2 (+)

430K 9.6K 316
                                    


Jam istirahat kedua sudah berbunyi. Linka bersama kedua sahabatnya sudah menduduki salah satu bangku kantin dengan mangkok berisi bakso di hadapan mereka yang masih mengepulkan asap. Linka baru saja akan menyuapkan makananya, ketika seseorang secara tiba-tiba menarik dan menghempaskannya ke lantai.

Kejadian itu dengan cepat mengambil alih atensi pengunjung kantin yang lain. Tatapan kasihan tertuju pada Linka yang sibuk meringis merasakan sengatan nyeri akibat bertabrakan dengan lantai.

"Berani banget lo makan sebelum gue!" sentaknya dengan nada geram.

"Lo!" Grizella yang hendak memaki Naraka seketika menutup bibirnya rapat-rapat kala cowok itu melemparinya tatapan tajam.

"Sekarang, lo ikut gue!" Cowok itu menarik Linka keluar kantin tanpa ada yang berusaha mencegah.

Olivia dan Grizella yang hendak mengejar pun tertinggal jauh sebab langkah Naraka yang kelewat cepat.

"Naraka, lepasin aku."

"Diem, Linka! Atau gue bakal hancurin hidup lo?!"

Linka menggeleng keras ketika Naraka mendorongnya untuk memasuki mobil. Ketika Naraka sudah melepas tangannya, ia hendak kabur, tetapi kalah cepat sebab cowok itu sudah mengunci mobilnya.

Linka terus meremas tangannya. Sesekali memohon maaf agar cowok itu melepasnya, tetapi usahanya berakhir percuma. Di dalam otaknya, Linka berusaha menebak, kesalahan apa yang sudah ia perbuat hingga membuat seorang Naraka semurka ini. Tidak mungkin hanya karena ia memakan bakso—yang bahkan kuahnya saja belum sampai menyentuh lidahnya—lebih dahulu daripada cowok itu, kan? Ah, tentu saja kejadian sebelumnya, di mana ia sudah menyirami Naraka dengan air bekas pel. Mengapa ia bisa lupa?

Linka memandang cemas pemandangan yang mereka lewati. Jajaran pohon tinggi dan jalanan sepi pengendara, membuat asumsi-asumsi buruk menghantui pikirannya. Ia takut jika Naraka menurunkannya di tengah jalan.

Gadis itu bisa sedikit bernapas lega ketika mobil Naraka sampai di depan gerbang tinggi dengan dua satpam yang segera membukakannya untuk bisa mobil Naraka lewati. Mobil itu melaju pelan, melewati taman yang tak seberapa luas, tetapi tampak tertata rapi sebelum akhirnya berhenti di pelataran yang mengarah langsung ke pintu utama.

Linka melirik sekilas keluar. Di teras, berjejer wanita-wanita dan pengawal yang mengenakan baju seragam seraya memasang ekspresi datar.

"Turun!"

Linka masih tak bergeming hingga pintu sebelah dibuka oleh Naraka. Cowok itu dengan tak sabar menarik lengan Linka agar mengikutinya.

"Selamat datang, Tuan Muda."

Naraka hanya mengangguk sekilas. Tanpa diperintah, pengawal sudah lebih dahulu membukakan pintu untuk sang tuan muda.

"Jangan ada yang mengganggu saya di atas, sebelum saya turun," kata Naraka pada salah seorang pelayan yang menyambut kedatangannya.

Pelayan itu mengangguk patuh dan menunduk sebagai tanda hormatnya.

"Lepas, Naraka." Linka tak bisa berpikir jernih saat Naraka terus saja menariknya menuju lantai atas.

Naraka membuka sebuah pintu besar berwarna hitam. Didorongnya Linka masuk, lalu dikuncinya pintu dengan cepat.

"Naraka, lepasin aku. Aku minta maaf atas perbuatanku tadi." Linka menatap Naraka dengan takut, ia meminta maaf dan berharap belas kasih dari cowok itu.

Naraka mendorong Linka ke tengah ranjang. Senyum mengerikan kini terpasang di wajahnya. Cowok itu ikut naik mengukung Linka, tangannya bergerak mengikat lengan Linka di kepala ranjang.

Naraka's (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang