***
Langkahnya tergesa-gesa menuruni tangga bis kota. Jantungnya berdegup melebihi batas normal. Kepalanya sedikit pening, setelah mendengar penjelasan dari manager yang ditemuinya di Seoul barusan. Mustahil, rasanya benar-benar tidak mungkin.
"Nenek!" Hyunjin berlari memasuki rumah, mendapati Nenek berdiri dengan telepon di lengan kirinya.
Kilat, Hyunjin memeluk erat wanita renta yang telah menghawatirkannya selama berjam-jam lamanya. Hyunjin tidak memiliki ponsel, Nenek bingung harus menghubungi siapa. Membuat laporan orang hilang pun, Hyunjin belum pergi lebih dari dua puluh empat jam.
"Darimana, Hyunnnie?" tanya Nenek, mengusap lembut rambut Hyunjin.
Perlahan, Hyunjin melepas pelukan tersebut. Ia berjalan rusuh membuka pintu kamarnya; kosong, bantal dan selimut tertata rapih. Barang-barang Minho menghilang entah kemana. Hyunjin membuka paksa lemari yang sedang dalam keadaan terkunci, ia tak menyadarinya.
"Minho-hyung kemana?" lirihnya, memutar kunci dan membuka lemari tersebut.
Semua pakaiannya juga hilang.
Hanya tersisa satu, pakaian hangat yang dulu dirajut nenek.
"Minho bilang dia pergi ke rumah orang tuanya, dia nggak tinggal disini lagi, Hyunnie." Nenek berusaha menjelaskan walau terbata.
"Orang tuanya nggak ada, Nek. Orang tuanya korban badai waktu itu. Orang tuaku juga nggak ada..." Hyunjin terisak, menutup lemarinya kembali. Lantas berjalan dan mendudukkan diri di tepian kasur.
"Mama sama Papa udah nggak ada, kenapa Nenek nggak pernah bilang?"
"Siapa yang bilang itu sama kamu?" Nenek menghampiri, ikut duduk di sebelah Hyunjin.
Tak ada jawaban. Hening, hanya terdengar tangisan pelan dari Hyunjin yang merasa sedikit lelah karena tak henti menangis sedari tadi. Dia merasa dikhianati, dia merasa dunia berjalan dengan aneh, tidak semestinya.
Badai itu baru terjadi bulan lalu. Ia baru saja menemui petugas stasiun minggu kemarin. Mengapa semuanya berlalu bergitu cepat? Kenapa tahun tiba-tiba berganti? Tiga tahun bukan waktu yang singkat, Hyunjin membenci dirinya sendiri yang tak menyadari hal itu sedikitpun.
"Sudah, jangan nangis-nangis. Besok, semuanya pasti kembali seperti semula."
"Kapan?" Hyunjin menatap Nenek dengan kedua mata yang terus berair.
"Besok."
"Besok?"
"Iya, besok semuanya pasti baik-baik saja."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Maze of Memories [✓]
Fanfiction"Tomorrow, everything will be fine." Sebuah badai besar terjadi ketika satu boygrup tengah mengadakan konser di tengah-tengah kota. Semuanya terjadi begitu saja, menyapu seisi kota--memporakporandakannya. Membuat banyak bangunan roboh dan... banyak...