Linka menggeliat, merasakan tubuhnya yang remuk. Matanya terbuka, menatap sekitar kamar yang menjadi saksi bisu kehancurannya. Ia merasakan tubuhnya yang hanya terbalut selimut. Ingatan tentang adegan tadi siang terus berputar dalam kepalanya. Tubuhnya terasa sangat menjijikkan. Air mata menuruni pipinya. Tetes demi tetes seakan berlomba menjatuhkan diri. Berkali-kali merutuki dirinya karna sempat menikmati persetubuhan mereka.
Hidupnya tak akan tenang lagi. Terikat dengan dewa kehancuran seperti Naraka adalah kutukan baginya. Cowok berengsek itu tak akan mudah melepaskannya yang sudah diklaim sebagai mainan baru. Ia terus merutuki nasib sialnya terjebak dalam zona yang Naraka ciptakan.
Ia mencoba bangkit. Tubuhnya terasa seperti baru saja mengikuti lari maraton. Linka merasa jijik dengan bau sperma di mana-mana. Ia menatap sekitar, tetapi matanya tak juga menemukan kain seragamnya. Dalam hati, ia terus memaki tubuhnya yang malah memberi respons nikmat pada persetubuhan mereka tadi.
Sudah, ia tak bisa terus begini. Dirinya harus segera kembali ke rumah. Rumahnya yang sederhana, tetapi diselimuti ketenangan. Tak peduli seberapa mewah dan nyaman kamar Naraka, yang ia lihat hanyalah bayangan kehancurannya. Linka mencoba berdiri dengan tertatih menuju kamar mandi. Tangannya bergerak cepat untuk menyalakan shower. Air mulai mebasahi setiap jengkal tubuhnya yang penuh tanda kepemilikan Naraka.
Jeritan menyedihkan terus mengudara. Tangannya bergerak menggosok setiap inci kulitnya dengan sabun, berharap kotoran itu ikut larut dalam setiap tetesan air. Ruam-ruam merah muncuk di sekitar leher dan dadanya. Linka menatap jijik pantulan tubuhnya. Ia seperti seorang jalang yang baru saja melayani pelanggan.
"Kamu menjijikkan, Linka. Apa yang orang lain akan pikirkan tentangmu? Wanita sialan yang hanya pasrah dalam kungkungan Naraka."
"Harusnya kamu brontak lebih kuat dan bukannya menikmati persetubuhan tadi."
Selesai dengan urusannya, ia keluar berbalut handuk, di atas ranjang ia menemukan sebuah paper bag berisi pakaian wanita. Tanpa permisi ia memakainya, sudah tak ada waktu untuk bertingkah sopan pada pemilik rumah.
Linka keluar dari kamar Naraka, ia melangkah menuruni setiap anak tangga menuju lantai dasar.
"Nona, mari saya antar makan terlebih dahulu," ucap seorang wanita berpakaian pelayan dengan usia berkisar 25 tahun.
"Aku akan pulang."
"Maaf, Nona. Anda dilarang keluar dari rumah ini tanpa persetujuan Tuan Muda," tegasnya.
Bahkan Linka kalah hanya dengan sebuah kalimat yang diluncurkan wanita itu.
"Mari saya antar ke meja makan."
Linka mengikuti arahan wanita itu, kabur dan melawan Naraka memerlukan tenaga yang banyak. Lagi pula, tubuhnya memerlukan asupan makanan. Makan siang yang seharusnya ia santap sudah teronggok begitu saja di meja kantin. Tenaganya juga sudah banyak terkuras akibat kejadian buruk yang menimpanya siang tadi.
Berbagai hidangan masakan tersaji di atas meja. Wanita itu mengambil piring di depan Linka. Tangannya bergerak hendak mengambilkan makan, tetapi langsung ditahan oleh Linka.
"Gak perlu. Aku bisa ambil sendiri."
"Ini sudah tugas kami, Nona. Nona mau yang mana? Biar saya ambilkan." Wanita tadi menulikan penolakan dari Linka.
"Terserah." Linka membalas sekenannya, ia tak nafsu makan. Semua hanya demi tubuhnya kuat kembali dan bisa pergi dari kediaman Naraka.
Wanita itu mengambil semua hidangan, membuat piring Linka penuh. Lalu meletakkannya di depan Linka.
"Makasih."
"Sama-sama, Nona. Saya permisi."
Ia segera memakannya dalam hening, hanya sebentar makanan itu telah berpindah ke dalam perut Linka. Cewek itu berniat membuka pintu keluar. Namun, ketika pintu terbuku, ia malah disambut oleh Naraka dengan pakaian santainya yang berdiri seraya bersedekap dada.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naraka's (Revisi)
ContoBagaimana jika Linka cewe lemah bertemu dengan Naraka manusia yang berhati iblis? 21+ mature content Jangan report cerita orang Minggir jika tak suka Plagiat minggir Start : 5 march 2022 End : 29 agustus 2022 #1 in oneshoot 29/5/2022 #1 in bad 2/6/2...