Perasaan ini tidak terkendali, walaupun aku sudah janji. Janji tidak akan mencintaimu lagi.
-Meisya Rosvallen
Bel istirahat sudah berdering nyaring, tanda pelajaran kedua selesai, murid-murid berjalan cepat menuju kantin untuk menghindari keramaian kantin yang akan membuat antrian panjang di setiap pedagang.
Meisya, Aurellia, Rossa, Zidane dan Elvan berjalan bersama-sama membuat semua mata tertuju kepada mereka. Hal ini yang kurang lebih tiga tahun dirasakan oleh Meisya, yaitu sebuah tidak percaya diri berada di tengah-tengah mereka yang notabene-nya adalah orang penting di sekolah ini.
Mereka duduk dalam meja yang sama, para cewek duduk berdampingan, dengan Meisya berada di tengah-tengah mereka. Sedangkan Zidane dan Elvan masih berdiri.
"Kalian mau pesen apaan? Biar gue pesenin sekalian." Ucap Zidane.
"Meisya pasti seperti biasa Dan, mie ayam sama es leci kan Mei?" Kata Elvan meminta persetujuan dari Meisya yang sudah fokus kepada ponselnya.
Walaupun fokus, Meisya masih tetap mendengar apa yang dikatakan oleh Elvan, dia mendongak kemudian mengangguk kecil "iya." Jawabnya singkat.
"Anjir! El sampe hapal kebiasaan Mei, kalo gue sama Ara lo inget?" Tanya Rossa tidak terima, mereka ini sahabat berlima bukan hanya Meisya dan Elvan saja, enak saja.
"Enggak hehe." Jawab Elvan dengan cengiran khasnya.
"Najis."
"Ya terus lo mau pesen apa sih Ca? Lama amat." Geram Zidane.
Rossa memajukan bibirnya sebal "Kayak biasanya bakso sama es jeruk."
"Gak usah digituin juga bibirnya, gue buka sepatu buat nampol lo, tau rasa." Masih dengan mode kesalnya Zidane malah marah-marah tidak jelas kepada Rossa.
Rossa mendelik tajam "Dih."
"Kalo lo Ra?" Kali ini Elvan yang bertanya.
"H-hah?" See? Aurellia ini dari tadi memperhatikan keributan Rossa dan Zidane, tapi maklum saja otaknya lemot ketika ditanya Elvan secara tiba-tiba.
Elvan menutup matanya sejenak untuk meredam emosi "Lo mau pesen apa Araaa?" Nada bicaranya selalu seperti ini jika yang dihadapinya adalah Aurellia.
"Samain aja sama Mei." Jawab Aurellia.
Setelah mendengar jawaban dari Aurellia, segera saja Zidane merangkul pundak Elvan dan sedikit menggeretnya pergi dari sana untuk memesan pesanan para putri raja.
Hanya beberapa saat, kemudian mereka berdua kembali dan duduk di hadapan para cewek sahabat kesayangan mereka.
"Tunggu bentar! Mang Deri nanti bawain pesenannya kesini." Kata Zidane tanpa diminta.
"Iyaaa ayang Zidane." Sahut Rossa.
"Gila lo! Awas aja beneran suka sama gue, pesona gue gak bisa ditolak. Tapi kita semua udah janji gak akan saling suka apalagi cinta satu sama lain." Kata Zidane mengingatkan mereka semua.
"Bercanda elah, ih najis baperan!" Sahut kembali Rossa.
Setelah mendengar perkataan Zidane, Meisya yang awalnya mengetikkan sesuatu di ponselnya terdiam. Jantungnya berdegup kencang tanpa diminta, tubuhnya kaku saat mendengar itu, kakinya melemas, dadanya sesak, dan napasnya tercekat. Setelah beberapa saat, Meisya kembali tersadar, kemudian kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya.
"Aduh-aduh nambah cantik aja neng Ara, neng Oca sama neng Meisya." Kata Mang Deri dan Bi Endah yang membawa pesanan mereka.
"Kalo Zidane sama El Mang? Nambah ganteng gak?" Sifat narsis Zidane mulai kumat.
KAMU SEDANG MEMBACA
All My Friends
General FictionNama Meisya adalah sebuah doa dari kedua orangtuanya. Berharap putrinya ini menjadi orang yang hidup tenang, penuh energi, orang yang senantiasa gembira dan orang yang aktif. Semuanya terwujud untuk covernya, untuk lembaran-lembarannya berisi coreta...