Kebaikan Ridho VS Mood El

40 1 1
                                    

Hati gue sebenernya hancur, tapi bibir gue dipaksa membentuk lengkungan untuk senyum.

-Meisya Rosvallen

Pagi ini, pagi yang berbeda, jika biasanya Meisya berangkat sekolah dengan Zidane yang menjemputnya, tetapi hari ini Meisya berangkat dengan seorang lelaki yang menjabat sebagai kekasihnya. Jujur saja tidak ada kebahagiaan di hati Meisya, tidak ada desiran lembut di tubuhnya, tidak ada debaran jantung yang cepat dan tidak ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Meisya hanya merasakan kesesakan saat bersama Ridho, hatinya seperti terhimpit oleh sesuatu yang sulit dia jelaskan.

Maafin gue Dho, gue terlalu jahat jadiin lo pelampiasan biar gue terhindar dari dia.

Tuhan apakah Meisya akan menerima hukumannya? Tapi jika boleh Meisya tidak ingin mendapat hukuman itu, sebut saja Meisya egois karena mementingkan dirinya sendiri.

"Mei." Panggilan yang begitu lembut, tapi anehnya Meisya merasa semakin sesak.

Meisya refleks melihat ke arah spion untuk melihat wajah kekasihnya itu, Ridho pun sama halnya dengan Meisya melirik sebentar ke arah spion "kenapa Dho?" Sahut Meisya setelah beberapa saat.

"Enggak, cuman mau manggil aja."

Meisya merasakan ada sesuatu yang tidak tersampaikan, tapi egoisnya dia tidak ingin mengetahuinya "apaan sih Dho, lo gak jelas banget." Ujarnya diakhiri kekehan kecil yang membuat senyuman manis milik Ridho tercipta.

Ternyata kebahagiaan Ridho sesederhana ini, mengapa tidak dari dulu saja dia mendapatkan kebahagiaan ini? Mengapa baru sekarang?

"Gak jelas gini juga pacar lo Mei." Sahut Ridho.

Beberapa saat hening menyelimuti suasana mereka berdua, mereka bahkan lebih canggung ketika memiliki status sepasang kekasih, padahal suasananya tidak akan secanggung ini jika status mereka hanya sebatas teman satu ekstrakurikuler atau mungkin sebatas teman satu angkatan.

Status memang seringkali membuat suasana berbeda, karena seseorang harus memahami posisi dalam bersikap, dia harus membedakan jika berhadapan dengan keluarga, kekasih, sahabat ataupun teman.

Ridho memang memiliki ketertarikan kepada Meisya dimulai masa orientasi siswa, dia hanya diam saat banyak siswa yang mendekati Meisya secara terang-terangan, dia hanya mengagumi Meisya, hingga dia mengetahui bahwa Meisya mengikuti ekstrakurikuler karate, Ridho langsung mendaftar saat itu juga, Ridho tidak berani karena Meisya-nya itu memiliki otak yang kelewat cerdas, wajah yang sempurna, mata yang indah, dikenal seantero sekolah, berprestasi, gadis yang kuat secara raganya terlatih dan juga Meisya dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya.

"Mei lo pegangan ke jaket gue deh, gue takut lo jatoh." Bahkan Ridho sangat memperhatikan hal kecil, yang biasanya Meisya sendiri acuh.

"Iya." Balas Meisya memegang jaket kulit berwarna hitam milik Ridho.

Bahkan Ridho tidak pernah memaksanya untuk melakukan hal yang tidak Meisya suka.

Setelah itu tidak ada lagi obrolan, bahkan hingga mereka memasuki area parkiran SMA Pelita Nusantara. Motor Ridho sudah terparkir rapi diantara motor-motor yang lain. Jika Meisya tidak merasakan debaran aneh yang menggerogoti jantungnya, maka berbeda dengan Ridho yang sekuat tenaga mengontrol debaran itu supaya Meisya tidak mendengar.

All My FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang