Sky's POV :
Aku mengerjapkan mataku karena cahaya matahari yang memasuki celah-celah tirai kamar. Aku merasakan seperti ada tangan besar dan kekar di pinggangku. Ketika menoleh ku dapati Harry sedang memelukku. Ya, Harry memelukku, berani sekali ia memelukku."Hei keriting apa-apaan kau disini?! Kau seharusnya tidur di sofa! Bukan di kamar ini!" Ucapku berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku. Tetapi nihil, aku tak dapat melepaskan tangannya. Bukannya melepaskan, ia malah mengeratkan pelukannya.
"Sshh diam saja, ayo tidur lagi." Ucapnya dengan suara khas orang bangun tidur errr suaranya sangat seksi. Aku memberentokkan badanku dari dirinya. Dan berhasil, aku lolos dari tangan besarnya.
Aku memutuskan untuk mandi lalu memasak. Aku memasak sandwich untuk sarapan. Saat sedang asyiknya aku memasak, tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang, dan seketika tubuhku menegang.
"Masak apa" ucapnya berbisik di telinga kanan ku.
"Kau bisa meliahtnya sendiri curls" ucapku menahan desir aneh di tubuhku karena sentuhannya
"Hei jangan jutek dengan suami mu sendiri" ucap Harry memberengut kesal.
"Apa urusanmu" ucapku acuh lalu duduk di meja makan dan memakan sandwich buatanku.
"Kau mau makan tidak? Kalau tidak mau aku saja yang memakannya" ucapku saat akan mengambil sandwich milik Harry, tetapi sandwich tersebut langsung direbut oleh Harry. Kami makan dengan keadaan awkward, sepi, suram dan menyeramkan. Oh aku tau ini berlebihan. Tapi hey, ini kenyataan. Lalu aku mencuci piringku dan Harry. Setelah selesai mencuci piring, aku menonton televisi. Disebelahku terdapat Harry yang sedang menonton juga.
Tak sengaja aku mendengarkan nada dering handphone nya Harry. Karena penasaran, aku memutuskan untuk menguping percakapan mereka. Tetapi arah pandanganku tetap mengarah ke televisi.
"Hai babe" ucap seseorang di seberang sana. Tanpa dikasih tahu pun aku tahu ini siapa. Siapa lagi kalau bukan si Tayslut.
"Haii" ucap Harry membalas sapaan Taylor.
"Kau ada acara hari ini?" tanya nya lagi kepada Harry. Kulihat Harry seperti sedang mengecek jadwalnya.
"Tidak ada, kenapa?" Tanya Harry lagi.
"Temani aku shopping ya hari ini? Aku sangat bosan di rumah" demi apapun aku enek mendengar suara Taylor yang sok manja.
"Baiklah, aku akan menjemput mu 30 menit lagi" ucap Harry langsung memutuskan sambungan telepon. Dengan segera Harry naik ke kamar, mungkin berganti baju.
Saat aku sedang asyik menonton spongebob, Harry datang mengahampiriku.
"Aku akan pergi dengan Taylor, jangan kemana-mana tunggulah di rumah" ucapnya yang hanya kubalas dengan tatapan datar
'tanpa kau kasih tahu pun aku sudah tahu' batinku bersungut-sungut.
"Apa urusannya denganku" ucapku sinis. Ia hanya menghela nafas, lalu pergi menemui si slut.
Kalian ingin tau apa aku cemburu? Jawabannya adalah iya sangat cemburu. Aku hanya tak mengerti jalan pikirannya, kemarin kami baru saja menikah, dan di pernikahan kami sangat banyak paparazi berkeliaran, dan hari ini ia sudah pergi bersama wanita nya, bagaimana jika ada paparazi? yah secara diakan artis terkenal di abad ini. Entahlah aku juga bingung kenapa aku merasa cemburu. Tiba-tiba rasa cemburu itu datang begitu saja.
Oh my, aku hampir lupa bahwa hari ini ada pemotretan. Secepatnya aku segera mengganti pakaianku dan pergi ke lokasi pemotretan.
Harry's POV :
Aku sekarang berada di rumah Taylor, sekarang sudah pukul 5pm. Sungguh aku sangat bosan menemani Taylor berbelanja. Kalau tahu begini aku lebih memilih untuk bersantai di rumah. Bayangkan saja dari pukul 10am sampai pukul 4pm kami berada di mall uh. Taylor sangat banyak membeli barang, mungkin sudah sekitar 12 papper bag yang kami bawa."Babe, gimana kalau kita ke club malam ini?" Tawar Taylor kepadaku, aku hanya menganggukkan kepalaku lemas menandakan bahwa aku setuju.
Sekarang pukul 5.30pm dan kami memutuskan untuk dinner terlebih dahulu sebelum pergi ke club. Taylor memutuskan untuk makan di restoran Italia.
Setelah selesai dinner, kami segera pergi ke club ternama di London. Seperti biasa aku selalu memesan vodka. Dan asal kalian tahu sekarang aku merasa bahwa aku sudah sangat mabuk, dan aku tidak dapat mengontrol diriku lagi. Bagaimana tidak, sedari tadi Taylor menambahkan terus vodka ke gelasku, ya karena rugi jika aku tidak meminumnya lalu aku minum saja vodka tersebut. Aku benar-benar sangat mabuk. Jadi aku tidak tau dimana sekarang aku berada.
--
Aku terbangun dengan kepala yang sangat pusing, aku baru sadar kalau semalam aku mabuk berat. Ku lihat ruangan di sekelilingku, ini bukan kamarku dan Sky! Lalu aku melihat ke sebelahku terdapat Taylor. Hei apa yang terjadi semalam! Kenapa aku ada di kamar Tay dan kenapa Tay bisa tidur bersamaku. Sungguh aku tidak tau apa yang terjadi semalam.
"Mengapa aku bisa berada di sini?!" Bentak ku yang membuat Taylor mengerang karena tidurnya terganggu.
"Ugh apa sih babe, ini masih pagi kenapa kau membangunkan ku dengan bentakan?!" Bentak Tay kepadaku.
"Kenapa.aku.bisa.ada.disini?!" Bentak ku lagi kepadanya dengan menekankan setiap kata-kata ku.
"Semalam kau mabuk berat, dan kita melakukan hal 'itu' tapi tenang saja kau sudah memakai pelindung" Seketika kepalaku mendidih ingin melepuh mendengar perkataannya.
"Apa katamu?! Ku ingatkan padamu kalau aku sudah mempunyai istri dan stop menggangguku!" Maki ku kepadanya karena emosi yang sekarang telah menguasai ku
"Ugh ayolah babe, aku tau kau hanya menikah 'pura-pura' saja dengan jalang itu, lagian apa cantiknya jalang itu, lebih cantik aku daripada istri 'pura-pura' mu itu!" Ucapannya berhasil membuat darah di ubun-ubunku meledak.
"Heh! Apa-apaan kau menyebut istriku dengan sebutan jalang! Seharusnya kau yang sadar, kau yang seperti jalang! Hey kau harus mengecek matamu, lebih cantik dan lebih baik Sky daripada kau! Mulai saat ini kita putus!" Ucapku dengan nada tinggi lalu pergi meninggalkan nya. Aku menginjak pedal gas ku dalam-dalam.
Sesampai di rumah, aku langsung mencari Sky di setiap ruangan tetapi ia tidak ada. Hanya satu ruangan yang belum aku cek, yaitu kamar kami. Lalu aku segera pergi ke kamar, dan syukurlah Sky berada di rumah. Wajahnya sangat tenang ketika sedang tidur, bahkan ia lebih cantik ketika tidur. Tanpa aku sadari, Sky telah terbangun.
"Sky maafkan aku soal kemarin, maafkan aku kalau semalam aku tak pulang, sungguh semalam aku mabuk berat jadi aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya." Ucapku kepadanya, dan ia terlihat bingung dengan perkataanku.
"Ya tak apa aku memaafkanmu, dan oh ya apa pentingnya denganku?" Ucapnya dengan polos.
"Um tidak ada, aku hanya takut jika kau akan melaporkan kejadian semalam dengan ortu kita" ucapku, lalu ia tertawa. "Hei apanya yang lucu" sambungku lagi, dan ia hanya menggelengkan kepalanya.
"Nothing, hanya saja aku sadar kalau kita hanya pura-pura menikah" ucapnya lirih pada akhir kalimat, lalu ia tersenyum meskipun aku tau itu hanya topeng saja. Ah sungguh aku lega jika ia mau memaafkanku tentang semalam, tapi ada rasa sakit ketika aku melihat matanya yang menyiratkan pedih. Aku berjanji aku tidak akan mengulanginya lagi.
Sky's POV :
Haha aku tau semuanya Harry, aku tau apa yang terjadi diantara kau dan Taylor. Aku tak menyangka kau akan melakukan hal sekeji itu dengan Tay. Ah tapi itu bukan urusanku, lebih baik aku lupakan kejadian itu. Toh aku hanya istri pura-puranya saja.Kalian ingin tau bagaimana aku mengetahui hal yang dilakukan oleh Harry dan Tay? Tay mengirimkanku pesan foto dirinya dan Harry sedang naked, awalnya aku sangat kecewa dengan Harry, tapi apa hak ku?
Hari ini adalah hari yang paling membosankan. Bahkan aku lebih banyak menonton, tidur, dan memainkan iphone ku. Hari ini aku sangat tidak mood untuk berpergian atau mengobrol.
Harry? Tadi siang ia pergi ke basecamp the boys untuk latihan world tour nya bulan depan. Dan perlu kalian ketahui bahwa semua kekasih the boys harus ikut dalam tour ini. Huh pasti akan sangat membosankan.
------
Hai swifties maaf kalau di cerita ini aku kayak ngejelekkin Taylor, but aku entah kenapa lebih tertarik kalo Taylor yang jadi penganggu hehe maaf ya.
P.s : don't be silent readers
-nan
![](https://img.wattpad.com/cover/36828278-288-k328639.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With Harry Styles (On Hold)
Fiksi PenggemarSemuanya berubah karena pernikahan itu. Semuanya berubah karena sifat dirinya yang egois. Dia selalu membuatku menangisi dirinya yang seharusnya aku benci. Tapi bagaimana pun aku mencintainya setulus hati ku