Dari pagi hingga siang menjelang, selubung abu-abu yang membuat langit terlihat muram tak kunjung tersibak, seakan-akan matahari yang merajuk masih belum bosan bersembunyi di balik awan hingga cahayanya teredam oleh pekat yang tak lama kemudian menjelma menjadi titik-titik air. Deras. Satu kata yang terlintas di benak Sunny ketika gadis itu memandang hujan bercampur angin dari jendela yang terkunci rapat. Cukup lama Sunny termenung dengan pandangan mata menerawang sebelum dia beralih menatap jam dinding yang lima menit lagi menunjuk ke angka tiga.
"Sejun-ah." Nama yang begitu melekat di hati Sunny tercetus dalam desis pilu. Gadis itu menunduk, meremas gelisah tangannya sendiri kala ingatan akan janji yang sudah mereka sepakati tetapi tidak bisa dia tepati merajalela di hati dan menciptakan rasa bersalah.
Sunny tahu kalau Sejun pasti datang ke tempat itu. Sunny juga tahu kalau sembari menunggu, Sejun pasti merasa cemas karena dirinya terus menerus tidak bisa dihubungi hingga akhirnya pria itu pun memutuskan untuk datang sendiri ke sini guna memeriksa keadaannya. Lalu yang sangat ingin Sunny ketahui sekarang adalah, alasan apa yang ibu dan Alexa berikan kepada Sejun begitu kekasihnya tiba, sampai-sampai beberapa menit kemudian dia pergi lagi bersama Alexa? Kebohongan apa yang mereka buat?
Sunny menggigiti kuku ibu jarinya sambil memeluk tubuhnya sendiri. Seperti hatinya yang dililit kemelut, pikirannya pun terasa kalut memikirkan tindakan apa yang seharusnya dia ambil antara menentang kehendak orang tua atau menurut tanpa banyak membantah. Sebenarnya, Sunny bisa saja menggantungkan diri kepada Sejun untuk lepas dari dilema yang membuatnya merasa terpenjara. Karena bagaimanapun juga, keluarga Oh bukanlah keluarga yang bisa dipandang remeh oleh ayah dan ibu angkatnya, sehingga jika Sejun datang meminta dirinya agar menjadi bagian dari keluarga mereka, Jonathan dan Ilana akan berpikir dua kali untuk menolak peluang emas tersebut.
Hanya saja yang menjadi masalah, kenapa dari sekian banyak laki-laki yang ada di dunia ini, harus Sejun kekasihnya yang dicintai oleh Alexa? Kenapa segala sesuatu yang dia sukai, selalu menjadi hal yang Alexa inginkan setengah mati? Jika sudah begini, hubungannya dengan Oh Sejun sudah pasti tidak akan pernah berjalan mulus karena di mata kedua orang tua angkatnya, lebih baik Alexa yang menjalin hubungan dengan Oh Sejun ketimbang dia yang statusnya memang bukan siapa-siapa di dalam keluarga ini.
Fakta memuakkan itu membuat gelegak amarah Sunny memuncak hingga ke ubun-ubun. Namun jiwa pengecut yang sedari kecil sengaja ditanamkan oleh kedua orang tuanya melalui doktrin serta hukuman keras, membuat kerdil keberanian Sunny yang masih sebesar biji jagung. Di tengah pikiran yang berkelana, Sunny yang tidak sengaja melihat mobil Sejun melewati pintu gerbang, berniat membuka tirai supaya dia bisa melihat wajah sang kekasih dengan lebih jelas walau sesaat. Namun belum lagi niat tersebut terlaksana, nada dingin yang menginterupsi gerak tangan Sunny terdengar dan dia membeku seketika.
"Mau apa kau?" tanya Ilana dari arah pintu sembari menyilangkan kedua tangan di depan tubuh.
Sunny berputar menghadap ke belakang diiringi raut wajah tegang, sementara Ilana dengan dagu terangkat mulai berjalan masuk setelah mengunci pintu rapat-rapat.
"Kau tidak sedang berniat mencari pertolongan, bukan?"
Dengan gugup Sunny menggeleng, menatap wajah sang ibu angkat takut-takut.
"Bukankah kau sudah berkali-kali diperingati untuk tidak berhubungan lagi dengan Oh Sejun? Kau 'kan tahu kalau Alexa menyukainya? Jadi sebagai kakak yang baik, sudah semestinya kau mengalah kepada adikmu dan membantunya mendapatkan hati pria itu. Yah... walau ayahmu tidak begitu menyukai Oh Sejun, setidaknya latar belakang keluarganya sangat pantas untuk dipertimbangkan."
Sunny diam seribu bahasa tatkala serangan intimidasi mengunci belah bibirnya hingga terkatup. Melihat Sunny tak berdaya, Ilana semakin memperpendek jarak antara dirinya dengan Sunny sebelum melempar dua buah paper bag berisi gaun malam beserta sepatu ke atas tempat tidur.
"Calon suamimu tidak jadi datang siang ini karena masih ada urusan. Sebagai gantinya, dia mengundang kita untuk makan malam di rumahnya."
Sunny mengangkat wajah menatap Ilana kemudian melirik sambil lalu ke arah paper bag.
"Itu gaun dan sepatu untukmu," kata Ilana setelah mengikuti ke mana arah pandang Sunny, "Ibu sengaja membelinya bersama Alexa supaya kau terlihat lebih cantik dan anggun saat makan malam nanti."
Ilana tersenyum, menepuk bahu Sunny kemudian berbalik menuju pintu. Sebelum ibunya benar-benar pergi, Sunny buru-buru mengejar Ilana dan meraih tangannya.
"Ibu, tunggu!"
Ilana menoleh ke belakang, melirik tak suka ke tangan Sunny yang kini membelenggu pergelangan tangannya.
"Ada apa?" Ilana bertanya dengan suara ketus dan raut wajah dingin. "Lepaskan tanganmu dariku."
Perintah barusan langsung dituruti oleh Sunny sembari melenting satu langkah ke belakang.
"Ibu. Di luar ada Oh Sejun, bukan?"
Ilana tak menjawab. Hanya menaikkan sebelah alisnya dan bersedekap selagi matanya menghunus tepat di iris mata Sunny.
"Kenapa memangnya?"
"Aku... bolehkah aku berbicara dengannya sebentar?"
"Apa perintah dari kami masih belum jelas? Kau harus memutuskan hubunganmu dengannya dan jangan pernah menemuinya lagi apalagi berpikir untuk mengadu macam-macam tentang kami!"
"A-aku bukannya ingin mengadu. Sungguh! Aku hanya... aku hanya ingin berbicara sebentar saja dengannya. Setidaknya, tolong biarkan aku putus dengan Sejun secara baik-baik. Aku tidak mau dia membenciku."
"Apa itu masuk akal? Apa kau yakin jika kalian putus secara baik-baik, dia akan menyerah kepadamu? Justru akan jauh lebih baik jika dia membencimu karena kau telah mencampakkannya. Kau tidak boleh hanya sekedar putus dengannya, Sunny. Kau harus membuatnya enggan mengingatmu lagi supaya Alexa bisa lebih leluasa mendekatinya!"
"Ibu... apa memaksaku merelakan Sejun demi Alexa dan menyuruhku menikahi pria lain itu tidak cukup? Bukankah selama ini aku selalu mengalah kepada Alexa seperti keinginan, Ibu? Aku hanya ingin bertemu dengannya sebentar sebelum hubungan kami benar-benar berakhir. Kenapa Ibu tidak—"
"CUKUP! Dasar anak kurang ajar!"
Merasa kalau Sunny hanya membuang-buang waktunya untuk hal yang sudah pasti tidak akan dia izinkan, Ilana pun memutar tubuh, berniat mengunci Sunny sampai waktu makan malam tiba.
"Ibu aku mohon!" Lagi-lagi Sunny menginterupsi langkah Ilana."Tolong biarkan aku menemui Sejun sekali saja."
Satu tamparan keras yang diberikan oleh Ilana di pipi Sunny menjadi jawaban atas permohonan yang dilontarkan oleh gadis itu sekaligus menjadi peringatan untuknya agar tidak berbuat macam-macam.
"Jika kau terus merengek seperti anak kecil, jangan salahkan Ibu jika Ayahmu ikut turun tangan untuk mendisiplinkan sikap tidak patuhmu itu. Mengerti?"
Sosok ayah yang muncul di dalam imaji Sunny tepat setelah Ilana mengucapkan kata tersebut lebih mirip seperti malaikat pencabut nyawa yang mengantarkan teror tak berkesudahan alih-alih sebagai sosok pelindung yang bisa diandalkan. Rasa takut kembali menyiram wajah ayu Sunny tatkala ingatan akan kejadian semalam serta hari-hari di masa lalu yang dipenuhi oleh hukuman datang mendekap. Paru-parunya terasa sempit, kegelisahan menderanya tanpa ampun, dan Sunny diam seribu bahasa saat kebuntuan pikiran membuat lidahnya kelu.
Saat Ilana pergi diiringi dengan suara debaman pintu yang keras sedangkan kesendirian mulai melilit sekujur tubuhnya dengan jerat sepi yang mengikat, di sana Sunny yakin sekali kalau dia tidak memiliki jalan lain selain menurut seperti kerbau yang dicocok hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Wedding
RomanceAtas asas balas budi dan tahu diri, Sunny harus merelakan hubungannya dengan Oh Sejun kandas di tengah jalan. Luka hati Sunny yang bahkan belum sempat dibalut dengan rapi, semakin tercabik-cabik oleh perjodohan yang diatur secara semena-mena oleh or...