Sepuluh hari kemudian.
Sejak saat itu, hari-hari yang dilalui oleh Sunny terasa semakin berat. Ilana berhasil membangkitkan rasa sakit paling dalam yang selama bertahun-tahun lamanya tidak pernah disentuh oleh siapa pun. Akibat hal tersebut, Sunny berhenti memikirkan cara untuk lepas dari beban pernikahan yang harus dia pikul. Lebih banyak diam dan melamun, tidak lagi berusaha meminta pertolongan dalam bentuk apa pun karena tidak ingin melibatkan orang lain ke dalam masalahnya.
Melihat besarnya efek yang ditimbulkan hanya karena iseng mengungkit masalah ruang bawah tanah, Ilana menjadi takjub sendiri bahkan menyesal karena tidak memanfaatkannya untuk mengendalikan Sunny sejak jauh-jauh hari. Lupa menjadi alasan yang membuat Ilana, Jonathan, dan Alexa tidak pernah mengungkit kejadian yang sangat mengguncang jiwa Sunny bertahun-tahun silam itu. Karena bagi mereka, peristiwa traumatis tersebut bukanlah suatu hal yang harus dibesar-besarkan apalagi wanita yang menolong Sunny dulu memang memiliki penyakit bawaan.
Dalam hal ini, lupa juga menjadi alasan bagi Sunny untuk tidak menyebut-nyebut nama seseorang yang sudah menolongnya. Bukan karena Sunny adalah orang yang tidak tahu berterimakasih. Gadis itu hanya tidak sanggup menerima tudingan sinis yang berujung pada keyakinan bahwa dialah yang bertanggungjawab atas hilangnya nyawa seseorang. Sehingga saking kuatnya trauma psikologis yang dia alami, Sunny memilih membuang peristiwa itu dari memori kehidupannya dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Jika merasa bersalah telah mengubur Sunny dalam rasa sakit tepat setelah luka terkelamnya dikoyak, Ilana dan keluarga Lee yang lain sudah terlanjur kehilangan nurani hingga tidak tersisa setitik pun rasa bersalah. Jadi wajar jika Ilana dan suaminya tenang-tenang saja meski sejatinya mereka pernah membunuh seseorang, sedangkan Sunny yang gadis itu sendiri pikir menjadi sumber dari kemalangan orang lain terus dan terus terpuruk ke dalam lubang hitam masa lalu.
Jangkauan sinar mentari yang masuk melalui jendela dan celah-celah ventilasi semakin meluas. Meski tahu kalau Sunny enggan terbangun di dunia nyata sebab alam mimpi baginya jauh lebih baik untuk ditinggali, cahaya itu tetap teguh pada pendiriannya untuk memandikan Sunny dengan kehangatannya yang kian lama kian menyengat. Gadis itu pun mengernyit saat kelopak matanya diketuk oleh silau, menggeliat tak nyaman saat paparan panas menusuk kulit.
Selama sepersekian detik, pandangan Sunny berlabuh pada langit-langit kamar sebelum riuh rendah para pekerja yang berasal dari taman mengulik rasa ingin tahu gadis itu. Melalui jendela, Sunny dapat melihat kesibukan orang-orang yang sedang bekerja keras menyusun venue untuk acara pernikahannya dengan Tuan Park yang akan diselenggarakan dua hari lagi. Tanpa sadar tangan Sunny mengepal kuat. Alih-alih merasa terkesan dengan rangkaian mawar putih yang dirangkai dengan cantik di sepanjang aisle, yang dilihat Sunny justru jalan setapak beralaskan pecahan kaca sementara pelaminan yang nantinya akan menjadi tempat dia mengikrarkan janji untuk sehidup semati, sudah seperti panggung dengan guillotine tajam yang siap memutus napas.
Sekali lagi, ini tidak bisa disebut sebagai pernikahan melainkan pemakaman. Karena begitu sumpah tak tulus itu terucap dari bibirnya, yang terikat di sana bukanlah janji tapi nyawa dan dia mati di dalamnya.
"Kau sudah bangun?"
Sunny melirik ke belakang melalui celah bahu sebelum kembali menatap kosong ke arah venue.
"Bagaimana, apa kau suka dekorasinya?" Alexa yang kini berdiri di samping Sunny, ikut melihat-lihat ke arah taman yang kental dengan nuansa floral. Melihat Sunny diam saja, Alexa yang sebenarnya senang melihat ketidakberdayaan sang kakak pun mendecakkan lidahnya beberapa kali.
"Ayolah, Kak." Alexa menjatuhkan tangannya di bahu Sunny, berniat memberikan pelukan singkat untuk sang kakak tetapi Sunny yang terlanjur muak buru-buru menepis tangan Alexa lalu mengambil jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse Wedding
RomanceAtas asas balas budi dan tahu diri, Sunny harus merelakan hubungannya dengan Oh Sejun kandas di tengah jalan. Luka hati Sunny yang bahkan belum sempat dibalut dengan rapi, semakin tercabik-cabik oleh perjodohan yang diatur secara semena-mena oleh or...