TUJUH

3 1 0
                                    

˝WOI LAH, APA KABAR BRO?!˝

Suara heboh itu memenuhi sudut ruangan minimalis tersebut. Radit pelakunya. Dia memang anggota inti Black Crow paling cempreng seperti cewek. Bahkan mungkin melebihi cemprengnya seorang cewek.

Radit merangkul pundak cowok jangkung yang baru saja datang bersama Dion.

˝Duduk dulu sini. Baru cerita,˝ ujar Saefi dengan senyum tipisnya.

Cowok itu duduk di samping Saefi disusul Radit yang mengambil duduk di sofa panjang seberangnya, bersama Dion.

˝Gue mendadak banget ya datangnya?˝ Laki-laki itu membuka suara.

˝Iya. Lo gak kasih kabar udah tiga bulan, sekalinya telepon minta jemput,˝ ucap Reynal mencebikkan bibirnya.

Laki-laki yang kerap disapa Iyan itu terkekeh ringan tanpa suara. ˝Sorry ... Hp gue rusak waktu itu jadi telat kasih kabar,˝ ucapnya.

˝Intinya sekarang lo udah sehat, kan?˝ tanya Saefi.

Iyan terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya mengangguk. ˝Mungkin? Bisa jadi gue sehat, bisa juga gak sehat,˝ ujarnya sangat pelan. Seperti gumaman.

Seluruh anggota inti dan anggota lainnya disana terdiam cukup lama. Menatap salah satu anggota mereka-- yang sudah satu tahun lamanya meninggalkan tanah kelahiran --dengan tatapan sendu.

˝Kenapa pada bengong? Jadi pesta gak nih?!˝ seruan Radit menyadarkan mereka semua.

˝Woy! Pesta buruan! Gue sama Iyan udah beli banyak makanan tuh!!˝ Kali ini Dion berseru dengan mengeluarkan satu box besar berisikan makanan siap saji.

˝Hari Minggu, tanggal 21 Maret 2021. Welcome back anggota inti ke-enam Black Crow, Theo Febriyansia!!˝ seru Reynal merangkul pundak Iyan.

˝WELCOME BACK BRO!!˝ seruan yang bersahut-sahutan itu mengisi keheningan malam di sebuah rumah yang sederhana itu.

*****

Rani tersenyum bangga melihat barang yang dibelinya tadi sore. Malam ini ia akan menghabiskan waktunya dengan membaca tuntas komik series BL itu.

Di tengah-tengahnya kegiatan asyiknya baper dengan tokoh yang ada di dalam komik, tiba-tiba saja ponselnya berdering panjang. Awalnya Rani mengabaikan panggilan itu. Namun, semakin diabaikan ponselnya semakin berdering terus menerus.

˝Ck. Siapa sih?! Ganggu aja!˝ Rani berdecak. Dia turun dari ranjang dan meraih ponselnya yang berada di sofa dekat pintu.

Dahi perempuan itu berkerut ketika melihat beberapa panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dikenal.

˝Mba operator gabut kali ya?˝ pikir Rani random. Niat hati hendak kembali ke kasur, namun urung setelah merasakan ponsel yang ada di genggamannya kembali bergetar.

Merasa kesal terus di ganggu, Rani pun akhirnya mengangkat panggilan itu.

˝Heh! Kalo lo gabut cari nomor lain aja! Jangan pake nomor gue terus yang ditelponin!! Ganggu tau gak?!!˝ cerocos Rani.

Tapi tidak ada sahutan dari Mbak operator tersebut. Tiga detik kemudian, Rani terkejut mendengar suara kekehan yang familier di telinganya itu. Suara berat milik laki-laki menyeruak di telinganya. Suara yang sudah lama tidak dia dengar hampir satu tahun lebih ini. Suara yang meyakinkan dirinya bahwa pemiliknya adalah orang yang dirindukannya selama ini.

˝Cerewet. Gue kangen lo, Rani.˝

Lidah Rani terasa kelu. Ia membuka mulutnya dengan susah payah. Matanya berusaha ia tahan mati-matian agar tidak menjatuhkan setetes air. Namun, gagal. Berkat suara itu, dia kembali menangis setelah sekian lama.

WHO's MY CHOICE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang