***
Benar, ternyata Nenek pergi untuk membeli beberapa gulungan benang wol dengan warna yang berbeda-beda untuk membuat sweater hangat, untuk cucu kesayangannya. Ketika Hyunjin pulang ke rumah, Nenek langsung membombardirnya dengan bermacam-macam pertanyaan, khawatir pada level yang tinggi.
"Untung tadi Minho-hyung nyusulin ke stasiun, Nek." Jelas Hyunjin.
Senyumannya pudar, mendengar 'kata' yang selalu diutarakan Hyunjin setiap hari. Nenek menyuruh Hyunjin duduk di sofa yang sebetulnya, tidak begitu empuk untuk ditiduri. Nenek menghidangkan susu hangat, juga kue jahe di atas meja.
"Jangan pergi kemana-mana." Tegas Nenek, membetulkan kacamata tua yang selalu turun dalam beberapa menit.
Nenek duduk di kursi kayu, kursi goyang dengan model lama, suara decitan yang khas setiap bergerak. Sudah dua hari lamanya dia menghabiskan seharian penuh dengan duduk merajut, membuat sebuah pakaian hangat. Walau tidak diukur, insting wanita tua tidak pernah meleset.
Sweater yang dibuatkan oleh Nenek pas di tubuh Hyunjin, hanya sedikit longgar namun tidak menjadi masalah. Hyunjin nampak begitu senang, dia dengan semangat memakai pakaian itu, padahal musim dingin belum benar-benar tiba.
"Bagus," puji Hyunjin tulus, semakin lama menjadi semakin dekat dengan Nenek, tidak secanggung pertama kali.
"Buat Minho-hyung nggak, Nek?" tanya Hyunjin polos.
Minho yang sedang duduk di sofa, menonton televisi itu menggeleng. Berniat melempar bantal sofa ke arah Hyunjin. Minho tidak suka sesuatu yang berbau kekanak-kanakan—meski sejujurnya ia terkadang iri, melihat Hyunjin dibuatkan sereal gandum dengan susu hangat di pagi hari oleh Nenek.
"Coba, kamu tanya. Minho suka warna apa?" tanggap Nenek, mengangkat dagunya agar dapat melihat Hyunjin dengan jelas, karena kacamatanya yang turun.
"Minho-hyung suka semua warna." Hyunjin menjawab, duduk di sebelah Minho dan menepuk pahanya dengan keras, menyebabkan Minho berteriak kesakitan, dengan teriakan yang dilebih-lebihkan.
"Apa ukuran tubuhnya sama dengan kamu, Hyun?" tanya Nenek.
Keningnya mengerut, ia berdiri. Kemudian menarik lengan Minho agar ia ikut berdiri. Hyunjin membandingkan tubuhnya dengan Minho yang jelas berbeda; Minho sedikit lebih kecil, tingginya hampir sama. "Ini nggak kelihatan, Nek? Dia kurus, kayak kurang gizi." Ejek Hyunjin, lagi-lagi membuat Minho emosi dan berniat memukulnya dengan bantal sofa.
Nenek tersenyum tipis, meraih jarum rajut dan mulai memasukan ujung benang, berniat membuat satu sweater lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Maze of Memories [✓]
Fanfiction"Tomorrow, everything will be fine." Sebuah badai besar terjadi ketika satu boygrup tengah mengadakan konser di tengah-tengah kota. Semuanya terjadi begitu saja, menyapu seisi kota--memporakporandakannya. Membuat banyak bangunan roboh dan... banyak...