pada siapa Thea pun tidak terlalu memperdulikannya.

Si cantik dengan gaun biru musim panas itu menjepit rambut panjangnya kebelakang dan menyesap kembali secangkir coklat hangat yamg telah mendingin, Veryl nampak terdiam dan berpikir mengenai kalimat yang dilontarkan Thea barusan. "Sorry, tapi lo yang berpotensi paling besar buat ngerusakin hubungan gue sama Jeff." Ah, bodoh sekali. Thea memutar bola matanya malas, ia meletakkan cangkirnya diatas meja.

"What the fuㅡ

Ucapan si cantik itu terpotong ketika Veryl mendorong ponsel ke hadapannya, menampilkan sebuah foto Jeff yang bertelanjang dada dan memeluk Thea dari belakang di depan jendela bercahaya senja. Seingat Thea ini adalah foto lama, jauh sebelum ia kecelakaan waktu itu. "Oh wow! Gue baru tau ada foto ini, boleh tolong kirim fotonya ke gue?" katanya dengan bibir membulat dan terpana karena foto tersebut sangat artistik, matanya sampai tidak berkedip.

"Gue serius, Thea."

Veryl menjauhkan foto tersebut dari hadapan Thea yang mencebil seperti anak kecil yang kehilangan permennya, lantas ia berdecak kesal. "Gue nggak akan ngerebut Jeff dari lo, jadi lo nggak perlu takut. Well ya, educate your boyfriend..."

Thea mengangkat bokoknya, setengah beranjak berbisik pada gadis dihadapannya. "...bilangin, jangan keseringan tidur sama gue." ucap Thea pelan dan langsung duduk kembali di kursinya, lantas menyesap lagi secangkir coklat yang sudah tersisa separuh.

Mata Veryl memincing kesal, genggaman tangannya semakin erat. Ia mencoba untuk tidak menjambak rambut panjang Thea saat ini juga, gadis dihadapannya terlihat sangat menikmati obrolan tidak merasa salah sedikit pun. Thea tertawa kecil sebelum menawarkan sepotong kue miliknya, "Kenapa, Ve? Mau black forest?" tanyanya basa-basi.

Sang lawan bicara hanya terdiam meredam emosi hanya ada suara dentingan sendok kecil yang terdengar diantara mereka, "Elsie Veryln. Kayaknya lo salah anggep gue sebagai saingan, karena kita nggak setara." sambung Thea setelah menelan potongan terakhir kue miliknya.

Makian yang ingin di lontarkan Veryl tertahan di tenggorokan, Thea tidak sama dengan gadis lain yang bisa lawan. "Oh ya, lo bener. Gue harusnya nggak bersaing sama orang rendahan kayak lo, Thea Astamaya." jawab Veryl, suaranya samar terdengar seperti agak bergetar dan Thea menatapnya dengan menaikkan sebelah alisnya.

Kedua tangan Thea menyilang di dada dan bersandar di kursinya, dagunya terangkat. Jujur saja, memperebutkan lelaki itu bukan kesenangan Thea. Tapi pengecualian untuk hari ini, karena sang lawan bicara sangat menantang Thea. Gadis cantik itu tidak suka di tantang apalagi di remehkan.

"Come on, lihat diri lo. Bahkan sekarang lo ngemis ke gue buat ngejauhin Jeff, nggak lebih rendah dari gue kah?" jawab Thea tenang sebelum tertawa kecil, menertawai Veryl yang nampak kebingungan dengan ucapannya sendiri.

"Thea loㅡ

Perkataan Veryl terhenti ketika Thea melihat ke arah jam yang melingkar ditangan kirinya, nyaris menjelang jam makan siang dan ia sudah ada janji dengan seseorang. Ia pun langsung beranjak dari sana dengan membawa beberapa barang belanjaannya, "Whoopsie! Gue ada janji makan siang sama Yudha. Nice to know you, Veryl! Have a nice day!" katanya dengan sangat ceria lantas berdiri dan menjauh meja tersebut, namun beberapa langkah ia teringat sesuatu.

Thea kembali lagi ke tempatnya, terlihat Veryl yang masih termenung disana. "Oh satu lagi, ini udah gue bayar sama punya lo juga. Okay, bye!" lalu Thea menghilang di pintu keluar café tersebut, tidak sadar jika mata Veryl sudah berkaca-kaca menahan seluruh emosinya.

"Sialan, Thea."




























































an.
muk ngetik apa ya

stadt [revision] [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang